Untuk mengisi waktu senggang diawal kuliah, Om Raka menawari Alfath untuk menjadi tutor anak salah satu temannya. Tanpa fikir panjang, Alfath langsung mengiyakan. Dia fikir anak yang akan dia ajar adalah anak kecil, tapi dugaannya salah. Yang menjadi muridnya, adalah siswi kelas 3 SMA.
Namanya Kimmy, gadis kelas 3 SMA yang lumayan badung. Selain malas belajar, dia juga bar-bar. Sudah berkali-kali ganti guru les karena tak kuat dengannya. Apakah hal yang sama juga akan terjadi pada Alfath?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
S2 ( Bab 34 )
Kimmy tersenyum getir mendengar Alfath melamarnya. Kalau saja saat ini pria itu tidak sedang menahan daun pintu, sudah pasti dia tutup kembali pintunya. Sungguh, dia kecewa pada Alfath. Sepertinya dia terlalu bodoh karena sudah menangisi pria seperti itu sepanjang malam. Pria yang dengan mudahnya membatalkan rencana pernikahannya lalu melamar wanita lain. Apa dia fikir, wanita tidak punya perasaan, jadi dengan mudah dia permainkan?
"Kim, kamu mau kan, menikah dengaku?" Alfath kembali mengulang kalimatnya karena tak kunjung mendapat jawaban.
"Maaf, aku gak bisa."
Alfath menggeleng cepat, "Gak mungkin, kamu cinta sama aku. Please, jangan kayak gini, Kim," matanya mulai berkaca-kaca.
"Tolong, pergi dari sini."
"Enggak, aku gak bakalan pergi dari sini sebelum kamu setuju nikah sama aku."
"Kamu ngelamar atau malak, kenapa maksa?"
"Terserah kamu nganggepnya apa. Sudah cukup aku nungguin kamu 7 tahun. Aku gak mau kehilangan kamu lagi."
"Nunggu?" Kimmy tertawa sekaligus meneteskan air mata. "Kamu bilang nunggu tapi kamu berencana nikah sama wanita lain. Apa seperti itu yang kamu bilang nunggu?" suara Kimmy mulai meninggi. "Dan kamu fikir, kami para perempuan ini gak punya hati?" dia menepuk dadanya sambil menangis. "Segampang itu kamu batalin rencana nikah sama Hana, dan sekarang tiba-tiba ngelamar aku. Kamu fikir, seperti itu yang namanya gentleman?" Kimmy menggeleng cepat seraya menyeka air mata. "Enggak, Al. Aku justru aku ilfeel sama kamu. Kamu telah mempermainkan perasaan wanita. Gak menutup kemungkinan, jika aku terima lamaran kamu, kamu bakal tiba-tiba batalin dan ngelamar wanita lain lagi."
"Astaghfirullah, Kim, pikiran kamu terlalu jauh." Alfath membuang nafas berat. Dia ingin menjelaskan lebih banyak, namun ada orang lewat yang menatap ke arah mereka. "Kim, izinin aku masuk, kita jadi tontonan." Menurutnya, ini privasi yang gak seharusnya ada orang lain yang tahu. Apalagi zaman sekarang, banyak orang yang suka main videoin tanpa izin lalu share ke media sosial.
"Mending kamu pulang aja. Aku sudah nolak lamaran kamu." Kimmy mendorong daun pintu, berusaha menutup, namun gagal karena kalah tenaga dengan Alfath. Yang ada, pintu malah terbuka lebar karena Alfath mendorong cukup kuat. Dan sekarang, keduanya sudah sama-sama berada di dalam dengan kondisi pintu tertutup.
"Keluar!" bentak Kimmy dengan nafas memburu sambil menunjuk pintu. Dia tidak suka cara Alfath yang terlalu memaksa. Berduaan dengan yang bukan mahram, bisa berpotensi menimbulkan fitnah.
"Aku bakalan keluar setelah masalah kita kelar. Please, kasih aku waktu 10 menit buat ngejelasin."
Kimmy menghela nafas panjang, "Baiklah." Dia sudah lelah melawan Alfath, jadi lebih baik mengalah agar semua ini segera selesai.
"Tujuh tahun aku nungguin kamu. Dan dua tahun ini, aku selalu berusaha mencari kabar tentang kamu."
