Apel : Sebuah Kecantikan Dari Kesederhanaan

Apel : Sebuah Kecantikan Dari Kesederhanaan

Bab 1 : 16 Tahun Yang Lalu

Udara kota industri memang sangat berbeda dengan kota tempat tinggalku. Aku baru saja sampai di salah satu kota industri di Indonesia yang berada di provinsi Banten. Aku sampai disini dan hari yang lalu dan aku batuk-batuk karena tidak cocok dengan udara disini yang sangat menyesakkan dada.

Aku saat itu duduk di bangku SMP dan sedang liburan ke rumah salah satu paman ku. Terkadang, pergi ke kota besar tidak selalu menyenangkan. Di kotaku, udara pagi sangat sejuk. Ada banyak pohon apel di pekarangan kebun rumahku, aku hampir setiap hari bermain di bawah pohon-pohon apel yang ada di kebunku itu, sejak kecil aku sangat menyukai apel dari semua buah yang pernah aku makan.

Apel itu tidak manis, kadang sedikit asam. Bahkan jika tidak sengaja tergigit bijinya, rasa pahit memenuhi indera perasa di lidah ku. Tekstur apel juga menurutku tidak selembut pisang ataupun semangka. Rasa renyah dan berair yang memenuhi mulutku, benar-benar berbeda dari buah lainnya. Tekstur luarnya yang nampak keras tapi lembut dari dalam.

Selain rasanya yang berbeda dari buah lainnya, apel juga memiliki nurtisi yang sangat bagus untuk tubuh, vitamin B1, vitamin B6, vitamin C, dan berbagai macam antioksidan. 86% dari buah Apel juga mengandung air, unik kan? Tekstur luar yang keras, tapi diisi dengan air dalam kandungannya.

Saat musim panen tiba, aku adalah orang pertama yang memanen apel dari pekarangan, apel lebih dari sekedar buah-buahan. Bagiku, apel adalah sebuah ciptaan yang sempurna dari Sang Pencipta.

Siang itu cuaca sangat panas, menembus 32° Celcius, kepalaku pusing dan aku batuk-batuk karena tidak cocok dengan udara kota industri ini.

"Kamu tampak tidak baik Ryu? Mau makan sesuatu?" tanya Pamanku, sepertinya dia melihatku sedang tidak enak badan.

"Aku mau apel paman," jawabku.

"Ajak Ringa ke toko buah di depan," kata pamanku.

Seorang gadis kecil berambut pendek keluar dari kamarnya yang berada di ruang tengah. Wajahnya yang merah karena panasnya siang ini, nampak sangat lucu. Matanya yang besar dengan bibir yang cemberut, menambah keimutan anak ini. Sepertinya, dia masih kelas 3 SD.

"Ayah, ini panas banget loh, suruh Abang Ryu berangkat sendiri aja ke warung," kata Ringa dengan wajah kesal.

"Ringa, temenin sana, kan Abang Ryu gak tahu tempatnya," bujuk paman ku.

Wajah Ringa semakin menekuk karena kesal, tapi dia menuruti perkataan ayahnya dan menemaniku ke toko buah yang ada di depan gang rumahnya.

Ringa berjalan di depanku, tubuh kecilnya meliuk-liuk dan melompat-lompat ketika perjalanan menuju toko buah.

Aku tidak terlalu dekat dengannya, karena hanya beberapa kali aku bertemu dengan Ringa, hanya ketika musim liburan datang dan umur Ringa juga jauh berada dibawahku.

Aku mencoba mengajaknya berbicara untuk mencairkan suasana, "Kamu suka apel Ringa?" tanyaku.

"Abang gak tau arti nama aku? Arti nama aku itu apel, Bang, Ringa itu apel dalam Bahasa Jepang, sebenarnya Ringo, karena aku perempuan, jadi dikasih nama Ringa, gitu bang. Aku suka banget sama apel," kata Ringa menjelaskan.

"Aaaa..." aku tertegun.

Aku baru tahu, ternyata pamanku juga menyukai apel, sampai-sampai dia memberikan nama anaknya apel, tetapi dalam bahasa lain.

Kami akhirnya sampai di toko buah, aku membeli beberapa buah apel. Aku juga memberikan Ringa sebagian dari apel yang kubeli.

"Abang kenapa suka apel?" tanya Ringa.

