Terpaksa menikah dengan pria yang tak dicintai dan mencintainya
tifany larasati harus bergelut dengan perasaannya sendiri mempertahankan rumah tangganya.
demi keluarga yang diambang kehancuran tifany merelakan menikah muda dengan cavero abraham.
sosok angkuh dan egois yang tak mau melepas masalalu walaupun setelah menikah.
dengan semangat dan dukungan keluarga, tifanya menguatkan diri untuk tidak bercerai dari cavero.
bisakah tifany membuat cavero mencintainya atau hanya akan tetap menjadi pemilik raga tapi tidak hatinya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri_uncu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Restu orang tua
dini hari tifany dan cavero harus terbang ke jakarta karena ada meeting mendadak esok harinya di perusahaan cavero
dan tifany ikut cavero karena keduanya berjanji akan menemui kedua orang tua bersama untuk meminta restu
"maaf ya fan, harus jam seperti ini" cavero melihat tifany masih mengantuk saat ini
Tifany tak menjawab hanya sebuah anggukan menandakan tak masalah baginya karena dia juga sudah beberapa hari di bali dan harus kembali bekerja di perusahaan papinya sampai adiknya lulus kuliah
Cavero mengusap kepala tifany dengan lembut lalu mengecupnya dengan penuh kasih sayang, lalu menyusul tifany ke alam mimpi
****
jam 5 pagi keduanya mendarat dengan selamat dan aman di bandara dan butuh satu jam perjalanan ke rumah orang tua tifany dan satu jam lagi harus pulang ke rumah cavero sendiri
"fan, nanti malam aku jemput buat ke rumah mama dan papa sekalian juga aku mau ketemu mami dan papi.
Sekarang mas harus ke kantor dan mungkin akan sibuk jadi mungkin mas ngga bisa sering-sering ngabarin ya" ucap cavero ketika mobil yang menjemputnya dan tifany ke bandara sudah sampai di halaman rumah orang tua tifany
"hm, iya mas aku tunggu!" tifany pun turun dari mobil dan cavero segera meminta supirnya untuk mengantarkannya ke kantor karena sudah di tunggu sekretarisnya dan juga pada staf, tak sempat untuk pulang lebih dulu
"selamat pagi" cavero tiba diwaktu yang tepat di ruang rapat
"pak ini dokumennya dan saya sudah buat presentasinya" monic dengan sigap membantu cavero menyelesaikan masalah di perusahaan dengan dibantu staff lainya juga
dua jam berlalu rapat pun akhirnya selesai, dengan menghembuskan nafas lega karena semua masih bisa diatasi oleh cavero dan tim nya
"terima kasih atas kerjasamanya dan juga atas loyalitas kalian semua" ucapan yang cavero sampaikan pada staffnya karena tanpanya masalah akan sulit teratasi
"monic pesankan makan siang spesial untuk semua staff hari ini" ucap cavero yang merasa senang untuk perusahaannya dan juga tentu saja dengan kembalinya bersama tifany
"baik pak, akan saya siapkan" jawab monic dengan cepat
"tapi jangan lupa selesaikan semua laporan hari ini, akan ada bonus lembur jika melewati batas jam kerja" lanjut cavero lalu meninggalkan ruang rapat
Sorak suara para staff kantor langsung terdengar gemuruh
"bu monic, pak bos lagi jatuh cinta ya?" tanya salah satu staf
"jangan banyak tanya, nikmati saja selagi moodnya baik" ucap monic yang tak suka atasannya digosipkan oleh bawahannya
"sama saja sama bosnya" ucap seorang pegawai lagi namun tak terdengar oleh monic yang segera kembali ke ruangannya dan melaksanakan tugas yang cavero berikan
kesibukan yang cukup menguras waktu sampai cavero tak sempat makan siang karena ingin segera menyelesaikan pekerjaannya dan menjemput tifany sesuai dengan janjinya pagi tadi
"pak, semua karyawan dan staf lainnya sudah pulang" ucap monic
sudah tiga jam berlalu dari jam kerja seperti biasanya, sekarang menujukan pukul sembilan malam dan cavero tak menyadarinya
"benarkah? Astaga" cavero langsung mematikan laptopnya, mengambil jas dan ponsel miliknya setelah melihat jam dinding menunjukan jam sembilan malam
Bahkan monic pun diabaikan begitu saja oleh cavero, "pak langsung ke rumah tifany" ucap cavero pada supir saat masuk ke mobil yang sudah stand by menunggu bosnya pulang
"baik den" ucap supir lalu mobil segera melaju dengan kecepatan tinggi atas permintaan cavero yang tak mau mengingkari janji pada tifany
tiga puluh menit sampai di depan rumah tifany dan kebetulan sedang hujan turun cukup deras
"den ini pakai payung" ucap pak supir memberikan sebuah payung pada cavero karena dilarang turun oleh cavero untuk membukakan pintu mobil