Kimmy meremat celana tidurnya sambil menangis. Andai saja Alfath tahu, dia juga merindukan pria itu selama 7 tahun ini. Tak bisa dipungkiri, setelah bertemu kembali dengan Alfath, dia merasa sangat bahagia, namun kebahagiaan itu tiba-tiba hancur saat tahu Alfath akan menikah dengan Hana.
"Aku gak akan pernah lelah buat terus nyari kabar tentang kamu, sampai kapanpun, Kim," Alfath mulai terbawa suasana, dari sudut matanya, mengalir cairan bening. Dia tak peduli bakal dikatain banci atau cengeng, dia cuma ingin Kimmy tahu seperti apa isi hatinya.
"Tapi tidak dengan mamaku," lanjut Alfath. "Kamu tahu sendiri, setiap orang tua pasti ingin yang terbaik untuk anaknya. Mama mencoba mencarikanku pasangan dengan cara perjodohan karena menganggap usiaku sudah sangat matang untuk menikah. Aku pasrah, Kim. Aku yakin kalau jodoh itu sudah ditentukan. Mungkin aku dan kamu memang tidak berjodoh. Tapi kamu tiba-tiba muncul saat aku dan Hana sedang merencakan pernikahan. Aku berfikir, mungkin ini memang jalan jodoh kita. Kamu dihadirkan kembali sebelum aku sah menjadi suami Hana. Percayalah Kim, Allah punya banyak cara untuk mempertemukan hambanya dengan jodohnya."
Kimmy hanya bergeming sambil menunduk. Air matanya terus bercucuran tanpa bisa ditahan.
"Mungkin kamu nganggep aku jahat karena telah menyakiti hati Hana. Tapi apa aku gak lebih jahat lagi jika menikahi Hana, tapi mencintai kamu? Aku gak pernah mencintai Hana, Kim, aku hanya cinta sama kamu. Melanjutkan rencana pernikahan, hanya akan menyakiti kita bertiga. Kita berhak bahagia, begitupun dengan Hana, dii berhak mendapatkan laki-laki yang tulus mencintainya."
Bahu Kimmy beguncang karena isak tangis. Gadis itu bahkan sampai menutup mulutnya dengan telapak tangan saking kuatnya isakannya.
Ingin sekali Alfath memeluk Kimmy saat ini, tapi dia menghormati wanita yang telah berhijrah itu, tak mau menyentuhnya.
"Aku mencinta kamu, Kim."
Kimmy masih diam saja, hanya isakan yang terdengar menggema di ruangan itu.
"Kim, aku tahu kamu juga mencintaiku. Kita berhak bahagia, begitu pula dengan Hana."
"Tapi aku akan menjadi orang jahat yang merebut calon suami temannya," ucap Kimmy terputus-putus sebab isakan.
"Enggak, kamu gak jahat. Aku yang jahat di sini, Kim, aku yang salah."
"Hana temanku, Al. Aku tak mau bahagia di atas penderitaannya."
"Itu gak bener. Hana pasti faham dengan situasi ini. Kim, kamu percaya dengan jodoh kan?"
Kimmy mengangguk.
"Seberapa jauh dan seberapa lama pun terpisah, jika jodoh, pasti akan bertemu lagi. Sama halnya dengan tidak jodoh. Meski sudah berencana menikah besok, atau sudah pacaran bertahun-tahun, jika tidak jodoh, tetap tidak akan bisa bersatu. Seperti itulah konsep jodoh, Kim. Kamu ingat, sudah dua kali kita berada di posisi hampir dinikahkan karena terjebak keadaan. Sekarang, aku yang akan menjebakmu diposisi yang gak bisa menolak lamaranku." Alfath mengambil bunga yang ada di atas meja ruang tamu Kimmy lalu berlutut di depan gadis itu. "Kimmy, maukah kamu menikah denganku?"
Kimmy tak bisa berbohong, dia sangat ingin menikah dengan Alfath. Bertahun-tahun dia melangitkan doa agar berjodoh dengan pria itu.
"Iya, aku mau."
Saking girangnya, Alfath langsung berdiri dan hendak memeluk Kimmy. Beruntung Kimmy masih bisa sigap menghindar dengan memundurkan badanya.
"Al, gak boleh, belum hahal!"
"Aishhhh... lupa," Alfath tersenyum simpul sambil garuk-garuk tengkuk. "Nikah sekarang yuk, biar halal."