NovelToon NovelToon
Apel : Sebuah Kecantikan Dari Kesederhanaan

Apel : Sebuah Kecantikan Dari Kesederhanaan

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cinta Terlarang / Beda Usia / Persahabatan / Cinta Murni / Romansa
Popularitas:4.1k
Nilai: 5
Nama Author: AppleRyu

Ryu dan Ringa pernah berjanji untuk menikah di masa depan. Namun, hubungan mereka terhalang karena dianggap tabu oleh orangtua Ringa?

Ryu yang selalu mencintai apel dan Ringa yang selalu mencintai apa yang dicintai Ryu.

Perjalanan kisah cinta mereka menembus ruang dan waktu, untuk menggapai keinginan mereka berdua demi mewujudkan mimpi yang pernah mereka bangun bersama.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AppleRyu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 34 : Pertunangan

Inggit dan aku telah menyelesaikan semester akhir kami dengan baik, meski penuh dengan tantangan. Terapi yang dijalani Inggit membuahkan hasil yang luar biasa. Dia mulai menemukan kembali dirinya dan semangat hidupnya. Aku bangga dengan keberaniannya menghadapi masa lalu dan berjuang untuk masa depan yang lebih baik.

Hari wisuda pun tiba. Suasana di kampus sangat meriah, dengan para mahasiswa dan keluarga yang datang untuk merayakan pencapaian besar ini. Inggit dan aku berjalan bersama menuju aula utama, mengenakan toga dan topi wisuda kami. Di tanganku ada sebuah kotak kecil yang akan mengubah hidup kami selamanya.

Saat upacara berlangsung, aku tidak bisa mengalihkan pandanganku dari Inggit. Senyum di wajahnya adalah sumber kebahagiaanku. Ketika namanya dipanggil untuk menerima ijazah, sorak sorai dan tepuk tangan memenuhi ruangan. Dia menoleh padaku, dan mata kami bertemu. Dalam tatapan itu, aku melihat harapan, kebahagiaan, dan cinta yang mendalam.

Setelah upacara selesai, kami berkumpul bersama teman-teman dan keluarga untuk berfoto dan merayakan momen istimewa ini. Pak Arif, yang telah menjadi mentor dan pendukung kami, juga hadir dan memberikan ucapan selamat.

"Selamat, kalian berdua. Kalian pantas mendapatkan ini," katanya dengan senyum hangat.

"Terima kasih, Pak Arif," jawabku. "Dukungan Anda sangat berarti bagi kami."

Setelah beberapa waktu, aku mengajak Inggit ke gazebo tempat kami sering duduk bersama. Langit sore itu indah, dengan matahari yang perlahan tenggelam di ufuk barat, menciptakan cahaya keemasan yang memancar di sekitar kami.

"Inggit," kataku, menatapnya dengan serius, "ada sesuatu yang ingin aku katakan."

Dia menoleh padaku, tampak bingung namun penuh rasa ingin tahu. "Apa itu, Ryu?"

Aku menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diriku sendiri. "Inggit, beberapa tahun terakhir ini adalah waktu yang paling berarti dalam hidupku. Melihatmu tumbuh dan menjadi lebih kuat, membuatku semakin yakin bahwa aku tidak bisa membayangkan hidup tanpamu."

Dia tersenyum, matanya berkilauan dengan air mata. "Ryu, aku juga merasakan hal yang sama."

Dengan hati-hati, aku mengeluarkan kotak kecil dari saku jasku dan membukanya, memperlihatkan cincin berlian yang berkilau. "Inggit, maukah kau menjadi tunanganku dan menghabiskan sisa hidupmu bersamaku?"

Inggit menatap cincin itu dengan mata yang penuh haru. "Ryu, ini... ini sangat indah. Aku tidak tahu harus berkata apa."

"Katakan ya, Inggit. Katakan bahwa kau ingin kita bersama selamanya."

Dia mengangguk, air mata kebahagiaan mengalir di pipinya. "Ya, Ryu. Aku mau. Aku ingin kita bersama selamanya."

Aku tersenyum lebar, merasa bahagia melebihi kata-kata. Aku memasangkan cincin itu di jari manisnya, dan kami saling berpelukan erat, merasakan kebahagiaan yang tak terlukiskan.

