Zhafira kiara,gadis berusia 20 tahun yang sudah tidak memiliki sosok seorang ayah.
Kini dia dan ibunya tinggal di rumah heru yang tak lain adalah kakeknya.
Dia harus hidup di bawah tekanan kakeknya yang lebih menyayangi adik sepupunya yang bernama Kinan.
Sampai kenyataan pahit harus di terima oleh zhafira kiara, saat menjelang pernikahannya,tiba-tiba kekasihnya membatalkan pernikahan mereka dan tak di sangka kekasihnya lebih memilih adik sepupunya sebagai istrinya.
Dengan dukungan dari kakeknya sendiri yang selalu membela adik sepupunya,membuat zhafira harus mengalah dan menerima semua keputusan itu.
Demi menghindari cemooh warga yang sudah datang,kakek dan bibinya membawa seorang laki-laki asing yang berpenampilan seperti gelandangan yang tidak diketahui identitasnya.
Mereka memaksa zhafira untuk menikah dengannya.
Siapakah sebenarnya laki-laki itu? apakah zhafira akan menemukan kebahagiaan dengan pernikahannya?
Ikuti kisahnya selajutnya ya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy jay, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 6
Zhafira mengangguk pelan sebagai jawaban, dia pun segera memakan sarapannya.
Setelah selesai zhafira pun membantu dewi,
membereskan semua piring kotor bekas makan semua orang.
Dewi menghampiri zhafira yang akan mencuci piring. "Sayang nanti kamu terlambat! Biar ibu yang membereskan semua ini."
"Tapi bu...!"
"Sudah,ayo segera berangkat. Nanti kamu bisa terlambat. " Dewi mendorong lembut tubuh zhafira agar segera pergi berangkat kerja.
Zhafira pun tersenyum tipis,selalu saja begini.bila di pagi hari,dewi selalu melarang zhafira untuk membantunya dengan alasan, takut jika zhafira nanti terlambat kerja.
Zhafira yang sudah tahu sikap ibunya itu, hanya pasrah saja.dia pun segera, pergi ke kamarnya untuk mengambil tas dan handphonenya.
Dia melihat eric yang sedang berdiri di dekat jendela,memandang ke arah luar.eric terlihat melamun, entah apa yang sedang dia pikirkan saat ini.
Zhafira berjalan menuju lemari, di mana tasnya berada.sesekali dia melirik ke arah eric, yang tampak acuh atas kehadirannya.
"Maaf! Aku harus pergi bekerja dulu!" Dengan memberanikan diri, zhafira menghampiri eric.
"Lalu apa yang harus saya lakukan?"
Zhafira tersenyum tipis. "Kamu beristirahat saja, pulihkan dulu luka-luka mu. Setelah kamu sehat, apapun yang ingin kamu lakukan, aku tidak akan melarangnya."
Eric menaikkan sebelah alisnya. "Benarkah?" tanyanya dingin.
Zhafira mengangguk pelan dan tersenyum.walaupun terasa berat menerima ini semua, dia sadar bagaimana pun juga kini eric adalah suaminya.
"Kalau begitu aku pamit dulu!" Zhafira meraih tangan eric dan menciumnya.
Seketika eric, menarik kasar tangannya membuat zhafira tersentak.
Eric menatap tajam zhafira. "Jangan sentuh saya!" desisnya dingin penuh penekanan.
Zhafira terdiam, merasa bingung dengan sikap eric yang selalu berubah-ubah,seperti kepribadian yang berbeda.
Eric pun pergi dari sana menuju ranjang.dia merebahkan tubuhnya kembali,tanpa melihat ke arah zhafira.
Zhafira menghela nafas dan pergi dari sana.semenjijikan itukah dirinya, sampai eric tidak mau dia sentuh,benak zhafira membatin.
***
Cafe flora
Zhafira yang baru saja sampai di tempat kerjanya di sambut heboh oleh temannya.sebab saat kabar pernikahannya di batalkan,dia tidak nampak di pesta itu.
"Fira...!" sapa meli antusias,memeluk zhafira.
Zhafira meringis saat mendengar lengkingan meli yang membuat telinganya sakit.
"Kamu baik-baik saja, kan say?"
"Aku baik, mel!"
Meli memicingkan mata. "Kenapa,kamu enggak ngasih tahu kita, kalau pernikahan kamu di batalkan?" ucapnya penuh tekanan.
Zhafira terdiam,pertanyaan meli mengingatkan rasa sakitnya kembali,saat kejadian dimana dia harus kehilangan orang yang di cintainya.
"Ih, mel... !Mulut mu,di jaga bisa kan!" tegur teman zhafira yang bernama ayu.dia menyenggol tangan meli,seakan memberi peringatan.
"Ya habis, aku penasaran sama pernikahannya fira, yu!" ujar meli ketus.
"Sudah... sudah! Nanti akan aku ceritakan, ok! Sekarang kita harus bersiap. Sebentar lagi kafe akan segera buka!" sela zhafira menengahi, kedua sahabatnya yang sedan berselisih.
Mereka pergi ke ruang ganti,yang berada di belakang kafe.
