Berry Aguelira adalah seorang wanita pembunuh bayaran yang sudah berumur 35 tahun.
Berry ingin pensiun dari pekerjaan gelap nya karena dia ingin menikmati sisa hidup nya untuk kegiatan normal. Seperti mencari kekasih dan menikah lalu hidup bahagia bersama anak-anak nya nanti.
Namun siapa sangka, keinginan sederhana nya itu harus hancur ketika musuh-musuh nya datang dan membunuh nya karena balas dendam.
Berry pun mati di tangan mereka tapi bukan nya mati dengan tenang. Wanita itu malah bertransmigrasi ke tubuh seorang anak SMA. Yang ternyata adalah seorang figuran dalam sebuah novel.
Berry pikir ini adalah kesempatan nya untuk menikmati hidup yang ia mau tapi sekali lagi ternyata dia salah. Tubuh figuran yang ia tempati ternyata memiliki banyak sekali masalah yang tidak dapat Berry bayangkan.
Apa yang harus dilakukan oleh seorang mantan pembunuh bayaran ditubuh seorang gadis SMA? Mampukah Berry menjalani hidup dengan baik atau malah menyerah??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hilnaarifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 07
Cahaya matahari memasuki kamar melalui jendela yang gorden nya tidak di tutup. Suara alarm terdengar memenuhinya ruangan di ikuti suara pintu yang sedari tadi di ketuk dari luar namun tidak ada yang menjawab nya.
Tok tok tok
"Non Alice, bangun non ini sudah pagi. Non harus pergi ke sekolah."Suara pelayan tua itu terdengar dari balik pintu, sepertinya dia sedikit frustasi karena anak majikan nya tidak
memberikan jawaban pada nya.
Di tempat tidur, Alice bergerak sedikit cahaya yang masuk sedikit mengganggu ketenangan tidurnya.
Dia menutup wajahnya dengan bantal kepala dan berusaha kembali tidur. Namun tidak bisa terlalu berisik hingga dia terpaksa membuka mata.
Dia sedikit linglung melihat tempat tidur nya yang terlihat nyaman sekali untuk ukuran tempat tidur di sebuah desa kecil.
Dia mengerutkan keningnya ketika alarm di atas nakas samping tempat tidur nya sangat berisik.
"Sejak kapan aku memasang alarm?"Gumamnya dengan bingung karena kesal dia pun melempar kan bantal ke alarm itu.
Alarm itu jatuh dan tertimpa dengan bantal yang membuat suara nya teredam. Alice duduk, dia melihat sekitar nya.
"Dimana ini?"Ucapnya masih dengan kebingungan yang tercetak jelas di wajah lusuh nya itu.
Tok tok tok
"Non harus pergi ke sekolah nanti terlambat. Nyonya bisa marah lagi jika non tidak pergi"Suara frustasi pelayan tua wanita itu kembali terdengar dan membuyarkan lamunan Alice yang masih mengantuk dan bingung.
"Hah? Sekolah?"
Sedetik kemudian Alice membulatkan mati nya, dia pun berteriak kencang.
"Arghhh!"
"Non?! Ada apa?"
Begitulah, pagi yang sangat indah. Penuh dengan kebisingan yang di timbulkan oleh jiwa asing yang tidak sengaja bersemayam di tubuh seorang anak SMA suram.
"Karena ini kali pertama kamu terlambat, bapak akan kasih kamu keringanan. Sekarang, masuk ke dalam kelas. Jangan membolos"Ucap seorang pria berseragam guru pada Alice di ruangan BK.
Iya, Alice terlambat. Dia bahkan masih belum sadar tubuh yang ia tempati harus memenuhi tanggung jawab nya sebagai pelajar SMA. Dia tidak suka belajar, sungguh.
Gadis itu hanya bisa menunduk sebagai ucapan maaf nya, pria yang di duga sebagai guru BK itu pun menghela nafas dan membiarkan Alice pergi dari ruangan nya.
Alice berjalan di lorong sekolah dengan pelan, mata nya melihat kesana kemari dari tadi. Tidak tahu harus kemana, dia tidak ingat kelas kemarin yang ia tempati ketika bangun di tubuh ini.
Tamatlah sudah riwayat nya. Lebih gawat lagi, perut Alice berbunyi karena lapar. Dia tidak sempat sarapan di rumah, waktu nya tidak ada lagi, dia bahkan menyuruh supir nya mengebut. Meski tetap saja terlambat, hahh...