Kami duduk di gazebo, berbicara tentang masa depan yang akan kami jalani bersama. Angin sepoi-sepoi membawa aroma bunga, menciptakan suasana yang sempurna untuk momen istimewa ini.

"Inggit," kataku, menatap ke langit yang mulai dipenuhi bintang, "Aku berjanji akan selalu berada di sampingmu, melalui segala suka dan duka."

Dia menoleh padaku, matanya bersinar dalam cahaya remang. "Aku juga berjanji, Ryu. Kita akan menghadapi semuanya bersama-sama."

Malam itu, kami merayakan pertunangan kami dengan cara yang sederhana namun penuh makna. Kami berbagi cerita, tawa, dan impian untuk masa depan. Setiap momen terasa begitu berharga, seolah dunia hanya milik kami berdua.

Hari-hari setelah pertunangan kami dipenuhi dengan kebahagiaan dan harapan. Kami mulai merencanakan masa depan bersama, membicarakan tempat tinggal, pekerjaan, dan impian yang ingin kami wujudkan. Kami tahu bahwa perjalanan kami tidak akan selalu mudah, tetapi dengan cinta dan dukungan satu sama lain, kami yakin bisa melewati segala rintangan.

Inggit semakin membaik setiap harinya. Terapi yang dia jalani memberinya kekuatan untuk menghadapi masa lalu dan menemukan kedamaian dalam dirinya sendiri. Melihat perubahan positif dalam dirinya membuatku semakin yakin bahwa aku telah membuat keputusan yang tepat untuk bersamanya.

Suatu sore, saat kami berjalan-jalan di taman, Inggit berhenti dan menatapku dengan serius. "Ryu, ada sesuatu yang ingin aku katakan."

"Apa itu, Inggit?"

Dia menarik napas dalam-dalam. "Aku sangat berterima kasih karena kau selalu ada untukku. Kau telah membantuku melewati masa-masa sulit dan memberikan harapan untuk masa depan. Aku tidak tahu bagaimana aku bisa melewati semua ini tanpamu."

Aku meraih tangannya dan menggenggamnya erat. "Inggit, kau juga telah memberiku kekuatan dan kebahagiaan. Bersamamu adalah hal terbaik yang pernah terjadi dalam hidupku."

Dia tersenyum, matanya berkilauan dengan cinta. "Ryu, aku mencintaimu lebih dari apa pun di dunia ini. Aku berjanji akan selalu mencintaimu dan berada di sampingmu, apa pun yang terjadi."

Aku tersentuh oleh kata-katanya. "Aku juga mencintaimu, Inggit. Bersama kita bisa menghadapi segalanya."

Kami melanjutkan berjalan-jalan, merasakan kebahagiaan yang meluap dalam hati kami. Setiap langkah terasa ringan, seolah dunia ini penuh dengan kemungkinan dan harapan.

Malam itu, saat kami duduk di balkon apartemen kami, menatap langit malam yang penuh bintang, aku memeluk Inggit erat. "Inggit, masa depan kita mungkin penuh dengan tantangan, tetapi aku yakin kita bisa melewatinya bersama."

Dia menoleh dan menatapku dalam-dalam. "Aku juga yakin, Ryu. Bersamamu, aku merasa bisa menghadapi apa pun."

Kami duduk dalam keheningan yang nyaman, merasakan kehangatan cinta yang menyelimuti kami. Bintang-bintang di langit seolah-olah bersinar lebih terang, merestui perjalanan kami ke depan.

Malam itu, aku membawa Inggit ke pantai yang sepi dan tenang. Bulan purnama bersinar terang di langit, memantulkan cahayanya ke permukaan laut yang tenang, menciptakan kilauan yang memukau. Kami berjalan menyusuri pantai, membiarkan pasir lembut di bawah kaki kami memberikan rasa nyaman yang luar biasa.

"Pantai ini indah," kataku sambil menatap ke laut.

Inggit tersenyum dan meraih tanganku. "Aku bisa merasakannya, Ryu. Tempat ini benar-benar indah."

