Xiao Chen, pemuda malang yang hidup sebatang kara di pinggiran Kota Yan. Dia tidak tau asal usulnya, yang dia ketahui bahwa, dirinya hanya seorang anak malang yang diasuh oleh seorang kakek tua beberapa tahun lalu.
Kenyataan itulah yang membuat hidupnya cukup menderita. Takdirnya begitu pilu saat tinggal disana, bagaimana tidak? Jika tubuhnya saja, dijadikan sarana pelatihan oleh para pemuda Kota Yan.
Hingga pada suatu hari, Xiao Chen melihat rumahnya telah menjadi puing-puing reruntuhan. Tentu Xiao Chen dibuat marah karnanya, terlebih lagi, satu-satunya peninggalan orang tuanya telah direbut oleh anak penguasa Kota.
Xiao Chen, dibuat muak oleh takdir pilu itu. Ia pun pergi meninggalkan Kota Yan, dan berjanji akan membalas semua hinaan yang ia terima selama ini dalam waktu 3 tahun kedepan.
Akankah Xiao Chen berhasil membalas dendamnya dan merebut kembali peninggalan orang tuanya?
Simak terus perjalanan Xiao Chen disini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chen Xuan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3 : Qin Yu
Semakin lama Xiao Chen menatap langit, entah kenapa, semakin terluka pula perasaannya. Namun, yang lebih anehnya lagi, seakan ada sesuatu yang berbisik pada jiwanya untuk segera mengakhiri diri. Xiao Chen pun menjadi gelap mata, ia meraih pedang kayu miliknya yang tergeletak tepat disamping kanannya.
Ia pun menutup matanya, mengambil ancang-ancang untuk menusuk dadanya. Disaat ujung pedang kayu itu hanya berjarak 2 senti dari dadanya, tiba-tiba, terbesit dikepalanya perlakuan yang dia terima selama 5 tahun ini.
"Ck, sial, jika aku mati begini. Mereka semua akan hidup baik-baik saja, tanpa dosa. Tidak bisa! Aku tidak bisa membiarkan itu semua terjadi! " Ucap Xiao Chen sembari menurunkan pedangnya.
Dia mengepalkan tangannya hingga, kuku-kukunya menancap ditelapak tangan yang membuat darahnya mengalir. Rasa sakit dan hinaan yang selama ini dia rasakan, benar-benar membuatnya ingin balas dendam. Kekuatan, itulah satu-satunya yang Xiao Chen butuhkan saat ini.
Di malam hari yang begitu dingin, Xiao Chen terus mengayunkan pedangnya secara membabi-buta. Ia tidak lagi memperdulikan rasa sakitnya lantaran, rasa kesal nan dendam telah menghantuinya.
Hiyakkkkk...
Srakkk...
Srakkk...
Hhaaaa...
Ayunan demi ayunan, ia peragakan sesuai arah pengetahuannya selama ini. Dan tak terasa, malam hari yang begitu dingin telah berganti menjadi pagi hari yang cerah.
Krukkk!!
"Sial, kemarin aku tidak jadi makan karena para bajingan itu. Hahhh, sepertinya aku harus menangkap binatang buas yang tidak memiliki Qi? " Ucap Xiao Chen.
Xiao Chen pun meninggalkan tempat itu untuk mencari binatang yang tidak memiliki Qi. Namun, setelah berjalan satu jam lamanya, Xiao Chen tidak menemukan satu hewan kecil pun. Justru sebaliknya, ia malah mendengar sebuah gerakan dari arah semak-semak yang ada dibelakangnya.
Srekkk..
Suara yang samar terdengar ditelinganya, membuat Xiao Chen menoleh kebelakang untuk memastikan dan nihil hasilnya.
"Hem, apa aku salah dengar? " Gumam Xiao Chen. Dan entah kenapa, perasaan merinding kini menghampirinya. Pikirnya, jika saja suara itu adalah binatang buas yang memiliki Qi, sudah pasti dia tidak punya harapan untuk bertahan hidup.
Kemudian, Xiao Chen pun segara pergi dengan mengendap-endap agar tidak menimbulkan suara. Ia sangat takut jika tebakannya itu benar, bahwa ada binatang buas yang kini mengintainya.
Guarrrr!!
Seru binatang itu yang muncul tepat dihadapan Xiao Chen. Meski Xiao Chen sudah berusaha menghindar, namun sayangnya, indra penciuman seekor binatang buas begitu tajam. Bau yang keluar dari tubuh Xiao Chen cukup menyengat, hingga tak luput dari penciuman binatang buas itu.
Xiao Chen yang tadinya mengendap-endap, kini terdiam kaget ketika menyadari bahwa binatang buas yang berada tepat dihadapannya itu adalah Beruang Darah, yang terlihat kelaparan. Meskipun tubuhnya besar, hal itu tidak membuatnya menjadi lambat dalam hal kecepatan.
Raurrrr!!
Raungan Beruang itu yang membuat Xiao Chen tersadar dari diamnya. Kemudian, Xiao Chen pun lari terbirit-birit lantaran takut tubuhnya yang kecil nan lemah itu diterkam oleh Beruang kelaparan ini.
