Yasmina Salsabilla atau yang akrab dengan sapaan Billa ini mengalami ketertinggalan dari teman-temannya yang sudah lebih dulu lulus kuliah disebabkan keterbatasan ekonomi dan membuatnya mengambil kuliah sambil bekerja. Akhirnya Billa dibantu oleh pamannya yang merupakan adik kandung dari almarhum ayahnya.
Dikarenakan mempunyai hutang budi, sang paman pun berniat menjodohkan Billa dengan anak salah satu temannya. Dan tanpa sepengetahuan sang paman, ternyata Billa sudah lebih dulu dilamar oleh Aiman Al Faruq yang tak lain adalah dosen pembimbingnya. Bukan tanpa alasan dosen yang terkenal dingin bak es kutub itu ingin menikahi Billa. Namun karena ia tidak mau mempunyai hubungan dengan sepupunya yang ternyata menaruh hati padanya. Aiman pun memutuskan untuk menikahi Billa agar sepupunya tidak mengganggunya lagi.
Bagaimana kisahnya, apakah Billa menerima lamaran dosennya ataukah menerima perjodohan dari pamannya?
Cerita ini 100% fiksi. Skip bila tidak suka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Daisy Faya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Linglung, Budek dan Suka Suudzon
Cahaya matahari mulai menerobos ke gorden kamarnya, namun si pemilik kamar masih setia bergelung dibawah selimutnya. Billa belum ada niat untuk meninggalkan tempat ternyaman nya ini. Ia memilih tidur lagi setelah shalat subuh, karena memang merasakan lelah dan kantuk yang luar biasa.
Ia mengintip jam digital di kabinet samping tempat tidurnya yang sudah menunjukkan pukul 08.20, kepalanya sedikit pusing pasti pengaruh tidur setelah subuh pikirnya. Dengan malas ia mulai keluar dari selimutnya dan merapikan tempat tidur sebelum akhirnya berjalan gontai keluar kamar untuk menuju kamar mandi.
Kini ia sudah siap dengan setelan celana kulot berwarna sage dipadukan dengan kemeja broken white dan hijab warna senada dengan celananya. Tangan kanannya menenteng tote bag yang berisi skripsi yang sudah direvisi. Sebelum keluar rumah, ia terlebih dulu berdoa semoga saja Dosennya tidak banyak tingkah hari ini, dan semoga saja dia mendapatkan Acc untuk sidang hari ini dari Dosen Pembimbing 1 nya itu.
Ia berjalan menyusuri trotoar untuk tiba di halte bus terdekat, ia menyapa ramah ke beberapa orang yang dikenalnya dan tak lupa bibirnya menyunggingkan senyum manisnya. Masih sekitar 100 meter lagi jaraknya dengan halte bus, ia mempercepat langkahnya agar segera sampai di halte bus, mengingat matahari sudah begitu terik padahal baru jam 10 pagi.
Tidak perlu menunggu lama, bus telah datang membuat Billa dan beberapa penumpang lain segera memasuki bus tersebut. Untuk mengisi waktunya selama dalam bus, Billa berniat memainkan ponselnya sebentar, ia terkejut ternyata ada pesan yang dikirimkan oleh Aiman 45 menit yang lalu.
Pak Aiman Dosbing 😈
Saya ada jadwal mengajar dari jam 8 sampai jam 11 siang, kalau kamu mau konsul, datang siang saja setelah shalat jum’at ke kampus.
Billa memutar matanya jengah dan menghela nafas.
“Tau gini kan gue seharusnya masih rebahan di kost.” Ucapnya pelan.
“Terima kasih informasinya pak.” Ia membalas pesan Aiman. Billa memutuskan untuk turun di halte yang dekat dengan perpustakaan kampus. Ia berniat untuk menghabiskan waktu di perpustakaan saja sembari menunggu Aiman selesai mengajar dan shalat Jum’at. Jangan berpikir jika dia akan belajar di perpustakaan melainkan ingin menonton lanjutan Drama Korea yang beberapa hari ini belum sempat di tontonnya akibat terlalu sibuk dengan skripsi.
Billa begitu larut dengan Drama Koreanya hingga lupa waktu, ia terkejut begitu melihat jam di layar ponselnya menunjukkan pukul 13.14. Tapi belum ada satupun pesan dari Aiman yang masuk ke ponselnya, mungkin saja Dosen itu sedang sibuk pikirnya. Ia memutuskan untuk shalat dzuhur lebih dulu di mushola perpustakaan yang terletak di lantai 3 gedung ini.
Ia masih berada di atas sajadahnya, merenung sebentar setelah berdoa banyak pada Tuhannya. Ponselnya berdering, dan ternyata panggilan telepon dari Aiman.
“Assalamualaikum pak.”Ucapnya.
“Waalaikumsalam, kamu dimana?” Tanya Aiman datar.
“Saya di perpustakaan kampus pak, bapak dimana biar saya datang kesana.” Ucapnya sambil melipat mukena yang ia gunakan sedangkan ponselnya ia jepit di antara telinga dan bahunya, membuat kepalanya miring.