Inggit tersenyum dan meraih tanganku. "Aku bisa merasakannya, Ryu. Tempat ini benar-benar indah."

Kami berhenti di dekat bibir pantai, tempat ombak lembut menyentuh kaki kami. Angin malam yang sejuk membelai wajah kami, membawa aroma asin laut yang menenangkan. Aku memeluk Inggit dari belakang, merasakan kehangatan tubuhnya di dekatku. Kami berdiri dalam keheningan, menikmati momen itu.

"Bulan begitu indah malam ini," bisik Inggit, menatap ke arah langit yang dipenuhi bintang.

"Ya, tapi tidak seindah dirimu," jawabku, membisikkan kata-kata penuh cinta di telinganya.

Dia tersenyum dan menoleh padaku, matanya bersinar dalam cahaya bulan. "Ryu, aku merasa sangat beruntung memiliki kamu di sisiku."

Aku membelai wajahnya dengan lembut, menatapnya dalam-dalam. "Inggit, aku juga merasa begitu. Kau adalah segalanya bagiku."

Kami saling menatap, membiarkan kehangatan dan cinta mengalir di antara kami. Dalam momen itu, aku merasa dunia berhenti berputar, hanya ada kami berdua di bawah sinar bulan yang indah. Aku mendekatkan wajahku ke wajahnya, merasakan napasnya yang hangat. Tanpa kata-kata, kami saling memahami perasaan masing-masing.

Dalam keheningan malam itu, kami merasakan kedekatan yang tak terucapkan, seolah-olah cinta kami mengalir seperti ombak yang tenang. Kami saling berpelukan erat, membiarkan kehangatan tubuh kami menyatu dengan suasana malam yang magis.

"Ryu," bisik Inggit, suaranya lembut dan penuh perasaan, "terima kasih telah mencintaiku dengan sepenuh hatimu."

Aku mengecup keningnya dengan penuh kasih. "Aku selalu mencintaimu, Inggit. Selalu."

Kami duduk di atas pasir, saling memeluk erat di bawah sinar bulan. Angin laut yang sejuk membelai kami, membawa rasa damai yang tak terlukiskan. Malam itu, di pinggir pantai, kami merasakan cinta yang begitu dalam dan abadi, seperti laut yang luas dan tak berujung.

1
ᴋɪᷡɴᷟɢ
Cerita ini kompleks, jujur unexpect banget ternyata Inggit ada hubungannya dengan bapaknya Ringa. Dunia memang sesempit itu, gue penasaran bgt sama lanjutannya, buat Author walaupun ceritanya sepi, sampai disini gue akuin ini cerita bener-bener masterpiece, gue gak nyangka dan diluar nalar banget.. bikin cliffhanger yang bagus di setiap episodenya, gila author nya diluar nalar cooook
Mitsuha
Itu kebun apelnya Abang Ryu sama Ringa, maen ngomong kita aja
Mitsuha
Novelnya bagus bangeeeet🫶🏻🫶🏻🫶🏻
流大伊佐山豊
Cepet banget, update thooor update
流大伊佐山豊
Laura idup lagi?
流大伊佐山豊
Apel
流大伊佐山豊
Gila sih, apasih lawak woy lawak.. meninggal? tiba2 bangeeeeeeeeeet
流大伊佐山豊
Hana b*b*
流大伊佐山豊
Ryu nih masih naif, apakah dia akan jadi Xu Zhu?
流大伊佐山豊
Anzaaaaaay Ryu dan Ringa ga siiii 😂😂
流大伊佐山豊
Ryu dan Hana ga sih 😂
流大伊佐山豊
Lah emang bener kata si Hana, Ryu ini bener-bener gak bisa lepas dari Ringa.. tapi Hana juga ya elah Hana Hana
流大伊佐山豊
Stress nih cewe
流大伊佐山豊
Kocak banget Hana, astagaaa
流大伊佐山豊
Niat banget si Laura
流大伊佐山豊
Laura.. Beautiful name
流大伊佐山豊
Asli keluarganya Ringa kelewatan
ona
hana redflag banget woy /Right Bah!/
ona
eh hana bjir banget /Panic/
流大伊佐山豊
Orangtuanya Ringa kolot ya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!