"Apel itu enak," kata ku pendek

Ringa masih sangat kecil jika aku jelaskan panjang lebar tentang rasa, tekstur, ataupun kandungan buah apel. Jadi menurutku, cukup jawab dengan 'enak' pun sudah ebih dari cukup.

"Tapi bang," kata Ringa tiba-tiba "apel itu bergizi tau. Malah, biji apel itu ada sianidanya, tahu bang, beracun. Maka dari itu aku kalo makan apel, aku buang bijinya," kata Ringa meneruskan

Gadis kecil yang masih duduk di bangku kelas 3 SD sudah mengerti istilah sianida, Ringa sangat cerdas untuk gadis se usianya.

"Tapi bukan berarti kalau kemakan biji apel, kita bakal keracunan, karena kandungan nya gak lebih dari 0,25mg," aku menjelaskan.

"Berarti 25 biji kan bisa bahaya," ucap Ringa.

"Bukan begitu, jadi 1 biji apel itu kandungan sianidanya gak lebih dari 0,25mg, nah dalam 1 buah apel itu terdiri dari 5 sampai 8 buah biji, setidaknya dosis yang berbahaya untuk tubuh manusia itu di angka 50-300mg, artinya butuh sekitar 200 hingga 300 biji apel yang bisa membahayakan manusia," aku menjelaskan semampu ku dengan bahasa yang mudah di mengerti.

"Kan aku cuma makan 1 buah apel, gak mungkin sanggup lah makan 200 apel, kenyang banget pasti," ucap Ringa yang jauh dari topik yang aku bicarakan.

"Bukan 200 apel, tapi 200 biji apel, jadi sekitar 20 sampai 25 buah apel baru menghasilkan 200 biji apel," aku sekali lagi mencoba menjelaskan.

"Iya loh bang, 200 apel itu kenyang, mahal juga, Ringa makan 2 aja kenyang, apalagi 200 coba," kata Ringa dengan ekspresi yang polos

Ekspektasiku terlalu tinggi, rasanya percuma saja aku menjelaskan panjang lebar, Ringa masih belum mengerti dengan penjelasanku.

Aku baru ingat, apel juga beracun, biji nya mengandung sianida salah satu racun paling mematikan di dunia. Harus menumpuk biji untuk masuk dosis yang mematikan, jika aku makan 4 buah perhari, itu tidak akan membunuhku. Lagian, orang gila mana yang makan biji apel, rasanya kan pahit.

Aku dan Ringa sampai di rumah, siang itu ibunya Ringa memasak sayur asem, aku sangat suka sayur asem, jadi aku memakannya dengan lahap.

Setelah makan, aku buat jus apel dari apel yang aku beli di tokoh buah tadi, apel nya tidak matang sempurna, rasa masamnya lebih mendominasi daripada rasa manis buahnya. Walaupun di tambah dengan gula, kualitas apel ini jauh dari kualitas dari kebun orangtuaku.

Ringa menghampiriku, saat aku sedang duduk di teras depan rumahnya menikmati jus apel yang mengecewakan.

"Abang lagi apa?" tanyanya memecah lamunanku.

"Lagi duduk aja, sambil minum jus," jawab ku singkat.

"Bang, kan banyak buah lain yang lebih manis dari apel? aku masih penasaran kenapa abang suka banget sama apel?" tanya Ringa, dia duduk tepat di sebelah kursi yang aku duduki.

Ini kedua kalinya Ringa bertanya, aku harus mencari jawaban yang bagus, agar ke depannya dia tidak lagi bertanya alasan aku menyukai apel.

"Apel itu, istimewa." jawabku.

"Istimewa? Apa yang membuat apel istimewa bang?" tanyanya lagi.

"Apel itu sebuah kecantikan dibalik kesederhanaan." jawabku lagi.

Ringa tampak bingung dengan jawaban ku. Dia menatap aku dan tersenyum, aku menatap wajahnya, gadis kecil ini, suatu hari nanti akan menjadi gadis yang sangat cantik.

Saat itu, aku tidak pernah berpikir. Gadis kecil ini, akan menjadi cerita dalam kehidupan perjalananku.

16 tahun yang lalu, aku melihat, sebuah kecantikan dibalik kesederhanaan.

Terpopuler

Comments

Ira

Ira

.

2024-07-08

1

Protocetus

Protocetus

izin promote ya thor bola kok dalam saku

2024-07-06

1

Izumi Yorumori

Izumi Yorumori

semangat bang

2024-07-05

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!