Zhafira nampak terlihat cantik,memakai kemeja pendek berwarna krem dan celana jeans hitam,tak lupa server apron yang menutupi tubuh bagian bawahnya.
Zhafira memulai pekerjaannya, suasana kafe yang ramai membuat dia harus bekerja ekstra keras.tak terasa kini sudah pukul sepuluh malam,waktu untuk semua karyawan pulang.
Begitu pun dengan zhafira dan temannya, namun sebelum mereka pulang, meli meminta zhafira untuk menceritakan apa yang sudah terjadi kepadanya.
Sebenarnya zhafira enggan menceritakan hal itu pada semua orang, tapi dia juga tidak bisa menyembunyikannya dari kedua temannya itu.
Zhafira pun menceritakan semuanya,kepada kedua temannya.tapi untuk pernikahannya dengan eric terpaksa dia sembunyikan dulu, karena dia ingin meminta pendapat eric terlebih dahulu.
Mendengar cerita zhafira,membuat kedua temannya tidak percaya dan terkejut.mereka tidak menyangka dengan sikap dirlan dan kinan.karena setahu mereka, dirlan sangat mencintai zhafira.
"Gila tuh orang! Bisa-bisanya,si dirlan percaya sama tuh medusa! Kena pelet kali tuh si dirlan!" gerutu meli, kesal.
"Iya bener, aku kira dirlan tipe cowok setia dan kebal rayuan! Eh ternyata, dia sama aja kaya buaya got!"
Zhafira dan meli mengernyit bingung, mendengar perkataan ayu yang beda.
"Buaya darat, yu! Bukan buaya got!" seru meli membenarkan.
"Sama aja!" Ayu mendelik,mendengar ucapan meli.
Zhafira tersenyum tipis, melihat kedua temannya ini kembali berdebat.
"Sudah... sudah! Aku harus segera pulang! Terima kasih, karena sudah mau mendengarkan cerita, ku." Zhafira segera melerai,perdebatan kedua temannya.
Meli dan ayu pun menatap zhafira,yang berada di tengah-tengah mereka.ayu pun melihat jam tangan, dia pun terkejut karena waktu sudah mau jam sebelas malam.
"Perasaan baru aja kita ngobrol, eh udah mau jam sebelas aja!"ucap ayu heran.
" Ya, udah! Ayo kita pulang!"seru meli.
Mereka pun akhirnya mengakhiri perbincangan mereka dan segera pulang.
Seperti biasa, zhafira menumpang pada ayu yang jarak rumahnya tidak begitu jauh dengannya.meski di pertigaan zhafira harus turun, karena memang rumahnya lebih jauh dari pada ayu.
Sampai di pertigaan, zhafira turun dari motor ayu.mereka pun terpaksa berpisah di sana,hal seperti ini sudah biasa bagi zhafira.
Bukannya tidak mampu membeli sepeda motor,hanya saja dia tidak ingin kejadian lalu terulang lagi.
Dimana saat dia membeli motor, namun sayang heru dengan semena-mena meminta zhafira untuk memberikan motornya untuk kinan dengan alasan, jika kinan lebih membutuhkan dari pada zhafira.
Maka sejak saat itu, zhafira lebih memilih memakai alat transportasi umum saja, walaupun sekali-kali,dia ikut nebeng pada ayu.
Zhafira berjalan di kegelapan, penerangan menuju rumah heru sangatlah minim. sehingga dia harus, menggunakan baterai smartphonenya untuk membantu penerangan jalannya.
Saat di pertengahan jalan yang sepi,dia mendengar suara langkah kaki dari arah belakang,yang sangat terburu-buru.
Zhafira yang takut pun,segera bersembunyi di celah rumah yang berhimpitan.tubuh zhafira bergetar ketakutan,dapat dia lihat berapa orang berpakaian serba hitam,dan berbadan tinggi berjalan tepat di sampingnya.
Zhafira memejamkan mata berharap,orang-orang itu segera pergi dari sana.
"Informasi yang kita dapat,king hilang di daerah sini.Kemungkinan ada orang yang menolongnya atau menyembunyikannya." ujar seseorang, dengan nada berat dan dingin.
"Sebaiknya,kita laporkan dulu hal ini kepada, tuan Louis." ujar yang lainnya.
Tak lama pun mereka pergi dari sana.zhafira menghela nafas lega,karena orang-orang asing tadi sudah pergi dari sana.
"Siapa mereka? Sepertinya mereka bukan orang sini.Pakaiannya saja seperti seorang penjahat." gumam zhafira.
Merasa suasana semakin menakutkan, dia pun segera mempercepat langkahnya agar cepat sampai kerumah.
Sesampainya di rumah, zhafira segera masuk ke dalam rumah yang tampak sepi.mungkin semua orang sudah tertidur pikirnya.
Dia pun berjalan menuju kamarnya,namun saat hendak membuka pintu, zhafira terkejut saat melihat eric sudah berdiri tepat di hadapannya.
"Ka-kamu! Apa yang sedang kamu lakukan?" Zhafira menatap takut, eric yang menatapnya tajam.