Cavero keluar dari mobil dan melihat tifany sedang duduk di teras rumahnya sambil mengusap-usap lengannya karena dingin
"fan!" dengan cepat langkah kaki cavero segera menghampiri tifany yang sedang gelisah
"mas, kenapa kesini?" tifany sedikit kesal karena cavero janji akan menjemputnya jam tujuh dan saat ini sudah jam sembilan lewat, namun juga tak ingin terlihat menunggu cavero
"kok gitu tanyanya?" cavero mengusap kepala tifany dan memegang tangannya yang terasa sangat dingin
"engga, kamu ngga ada kabar jadi aku pikir ngga jadi, terus udah malam mau ngapain?" tifany masih ketus pada cavero
"maafin mas ya, terlalu sibuk bahkan belum makan dari pagi langsung kesini" ucap cavero jujur dan dengan tatapannya yang membuat tifany hilang rasa kesalnya
"ya sudah ayo makan dulu, tifany juga tak mau makan karena menunggumu" ucap mami yuanita tiba-tiba ada di belakang tifany dan cavero tanpa disadari
"mami! Engga kok aku lagi diet aja" tifany mengelak dan malu jika cavero tahu dirinya sekhawatir itu pada cavero
"oh, jadi ada yang tungguin aku toh!" ucap cavero dengan bangganya
meski sudah cukup malam namun cavero tetap di terima dengan baik oleh orang tua tifany dan kebetulan ada melvin yang masih liburan semester
"vin, belum ke australi lagi?" tanya cavero pada melvin yang masih main game dengan temannya
"belum kak, makasih ya ps 5 nya" ucap melvin tanpa melihat cavero dan mendapatkan lemparan bantal dari tifany karena tak sopan dengan iparnya
"maaf kak, lagi seru!" ucap melvin
"kalian makan dulu, nanti kita bicara" ucap papi malik
"iya pi" jawab tifany dan cavero bergantian
"non lauknya sudah saya hangatkan" ucap art tifany
"iya mba, makasih ya"
Tifany beranjak dan mengajak cavero untuk makan malam yang sudah lewat namun keduanya merasakan lapar setelah bertemu
"aku lemas banget fan, boleh suapin?" cavero menunjukan tangannya yang masih ada bekas luka dan membuat tifany merasa bersalah
"iya, tapi buruan makannya terus pulang" ucap tifany
sudah tak mungkin lagi untuk menemui orang tua cavero karena sudah malam dan tifany juga belum tahu respon orang tuanya
selesai makan bersama tifany sudah ditunggu oleh papi dan mami untuk bicara
"kata tifany kamu mau menyampaikan sesuatu, ada apa?" papi malik membuka obrolan hanya dengan istri dan cavero saja
sedangkan tifany diminta untuk membuatkan kopi untuk cavero dan papinya
"iya pi, saya ingin kembali bersama tifany seperti dulu lagi, dan akan memperbaiki semua yang sudah saya hancurkan. Saya janji tak akan menyakiti tifany lagi" ucap cavero
"bagaimana tanggapan tifany?" tanya mami yuanita
Sebenarnya sudah tahu dari anaknya jika tifany akan mencoba memulai lembaran baru lagi dengan cavero
"tifany setuju tapi ingin minta restu mami, papi dan mama ,papa lebih dulu" jawab cavero
obrolan makin serius hingga tifany masuk ke dalam ruang kerja papi malik
"kalian apain mas cav?" tifany curiga pada orang tuanya
"lihat aja masih utuh belum papi cinc*ng" papi malik membuat tifany memutarkan bola matanya karena papinya malah bercanda
"pergilah temui orang tua cavero sekarang dan segera kembalikan tifany jika orang tuamu melarang" ucap papi malik
"baik pi, kami pergi" cavero memegang tangan tifany dan segera mengajaknya ke dalam mobil tanpa menghiraukan ucapan tifany
" mas, masa aku pakai kaos sama celana pendek" tifany ingin meminta waktu ganti baju namun dilarang oleh cavero yang tak sabar melihat ekspresi mamanya yang sudah sangat merindukan tifany
"kamu sudah sangat cantik sekarang, jadi jangan khawatir" cavero
"ngga sopan ih, aku malu" ucap tifany tak percaya diri
"tenang saja ya" cavero terus menggengam tangan tifany dan menciuminya
Sampai tiba di rumah orang tua cavero
Satu tahun tak bertemu dan komunikasi sama sekali
"pa, lihat siapa yang datang" mama melia langsung menangis dan memeluk tifany dengan erat setelah melihat cavero menggandeng seorang wanita
"tifany" papa hilman pun cukup terkejut karena tifany masih mau datang ke rumahnya
"sayang maafkan mama dan papa yang gagal mendidik anak kami, maafkan cavero juga ya nak" mama melia menciumi pipi tifany dan terus memeluknya
"ma, pa kalian ngga perlu minta maaf. Tifany sudah maafkan juga mas cav dan semua ini terjadi juga bukan salah kalian" tifany membalas mencium pipi mama melia dan memeluk papa hilman juga