Alice berbelok ke kanan hanya mengikuti nalurinya saja. Dan tidak jauh di depan nya, ada sebuah kantin.
Kantin yang cukup besar dan pasti nya di
penuhi dengan makanan enak. Perut nya semakin bergemuruh meminta makan.
Tanpa basa basi lagi, Alice berjalan mendekati kantin tersebut. Sepi, itulah keadaan nya sekarang, tentu saja semua murid sedang berada di dalam kelas dan belajar bersama guru.
Hanya dia saja yang seperti monyet lepas kandang. Gadis itu bingung ingin memesan makanan apa, semua terlihat enak.
Pada akhirnya dia memiliki stand paling pojok yang menjual nasi goreng. Selain mengenyangkan, tempat pojok sudah pasti aman. Dia tidak akan ketahuan jika duduk disana, haha.
"Bu, pesan nasi goreng spesial nya satu ya. Minum nya es teh saja"Ucap Alice dengan santai di depan stand penjual nasi goreng.
Tidak lama, seorang wanita muncul dan menatap Alice dengan heran.
"Loh, kamu tidak belajar di kelas? Tumben sekali ada yang berani keluar di jam pelajaran"Ucap wanita penjual nasi goreng
tersebut pada Alice yang diam membisu dengan bodoh.
"Ah... haha... iya Bu. Saya tadi terlambat tidak sempat masuk kelas. Karena lapar, saya pergi kesini saja"Jawab Alice mencoba santai.
Dia tidak bohong namun juga tidak benar, diakan tidak tahu kelas nya dimana karena
perut nya berbunyi apa salah nya jika ia makan dulu.
Wanita penjual itu menggelengkan kepala nya tidak habis pikir dengan kelakuan murid perempuan di depan nya, ya sudahlah, itu bukan urusan nya.
Dia hanya penjual nasi goreng disini, apa yang bisa ia lakukan tidak mungkin menasehati murid ini kan?
Dia pun segera memasak nasi goreng pesanan Alice sedangkan gadis itu, dia sudah pergi ke meja pojok.
Tangannya mengambil kerupuk yang terletak di atas meja, membuka dan memakan nya. Mata nya melihat sekeliling, sekolahnya ini sangat elit.
Cocok untuk para anak orang kaya yang ingin anak nya berpendidikan tinggi. Di kehidupan nya dulu, dia tidak pernah bisa sekolah.
Hanya berbagai senjata tajam yang menemani keseharian nya. Meski begitu, dia bukan orang bodoh. Karena profesi nya yang mengharuskannya belajar berbagai hal termasuk bahasa maupun keterampilan lain nya.
Selain menjadi pembunuh bayaran, dia juga memiliki banyak pekerjaan lain, seperti sebagai penyamaran untuk mencari informasi, keahlian dalam bidang komputer, apapun itu yang berguna untuk nya, dia akan lakukan.
Pengalaman tiga puluh tahunnya tidak akan sia-sia disini jadi tidak ada rasa takut sedikitpun bagi nya, untuk bertingkah seperti anak sekolahan, itu hanya hal mudah.
Tuk
"Ini pesanan kamu"Ucap wanita penjual nasi tadi pada Alice, gadis itu tersadar dari
lamunannya.
Dia pun tersenyum tipis dan berterimakasih kepada si penjual. Wanita itu mengangguk dan kembali ke stand nya.
Alice menatap piring yang penuh dengan makanan enak itu, dia mengambil sendok dan segera mengambil sesuap nasi lalu memakannya dengan nikmat.
"Enak nya."
Alice memakan nasi nya dengan riang gembira tanpa tahu ada seorang pemuda yang mengawasi nya dari jauh.
Wajah pemuda itu datar dan sangat muram ketika melihat Alice makan dengan santai nya.
Saat nasi goreng itu tinggal separuh, Alice menghentikan makannya dan segera minum. Dia lega karena perut nya sudah tidak mengeluh lapar lagi.
"Ngapain lo disini?"Sebuah suara dingin mengagetkan Alice, gadis itu yang tadi sedang minum pun terkejut hingga menyemburkan minuman nya ke arah pemuda itu.
