GAVIN adalah pria dewasa yang usianya sudah menginjak kepala tiga. Orang tuanya sudah mendesak untuk segera menikah,terutama
mama nya.
Tapi Gavin menolaknya mentah-mentah. Bahkan mama nya sempat menjadwalkan kencan buta untuk putra tunggal nya itu dengan beberapa anak perempuan dari teman nya,dan yang Gavin lakukan hanya diam saja ,tak menghiraukan Mama nya yang terus berteriak meminta menantu dan cucu.
Hingga suatu hari, Gavin pergi kesalah satu kafe yang sering dikunjungi oleh para anak muda. Disana ia bertemu dengan seorang gadis yang tertawa bersama teman-teman nya. Gavin terpukau oleh gadis itu.
Tanpa tau siapa gadis yang ia temui dikafe itu, Gavin meminta kepada kedua orang tuanya untuk melamar gadis tersebut, tidak peduli jika usia mereka yang terpaut jauh, karena ia sudah mengklaim gadis itu sebagai istri nya nanti.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Marta Safnita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16.
Redyna menjatuhkan kepala nya dibahu Langit, helaan nafas terdengar beberapa kali. Tangan Redyna semakin mencengkram sisi baju seragam milik temannya. Saat Gavin berjalan berjalan kearah mereka, Redyna melirik sedikit dari bahu Langit.
"Apes banget hidup gue",gumam Redyna yang masih dapat didengar oleh Langit.
Laki-laki itu mengusap pelan punggung tangan Redyna yang ada di pinggang nya, berusaha untuk menenangkan sang pujaan hati.
"Sssttt.... tenang Na,ada gue disini. Lo bakalan aman", ucap nya masih dengan mengusap tangan Redyna.
Berbeda dengan Gavin, pria itu mengetatkan rahangnya saat melihat pemandangan yang tersaji dihadapan nya. Kedua tangan nya mengepal erat, sampai urat-urat melingkar memenuhi lengannya. Gavin melangkah panjang mendekati sepasang remaja tersebut.
Begitu sampai,ia melepas paksa tangan langit yang terasa betah diatas punggung tangan calon istri nya . Tidak ada yang bisa mengubah nya sampai gadis itu resmi menjadi istri seorang Gavin.
" Jangan berani-berani nya kamu menyentuh dia!"tekan Gavin menatap tajam Langit. Kemudian tatapan nya beralih kepada Redyna ." turun sekarang,"titah nya.
Redyna sedikit meringis ketika pergelangan tangan nya dicengkeram erat oleh Gavin. Sebelum gadis itu terun dari motor, Langit sudah lebih dulu menahan nya agar tidak turun dan mengikuti perintah dari pria dewasa yang ada dihadapan mereka saat ini.
" Nggak bisa begitu dong! Yang harus nya ngelepasin tangan itu Om, bukan saya. Sekarang saya suruh Om lepasin tangan Om dari tangan pacar saya!.
Gavin menoleh dengan cepat, dalam seketika telinga nya menjadi tuli. Apa yang baru saja anak ingusan itu katakan? Pacar? Redyna berpacaran dengan laki-laki kurus itu?
Rahangnya semakin mengetat serta gigi nya yang bergemeletuk menahan amarah yang siap disemburkan.
Pada akhirnya Gavin berubah haluan, pria itu menarik kerah baju seragam Langit. Menyuruh laki-laki itu untuk segera turun dari motor nya. Begitu turun, Gavin langsung melayang kan satu atau dua Bogeman mentah pada wajah Langit.
Belum sempat membalas perbuatan Gavin yang tiba-tiba, Langit kembali mendapatkan pukulan di rahang nya. Tubuh nya seketika ambruk ketanah,tenaga yang Gavin keluar kan tidak main-main. Baru satu pukulan diawal, Langit sudah merasa sakit diarea wajah nya, bahkan sempat pening tadi.
Puas melihat keadaan laki-laki itu sudah tidak berdaya, kini tatapan Gavin kembali terfokuskan terhadap Redyna." ikut saya." ujar Gavin dingin.
" Nggak mau, Om!"
Gavin sudah mulai hilang kesabaran, jangan sampai dirinya ikut mencelakai Redyna, kakinya melangkah mendekati gadis itu yang masih terduduk diatas motor. Langsung saja Gavin mengangkat tubuh mungil itu layaknya karung beras.
" Aku nggak mau ikut Om, turunin aku!" pekik Redyna yang tak Gavin hiraukan. Tangan gadis itu terulur kearah Langit yang masih pada posisi sebelumnya." Langit tolongin gue,Lo bilang nya mau ngelindungin gue, tapi giliran gue udah diangkut kayak gini kok Lo diem aja,sih Langit?"
"Dia itu lemah, sayang. Jangan kan ngelindungin kamu, buat ngelindungin diri sendiri aja nggak bisa." Bukan Langit yang membalas nya, melainkan Gavin. Terdengar nada hinaan didalam ucapannya.
Redyna mulai memberontak digendongan Gavin, kakinya yang menjuntai ia gerakan tak tentu arah." om, tolong lepasin aku." gadis itu memohon, berharap Gavin melepaskan dirinya yang sebentar lagi akan menangis.
" saya nggak akan lepasin kamu, sampai kapan pun itu," tukas Gavin dingin.