Namun sayangnya, Xiao Chen yang hanya manusia biasa, ditambah lagi tubuhnya masih belum pulih total, tentu saja tidak bisa menyaingi Beruang Darah itu dalam hal kecepatan, bahkan jika Xiao Chen dalam kondisi baik sekali pun.
"Ahgrrrr, kenapa nasibku dipermainkan begini?!!", pekik Xiao Chen penuh kesal sembari terus berlari tanpa henti. Hingga akhirnya, Mata Xiao Chen seketika terbelalak saat melihat Beruang Darah itu telah berada didepannya.
"Sial, apakah ini akhir bagiku? Haruskah aku mati dengan cara ini?", celetuk Xiao Chen sedikit kecewa dan kesal pada dirinya sendiri. Ia tidak pernah membayangkan, bahwa dirinya yang sempat memiliki pikiran untuk mengakhiri diri, kini malah enggan untuk mati.
Mungkin pula, itu perasaan dari ketidak relaan lantaran dendamnya belum terbalas. Namun bisa apa, jika ia bahkan tidak bisa selamat dari Beruang Darah ini.
Beruang itu mulai mengangkat tangannya, membuat ancang-ancang untuk segera mencengkram tubuh Xiao Chen dengan kuku panjang nan tajam. Xiao Chen yang melihat aksi si Beruang dengan reflek memejam kedua kelopak matanya. Pikirnya, nasibnya benar-benar dipermainkan layaknya bidak catur yang tengah digerakan oleh para dewa.
Tepat saat cakar Beruang Darah itu sudah hampir mengenai kepala Xiao Chen, tiba-tiba, Beruang Darah itu terhempas jauh kebelakang dengan pedang yang sudah tertancap dikepalanya.
Namun Xiao Chen belum juga membuka matanya, hingga batinnya pun ikut bersuara 'Ada yang aneh, kenapa lama sekali serangannya mengenaiku!'. Begitulah pikir Xiao Chen hingga dia dengan perlahan membuka matanya.
Dan betapa terkejutnya Xiao Chen. ketika melihat Beruang Darah yang tadinya berdiri dengan gagah perkasa bahkan siap untuk menerkamnya, kini malah terbaring tak bernyawa dengan pedang yang tertancap tepat di kepalnya.
"A-apa yang terjadi? Pedang siapa yang menancap itu?!" Gumam Xiao Chen sambil melihat sekeliling, hingga matanya menangkap sosok gadis cantik dari kejauhan.
Mata Xiao Chen kembali dikejutkan ketika gadis cantik itu bergerak menuju arahnya dengan cepat, hingga akhirnya gadis cantik itu tepat berada dihadapan Xiao Chen. Kedua mata mereka saling bertatapan, Xiao Chen tanpa sadar menelan salivanya ketika menatap gadis cantik nan anggun itu.
Wajahnya yang begitu indah dengan netra berwarna ungu, membuat siapapun yang menatapnya merasakan ketenangan. Kulitnya putih nan bersih dengan perpaduan gaun yang berwarna ungu serasa dinadakan dengan warna rambut dan matanya, yang membuat aura dan kewibawaan wanita itu terpancar jelas.
Namun, tidak hanya Xiao Chen yang terhipnotis akan penampilan si wanita. Bahkan si wanita juga merasa ada sesuatu yang membuatnya teralihkan untuk menatap lekat pada tatapan mata Xiao Chen. Seakan, detik itu, garis benang merah telah disimpulkan pada takdir mereka berdua.
"Te-Terima kasih!" Ucap Xiao Chen sedikit gugup. Setelah sadar akan tatapannya yang bisa dituduh kurang ajar oleh sang gadis. Namun Xiao Chen salah paham kali ini, lantaran sang gadis juga merasa sedikit tersipu. Ia pun mengangguk pelan sembari memalingkan wajahnya.
Xiao Chen benar-benar terpana, padahal, dia telah melihat begitu banyak gadis cantik di Kota Yan. Tapi, tak pernah sekalipun dia melihat ada yang lebih cantik dari gadis yang saat ini berada dihadapannya.
"Ehemm, apa yang kau lakukan di tengah hutan bengini? Dan lagi, kenapa kau malah menyingung Beruang ini?!" tanya sang gadis cantik yang keheranan bagaimana bisa manusia fana seperti Xiao Chen ini berani menantang seekor Beruang Darah.
Namun, bukannya menjawab Xiao Chen malah terpana mendengar suara indah yang keluar dari mulut sang gadis cantik. Xiao Chen benar-benar tidak bisa mengungkapkan seperti apa perasaannya saat ini. Ini adalah pertama kalinya Xiao Chen melihat seorang gadis cantik dengan suaranya yang begitu merdu.
"Ehemm!"
"Ah, oh. Maaf, kau bilang apa?"
"Phufff, perkenalkan, namaku Qin Yu! Siapa namamu?", tanya sang gadis yang merasa sedikit terhibur dengan sikap Xiao Chen.
✊🙂
😌
🗿🗿/Facepalm/