Pemuda itu dengan sigap menghindar meski ada sedikit percikan air yang mengenai seragam miliknya, dia pun mendesis kesal.
Alice menatap pemuda itu dengan pandangan kagetnya, sedikit terpukau pada ketampanan pemuda itu.
Bagaimana tidak, mata hitam tajam, rahang tegas, alis tebal, bibirnya yang mancung bak perosotan serta bibir merah nya yang berbentuk hati.
Jangan lupa, tubuhnya yang tinggal dan
tegap penuh dengan otot. Alice tidak ragu jika perut pemuda ini penuh dengan roti sobek. Hehe...
Pemuda itu menatap Alice jijik ketika mulut gadis itu mengeluarkan air liur sambil menatap seluruh tubuh nya terlebih khusus pada perut nya.
"Gadis mesum"Pikirnya sinis.
"Gue tanyak, lo ngapain disini?"
Pemuda itu kembali membuka suaranya, dia sudah mulai risih karena terus di tatap dengan liar oleh gadis mesum ini.
Dia tidak pernah melihat gadis ini di sekolah, jadi dia tidak mengenalnya. Yang dia tahu, gadis ini sudah melanggar aturan sekolah, bolos di kantin disaat jam pelajaran di mulai.
"Ya makan lah, buta ya?"Jawab Alice dengan sinis, mohon maaf ya meski nih cowok ganteng itu tetap tidak akan mempan padanya jika ketenangan nya di ganggu dia akan marah.
Pemuda itu mengerutkan keningnya, "Gue tahu lo makan yang gue tanyak, kenapa lo di kantin di jam pelajaran, ngapain"Ucap pemuda datar, berani sekali gadis ini mengatai nya buta.
Alice mendengus dingin, dia menghabiskan minuman nya dalam sekali teguk. Gadis itu berdiri mengabaikan pemuda itu, dia berteriak pada wanita penjual nasi goreng.
"Bu! Uang nya saya letak di atas meja ya, terimakasih, nasinya enak."
Setelah mengatakan itu, dia pun berjalan pergi meninggalkan kantin dan pemuda itu.
Pemuda itu mendadak terbodoh, "Hei! Jangan kabur, lo harus ikut gue ke ruang BK!"Teriak pemuda itu yang mulai mengejar Alice.
Gadis itu segera berlari dengan cepat, "Sialan, dia sadar juga ternyata"Gumam Alice panik.
Jangan BK lagi, dia sudah malas bertemu dengan guru laki-laki tadi, aduh sekarang dia harus kemana?
Alice dan pemuda itu berlari menyusuri lorong sekolah melewati taman, lapangan dan akhirnya berhenti di depan kelas yang familiar bagi Alice.
"Inikan kelas kemarin"Ucap nya senang, dia pun masuk kedalam dengan berlari tanpa perduli jika ada guru yang sedang mengajar.
Semuanya terkejut karena kedatangan Alice yang tiba-tiba dan juga begitu brutal.
"Alice!"Bentak guru wanita yang sedang mengajar di depan kelas, gadis itu segera berhenti berlari dan berdiri diam tidak jauh dari guru itu.
"Dari mana saja kamu? Ini sudah masuk jam ke dua pelajaran saya"Lanjut wanita itu tidak senang.
Murid-murid yang lain berbisik-bisik dan membicarakan Alice yang tidak sopan dan asal masuk ke dalam kelas.
"Dia bolos?"
"Si bisu bolos, mau jadi apa dia."
Alice menatap tidak suka pada mereka yang mana itu membuat mereka semua diam karena kaget.
Apa Alice bisa mendengarkan ucapan mereka? Bukankah, gadis itu tuli dan bisu, bagaimana bisa mendengar.
Gadis itu menarik kembali pandangan nya dan menatap guru dengan wajah lugu dan polos nya. Sambil mengedipkan mata pelan dan memiringkan kepalanya bingung. Guru itu menutup mata nya menahan emosi, dia menulis sesuatu di papan tulis, mata Alice pun mengikuti nya.
'Dari mana saja kamu? Kenapa terlambat?'
Setelah menulis itu, sang guru melihat Alice lagi. Dan menaikkan alis nya bertanya, Alice tersenyum bodoh, dia menggaruk kepala nya bingung ingin menjawab apa.
Tidak mungkin dia jujur kalau dia bolos di kantin karena tidak tahu kelasnya dimana kan?