“Tunggu saja di depan perpustakaan saya akan kesana.” Ucap Aiman kembali.
“Ehh jangan pak, biar saya aja yang jumpain bapak, lagian ini kan keperluan saya pak.” Ucap Billa cepat, karena tidak mungkin jika Aiman yang harus datang menemuinya, memangnya sepenting apa dirinya ini.
“Kalau saya bilang tunggu ya tunggu, jangan banyak bantahan.” Ucapan dingin itu membuat Billa tidak berani berkata lebih banyak lagi.
“Baik pak, maaf merepotkan.” Belum selesai Billa berbicara, panggilan telepon itu sudah diputus secara sepihak.
“Gimana ya gue deskripsiin akhlak ini orang, mau dibilang jahat, dia udah baik mau nyamperin gue kesini dan gue ga perlu capek-capek jalan ke kantor jurusan, nah kalo dibilang dia baik, tapi ada beberapa tingkah dan kelakuannya kayak setan, salam dulu kek sebelum nutup panggilan.” Ia berucap dalam hati sambil menatap layar ponselnya.
Kini Billa sudah duduk di lobby perpustakaan menunggu Dosennya tiba,untuk menghilangkan bosan, ia memperhatikan beberapa orang yang berlalu lalang, matanya bergerak kesana kemari hanya untuk memperhatikan setiap orang lewat. Terlihat sangat kurang kerjaan memang, tapi itu sudah menjadi kebiasaan Billa jika dia sedang dilanda bosan di tengah keramaian. Ponselnya kembali berdering menerima panggilan dari Aiman.
“Kamu dimana?” Ucap Aiman begitu sambungan teleponnya terhubung.
“ Ya Allah salam dulu kenapa sih.” Billa membatin.
“Di lobby pak.”
“Saya tunggu di luar, cepat.” Billa langsung berjalan keluar dan mencari sosok Aiman, namun tidak menemukan sosok Dosennya itu.
“Bapak dimana, ini saya sudah di luar tapi gak ngeliat bapak.” Ucapnya lewat ponsel.
“Mobil hitam di sebelah kanan kamu.”
Billa menoleh ke arah kiri, kemudian tersadar jika dia salah arah dan dengan cepat berpaling ke arah kanannya, dan langsung menemukan mobil Pajero Sport berwarna hitam dengan kaca terbuka berdiri disana, dan ada sosok Aiman didalamnya. Aiman hanya bisa menggelengkan kepala melihat kelakuan Billa. Dengan sedikit berlari Billa mendekat ke arah mobil tersebut.
“Masuk.” Perintah Aiman.
“Hah?”
“Selain linglung kamu juga budek ternyata.”
Kejam sekali mulut Dosennya ini.
“Bapak ngomong sama saya?”
“ Ya Allah Yasmina Salsabilla, hobi sekali kamu buat tensi darah saya naik.” Aiman mengusap kasar mukanya.
“Maaf pak.” Ucap Billa pelan. Aiman sedikit menggeser tubuhnya ke samping untuk membukakan pintu mobilnya, jika menunggu Billa mungkin sampai satu jam kedepan akan tetap berdiri disana.
“Cepat masuk.” Perintah Aiman dengan geram.
“ Saya mau dibawa kemana pak?” Ucap Billa masih tetap berdiri di tempatnya.
“Ke Ancol, mau saya jadikan badut kamu disana.” semakin geram Aiman dibuat oleh mahasiswinya ini.
“Jangan pak, saya gak punya bakat ngelucu.”
“Sekarang kamu masuk sendiri ke mobil atau saya turun terus saya masukkan kamu ke bagasi belakang sana.” Panas sudah kepala Aiman karena gadis satu ini.
“ Iya pak, ini saya masuk.” Ucap Billa masuk dengan cepat ke mobil Aiman, dan langsung memasang seatbeltnya.
“Perkara menyuruhmu masuk ke mobil saja bisa buat tenaga saya terkuras.”
“Lagian bapak sih, tiba-tiba nyuruh saya masuk ke mobil, kan saya jadi bingung pak, takut juga nanti saya dibawa kemana-mana trus di apa-apain lagi.” ucap Billa menunduk. Aiman menganga tak percaya menatap ke arah Billa.
“Astaghfirullah, kamu pikir saya ini apaan. Udah linglung, budek, sekarang bertambah lagi penyakit kamu, suka suudzon sama orang.” Ucap Aiman sengit.
“Kalau orang lain dilahirkan sepaket 2 in 1 sama ari-ari pak, kalau saya dulu terlahir sepaket 3 in 1, saya, ari-ari dan sifat suudzon pak.” Ucap Billa pelan tapi Aiman tetap bisa mendengarnya, mulutnya yang baru selesai tertutup kini menganga lagi mendengar perkataan Billa. Ia mengacak rambutnya frustasi, dan langsung menjalankan mobilnya tanpa ingin berbicara lagi.
***