Ketika guru itu ingin menuntut jawaban nya dengan keras, seseorang mengetuk pintu.
"Permisi"Ucap seseorang yang mengetuk pintu tadi.
Semua mengalihkan pandangan mereka ke arah pintu termasuk Alice dan guru wanita itu. Alice menganga melihat pemuda yang mengejarnya tadi, sudah sampai di pintu kelas dan menatap nya dengan penuh dendam.
"Gama? Ada perlu apa?"Tanya guru wanita itu dengan ramah, Alice yang mendengar suara ramah itu menatap guru itu dengan julid.
Sama yang ganteng langsung luluh, dasar guru pilih kasih. Pikir Alice. Banyak murid perempuan cekikikan saat melihat pemuda yang di panggil Gama itu. Sedangkan si pusat perhatian hanya menatap Alice dengan tajam.
"Saya mau membawa murid yang bolos ke ruangan BK Bu"Jawab pemuda itu santai.
Sang guru menatap tajam Alice, "Dia maksud kamu?"Tanya guru itu lagi sambil menunjuk ke arah Alice yang memutar mata nya malas.
Gama, mengangguk. "Iya, dia. Saya melihat nya bolos di kantin, saat jam mata pelajaran telah berlangsung"Ungkap pemuda itu.
Barang kali, dia punya dendam pribadi pada Alice karena telah membuat nya harus berlari mengelilingi seluruh sekolah hanya untuk menangkap gadis itu.
Dia lelah, jujur saja. Tenaga gadis itu sungguh di luar nalarnya.
Guru itu terkejut mendengarnya, begitu juga dengan seisi kelas. Seorang Alice bolos? Dari mana keberanian itu.
Gama masih menatap Alice yang juga menatap nya dengan julid. Dasar pengadu, batin alis ribut.
Guru itu berbalik lagi ke papan tulis dan menulis sesuatu disana, Alice mengikuti nya.
'Kamu sudah keterlaluan, pergi dan terima hukuman mu.'
Alice menutup mata nya sesaat dan kembali membuka nya. Oke, dia pasrah sekarang. Gama yang melihat papan tulis itu merasa bingung, kenapa guru itu menulis kata-kata seperti itu, dia melirik gadis tadi.
Apa kata-kata itu untuk gadis ini?
Sudahlah, dia tidak mau memikirkan tentang itu. Tanpa basa basi, Alice berjalan keluar dari kelas. Bahkan dia tidak permisi pada sang guru, seisi kelas hanya menatap nya sinis. Bagi mereka, ini bukan pertama kali nya Alice berbuat tidak sopan seperti itu.
Tidak ada reaksi berlebihan seperti saat mereka tahu, alice bolos. Gama mengangguk pada guru itu dan permisi untuk pergi.
Sang guru pun mengizinkan nya pergi, wanita itu pun menghapus kata-kata tadi dan melanjutkan pelajaran nya yang tertunda.
Alice berjalan di lorong dengan pelan, Gama ada di belakang nya, mengawasi nya. Takut-takut jika Alice kembali berlari dan menghindari hukuman. Berbeda dengan pikiran Alice di depan.
Gadis itu menatap kedua tangannya, sesaat dia seperti mengingat sesuatu yang berhubungan dengan tangan.
Dia menggerakkan tangan nya dengan acak namun tidak menghasilkan apa-apa. Maksud nya, ingatan tadi menghilang.
Mendadak dia menjadi bingung, sebenarnya ada apa?
Tiba-tiba dia merasakan perasaan sedih, Alice menatap luka-luka di jari tangannya.
"Kenapa ya?"Gumam nya pelan.
Saat dalam keadaan bingung, tubuh nya tiba-tiba di tarik dari belakang oleh Gama. Alice berbalik dan menyentak tangan
pemuda itu.
"Apa sih!"Katanya kesal. Dia bukan kucing yang harus di tarik seperti itu.
Gama menatap gadis itu datar, "Lo kelewatan, ruang BK nya disini"Ucap pemuda itu memberi tahu kesalahan bodoh Alice.
Gadis itu mendengus, "Bacot."Balasnya sinis. Tanpa kata, Alice masuk ke dalam ruang BK dan bertemu kembali dengan guru laki-laki tadi.
Gama menaikkan alis nya menatap kepergian Alice, dia tersenyum tipis. Kemudian, dia berjalan masuk ke dalam ruangan.
Begitulah, pagi yang baik untuk Alice.
***
Alice menutup mata nya, merasakan hembusan angin sejuk yang ia dapat di lantai paling atas sekolah.
Hari sudah menjelang sore hari, sebentar
lagi bel pulang sekolah akan berbunyi.
Saat keluar dari ruangan BK, dia menjalani hukuman membersihkan toilet.
Tentu saja, dia di awasi oleh pemuda
yang bernama Gama tadi ternyata oh ternyata, pemuda itu adalah seorang ketua OSIS.
Mereka berdua satu angkatan hanya berbeda kelas saja. Alice berada di kelas, 11 IPA 3 sedangkan pemuda itu, berada di 11 IPA 1. Kelas untuk orang-orang unggul, tentu saja.
Selesai hukuman, dia tidak berniat kembali ke kelas. Dengan menipu Gama, dia pun berakhir di tempat sunyi ini.
Atap sekolah. Berjam-jam dia berada disini tanpa turun untuk beristirahat bahkan jika perutnya telah berbunyi meminta makan.
Dia tertidur karena angin berhembus yang sejuk. Hal yang membuat nya bermimpi atau mungkin itu adalah ingatan dari si pemilik tubuh. Tidak banyak yang ia dapat hanya saja, si pemilik tubuh ini lumayan miris hidup nya.
Pertama, mengapa murid-murid serta guru selalu menganggapnya bisu dan tuli. Gadis ini sengaja, dia sengaja membuat diri nya terlihat tuli dan bisu di hadapan semua orang sejak memasuki masa SMA. Kenapa?
Begini ibu pemilik tubuh ini adalah seorang yang sangat perfeksionis, semua harus sesuai dengan keinginan nya bahkan jika itu adalah beban bagi anaknya.
Si ibu, adalah mantan pemain Selo profesional. Dia memiliki mimpi yang besar untuk tampil di hadapan seluruh dunia dan menunjukkan bakat hebat nya.
Hanya saja, beberapa hal tidak berjalan baik di hidup nya semasa itu. Hingga dia tidak dapat mewujudkan mimpi nya tersebut.
Berakhirlah, sang anak menjadi pelampiasan mimpi nya yang tidak berjalan dengan baik itu.
Alice menjadi pemain Selo sejak umur nya memasuki kelas SD, Mengikuti semua kursus dan les yang berfokus pada permainan tersebut.
Tidak ada waktu nya untuk bersantai sedikit pun bahkan untuk belajar pelajaran akademi biasa saja, dia tidak punya.
Itulah sebab nya dia memiliki nilai rendah di sekolah kecuali permainan Selo nya yang luar biasa, alasan sekolah menoleransi dirinya disini.
Lalu, apa hubungannya dengan bisu dan tuli?
Karena terlalu setres, Alice sempat mengalami gangguan psikologis yang mengarah tentang pendengaran nya.
Kepanikan saat dia memegang Selo di hadapan semua orang, trauma dan apapun itu yang berhubungan dengan psikologis, dia tidak terlalu tahu.
Alice ingin berhenti bermain Selo namun tentu saja ibu nya tidak membiarkan itu terjadi. Terbitlah, drama tuli dan bisu ini. Alice selalu berteriak kesakitan dan mengeluh dia tidak bisa mendengar kan apapun, hal yang membuat ibunya panik dan membawa nya ke rumah sakit.
Begitulah, dokter mengatakan dia memiliki masalah di pendengaran nya padahal sebenarnya tidak bukan fisiknya yang terluka, melainkan batin nya yang terlalu tertekan.
Itu lah, mengapa dia di anggap bisu dan tuli. Saking niatnya untuk menjalankan drama itu, Alice bahkan belajar bahasa isyarat menggunakan tangannya, itu lah kenapa saat di lorong dia merasakan dorongan sesuatu menggunakan tangan nya.
Dia ingin berkomunikasi dengan tangan nya sama seperti orang-orang yang memiliki kekurangan itu.
Alice tidak pernah ingin berbicara sedikit pun hanya pembantu wanita di rumah nya saja yang mengetahui drama yang di buat Alice.
Karena ini juga, ibu Alice jarang berada di rumah dia selalu pergi keluar bahkan hingga berhari-hari.
Bagaimana dengan ayah Alice? Ini yang belum ia dapat, tidak banyak ingatan yang ia tahu.
Hanya sebatas luar nya saja, dia bahkan curiga ada hal yang lebih mengerikan dari berpura-pura tuli dan bisu.
Gadis itu membuka mata nya, menatap langit yang mulai berubah.
"Haruskah aku berpura-pura seperti Alice? Tidak berbicara maupun mendengar"Tanyanya pada diri sendiri dengan frustasi.
Dia memang ingin hidup damai tapi, damai yang di maksud bukan seperti ini. Yang benar saja, tuli dan bisu bagaimana dia bisa melakukan itu.
Mulutnya selalu tidak bisa di kontrol, dia bahkan akan mengumpat jika dia sedang
kesal. Dan berteriak jika sedang setres.
Belum lagi, pemuda yang bernama Gama itu, mendengar ia berbicara. Gimana mau berdrama jika ada yang mengetahui nya, jika dia dapat berbicara dan mendengar dengan baik.
Oh satu lagi, Alice tidak memiliki teman satu orang pun, dia tidak punya. Jika beristirahat, gadis ini akan pergi ke taman belakang sekolah sambil membawa bekal nya.
Dia juga suka memasang earphone di telinga nya, tidak mengerti apa maksudnya, orang-orang tahu dia tuli namun dia memakai earphone.
Pantas saja tidak ada yang menyukai nya, kelakuan nya saja sudah aneh.
"Terlalu suram, sama seperti ku"Ucap Alice mendadak murung. Dia sudah pasrah dan menerima semua keanehan ini jika dia bisa hidup dengan damai dengan menjadi Alice, kenapa tidak?
Ini yang ia inginkan, menjalani hidup seadanya. Hanya satu, dia malas belajar. Menjadi anak SMA cukup membuat nya setres tingkat akut.
Dia seorang wanita berjiwa bebas, tidak akan nyaman dengan semua peraturan anak sekolahan seperti ini.
Yang benar saja.
"Arrggh!"
Alice berteriak melampiaskan kekesalan nya. Tanpa tahu, ada orang yang terganggu dengan suara berisik nya.
"Berisik!"Ucap suara dingin yang tidak jauh dari gadis itu. Alice terdiam, dia menatap sekitar.
"Suara apa itu?"Gumamnya pelan, mendadak nyali nya ciut. Memikirkan diri nya sendiri disini, namun ada suara lain. Apa itu, penghuni atap? Apa dia tidak senang karena Alice ada disini?
"Em... tuan hantu, maaf jika saya berisik. Tolong jangan muncul ya"Ucap gadis itu aneh sambil menatap sekeliling nya.
Di atas hanya ada meja-meja bekas, kursi bekas dan beberapa sofa usang. Dia sendiri sedang tiduran di atas meja.
"Gue bukan hantu"Jawab suara itu lagi.
Alice membulat kan mata nya, "Oh, lalu apa? Goblin?"Balas Alice asal.
"Ck!"
Alice terkejut ketika melihat seseorang bangun dari sofa, dia menatap Alice dengan tajam karena telah mengganggu tidurnya yang sudah nyaman tadi.
"Wow, goblin tampan"Ceplos Alice dengan bodoh nya.
Kenapa ya, banyak sekali orang-orang
tampan disini, tadi si ketua OSIS Gama, sekarang apa?
Rambut coklat, hidung mancung, rahang tegas, bibir tebal bewarna merah, dan alis yang tebal itu. Nikmat dunia mana lagi yang perlu di dustai.
"Gue manusia"Ucap pemuda yang bangun itu. Aduh, suaranya pengen ngajak nikah, terlalu dalam.
Alice mendadak semangat. Apa ini karma baik yang ia dapat? Bertemu dengan cowok-cowok tampan, bisa saja salah satu dari mereka akan menjadi jodoh masa depan nya. Haha...
Pemuda itu bangun dari duduknya dan berjalan mendekati Alice yang sedang terbodoh di atas meja.
Mata gadis itu melihat seragam yang di kenakan oleh sang pemuda, seperti nya mereka seangkatan juga.
Ada perbedaan seragam bagi setiap tingkat di sekolah yang ia tempati ini. Angkatan ke dua memiliki corak biru yang lebih banyak untuk angkatan pertama, mereka berwarna merah sedangkan ketiga, berwarna hijau tua.
Alice tidak terlalu mengerti tentang desain tapi seragam yang ia kenakan cukup bagus. Cocok untuk sekolah elit.
"Siapa Lo?"Tanya pemuda itu dengan mengerut kan keningnya, dia tidak pernah melihat gadis aneh ini.
Lihat saja, tampilan lusuh dan berantakan
nya, tidak lupa sepasang earphone yang ada di telinganya.
"Orang lah"Jawab Alice singkat.
Dia berusaha turun dari meja, bel pulang sudah berbunyi, dia tidak mau seperti semalam pulang di malam hari.
Pemuda itu mendengus, "Gue tahu lo orang, gue nggak pernah lihat Lo di sekolah ini. Aneh"Ucap pemuda itu blak-blakan.
Alice yang sudah turun dari meja pun menatap pemuda itu sinis, kenapa setiap pemuda tampan yang ia temui, kelakuannya sangat tidak bagus.
Mulut mereka pedas semua selain itu sikap sinisnya. Alice kesal sekarang, angan-angan nya memiliki pacar tampan pun segera pupus di terpa angin. Sungguh mengecewakan.
"Kau yang aneh"Balas Alice asal, dia mengambil tasnya dan akan segera melangkah pergi namun kerah belakang nya di tahan oleh si pemuda itu.
Wajah Alice mendatar dua kali, dua kali dia diperlakukan semena-mena oleh pemuda yang ia temui dalam beberapa jam.
Dia bukan kucing! Sungguh, ada apa dengan orang-orang tampan ini? Apa otak mereka sedikit rusak?
"Lo mau pergi gitu aja setelah mengganggu tidur gue?"Ucap pemuda itu sambil menaikkan alis nya menatap tajam Alice.
Alice mengangkat kepala nya, oh iya tinggi mereka sangat berbeda, pemuda ini sangat tinggi hingga dia harus mendongak.
Gadis itu mendesis, dia menyentak tangan pemuda itu dengan kuat. Pemuda itu pun
terpaksa harus melepaskan tangan nya dari kerah belakang gadis itu.
Galak juga, pikir nya.
"Jangan pegang-pegang. Aku nggak perduli sama tidur mu, yang penting mau balik aku"Ucap Alice dengan kesal.
Dia membenarkan kerah baju nya, bisa-bisa saja koyak seragam cantik nya ini jika terus menerus di tarik seperti itu.
Pemuda itu kembali mengerutkan keningnya dalam, kenapa cara bicara gadis ini aneh sekali terlalu formal untuk anak sekolah elit yang tinggal di ibukota seperti ini.
"Aneh."Kata pemuda itu lagi.
Entahlah hanya itu yang ingin dia katakan untuk gadis ini.
Alice mendecakkan lidah nya. Dengan rencana licik nya, dia menginjak kaki pemuda itu dengan sekuat tenaga dan berlari meninggalkan atap. Ya, pembalasan dendam.
"Arghh! Sialan!"Teriak pemuda itu kesakitan sambil memegang kaki nya yang baru saja di pijak oleh gadis aneh itu.
"Awas Lo ya."Gumam pemuda itu ketika
melihat Alice berlari meninggalkan atap dan juga diri nya yang sedang menahan rasa sakit.
"Shh... tenaga nya kuat juga."Pemuda itu menatap kaki nya dengan miris.
Di bawa, Alice segera berlari menuju gerbang. Dia sudah melihat supir nya yang telah menunggu, tentu saja dia langsung masuk ke dalam mobil.
Sang supir merasa heran ketika melihat gadis itu ngos-ngosan seperti di kejar setan.
"Kenapa non?"Tanyanya penasaran.
Alice menatap supir nya, dia menggeleng kan kepala nya santai dan menggerakkan tangan nya tanpa sadar 'Tidak ada apa-apa, pak'
Supir yang melihat gerakan tangan itu pun mengangguk paham, dia pun segera menghidupkan mesin mobil nya dan mengendarai mobil tersebut meninggal kan sekolah.
Alice menatap tangan nya kosong, tadi itu dia baru saja melakukan bahasa isyarat dengan tangan nya kan? Haha, ini menyenangkan.
Tidak buruk juga, seperti nya dia akan betah disini.
^^
tp yg baca ko dikit y..
yooo ramaikan hahhlah