Lisya menjadi siswi pindahan di sekolah isinya kalangan atas. Demi sebuah misi yang penuh teka-teki saat di telusuri. Bermodal sebuah buku diary yang isinya juga tidak jelas.
Semua urusan itu susah jika cinta sudah masuk kedalamnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dinkacill, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Buku diary
Pintu dengan warna coklat itu berderit terbuka pelan. Menyalakan saklar lampu lalu Lisya mengamati kamar Velia yang tak berubah, Bahkan masih ada foto mereka bertiga di meja belajar Velia.
Lisya tertarik pada 3 buku di meja belajar Velia. Ia duduk di kursi itu dan mengambil buku paling atas. Itu sebuah album foto.
Tangan lentik Lisya membuka lembaran Album itu. Album itu ternyata adalah foto-foto Velia dan keluarganya. Terdapat foto dari ia kecil hingga ia telah memasuki kelas 11 sekarang. Sepertinya foto terakhir adalah foto mereka liburan 2 bulan yang lalu.
Foto-foto tersebut sangat menyentuh hati bahkan pria dengan watak menyeramkan itu banyak tersenyum di dalam album tersebut.
Lisya mengambil buku yang kedua yang ternyata juga album. Hati Lisya berdebar saat membuka lembar pertama album tersebut.
...Velia Ra Wana...
...Lisya Lupiana Cheryl...
...Sabela Falena...
Itu adalah album khusus foto-foto mereka. Lisya baru menyadari jika Velia mengoleksi foto-foto mereka. Lisya tertawa pelan karena kebanyakan foto di dalam nya adalah aib mereka bertiga.
Halaman berakhir, ia menangis pelan menggenggam album foto itu.
"Lo mau albumnya?" tanya Vicky tiba-tiba sudah ada dibelakang nya
Lisya terkejut lalu dengan cepat menghapus air matanya. Hendak berdiri lalu bahu nya ditahan oleh Vicky yang menyuruh nya duduk saja.
Lisya berdehem pelan takut suaranya serak saat bicara "Gak usah deh, kan punya Velia" nada nya tetap bergetar
"Simpen aja dari pada dibuang"
Lisya melotot tak terima, masa album mereka mau dibuang. "Gue bawa aja deh" jawab nya dengan cepat memeluk album itu
Vicky terkekeh pelan. "Untuk kepindahan lo udah di urus. Hari senin udah mulai masuk ya" ujar Vicky
"Makasih dan maaf kalau ngerepotin kak Vicky dengan keinginan gue yang tiba-tiba"
"No problem, lo adek gue juga" ujarnya lalu tersenyum tipis
"Terharu deh sekarang punya Abang" ujar Lisya dengan nada manja yang dibuat sealay mungkin
Vicky tertawa kecil, gadis ini bertolak belakang dengan Velia yang anggun.
"Mau jalan sama gue?" Tawar laki-laki itu
"Enggak dulu deh, gue mau langsung pulang aja kak" tolak Lisya ramah
"Cepet amat"
"Gue bilang sama nyokap cuma bentar aja tadi"
"Ortu lo udah tau kan lo pindah?"
"Aman" jawab Lisya sambil memberi satu jempol
"Ya udah gue anterin sekalian mau ngasih barang-barang sekolah lo" tawar Vicky
Lisya mengangguk singkat "Gue ambil kunci mobil dulu. cepetan turun gue tunggu di bawah" ujar Vicky kemudian pergi
Lisya menatap kepergian Vicky lalu menatap album dalam pelukannya. Tatapan nya beralih ke arah buku berwarna ungu. Lisya mengambil nya dan membolak-balik buku itu. Itu buku diary
Lisya mengambil buku itu dan bergegas pergi ke bawah. Menghampiri Vicky yang sudah menunggu di mobil.
Mereka berdua memasuki mobil. "Langsung pulang" tanya Vicky pada
"Iya kak"
"Bukunya taruh di belakang aja dulu"
"Gak usah, gue pegang aja"
...****************...
"Lisya beneran udah yakin masuk ke sana" tanya mama Lisya
Lisya, ibu dan ayahnya sedang duduk santai menonton film dengan genre komedi.
"Udah ma" jawab Lisya
"Awas aja ntar nangis gak punya temen, kamu kan keras kepala mana mau orang dekat-dekat sama kamu" cibir papa Lisya
Lisya mendengus sebal "Yang penting ada Sabela" ujarnya
"Pokoknya baik-baik di sana" ujar mama Lisya
"Iya mamaku"
"Dulu sok sokan nolak masuk sana" cibir papa Lisya
"Jangan diungkit ntar aku nyesel lagi masuk PHS" ucap Lisya dengan sebal
"Sana tidur besok masuk sekolah baru" titah papa Lisya
Lisya berdiri dari duduknya dan membuat gerakan hormat "Siap bos" ujarnya kemudian melenggang pergi
Lisya tak langsung tidur melainkan duduk di kasur dengan diary yang dia ambil di kamar Velia. Sedikit merasa aneh karena Velia masih menulis diary di zaman sekarang.
Ia membuka lembaran pertama hingga menampilkan tulisan tangan Velia.
"Kisah ku kelas XI"
Wah ternyata buku ini masih baru karena ia kelas 11, berarti baru jalan 2 bulan
July 22 "Semoga di ajaran baru ini semua yang buruk itu tidak terulang lagi. aku merasa takut dan senang sekaligus. Aku senang karena sekelas dengan pemuda permen itu. Semoga kekasih nya tak kasar lagi padaku"
July 23 "Aku salah paham, mereka berdua tidak pacaran. Hanya perempuan itu yang selalu mengejar pemuda permen itu"
July 24 "Ternyata aku salah! Dia tambah menakutkan"
Lisya mengernyit keningnya membaca kejadian 21 juli itu. Siapa yang gadis itu maksud? Apakah itu Seira yang diceritakan Sabela?
July 25 "Aku di kurung di gudang sekolah dan untungnya Lisya mencari ku"
Lisya mengingat kejadian itu. Hari itu Lisya dan Velia memiliki janji menginap di rumah Sabela. Jadi Lisya pergi ke rumah Velia terlebih dahulu. Pelayan bilang Velia belum pulang padahal ini sudah lewat 2 jam dari jam pulang PHS.
Flashback on
"Bibi panggilin Velia dong" ujar Lisya yang hanya berdiri di pintu rumah Velia
"Velia belum pulang non" jawab pelayan itu
Lisya mengernyit bingung mungkin gadis itu ada kegiatan di sekolahnya jadi dia menunggu di gazebo. Pukul 5 tapi Velia juga belum pulang. Lisya khawatir jadi dia langsung pergi ke sekolah Velia.
Sepi, tidak ada tanda-tanda ada kegiatan di dalam sana bahkan gerbang nya di kunci. Lisya menelpon nomor Velia tapi tak di angkat.
"Neng lagi ngapain?" tanya seseorang bapak-bapak pada Lisya yang berdiri menyandar di pagar
Lisya hanya tersenyum kikuk bingung mau menjawab apa
Bapak-bapak itu menatap Lisya dengan tatapan meneliti "Oh barang nona ada yang ketinggalan ya" ujar bapak itu sambil merubah panggilannya pada Lisya
Lisya ngeblank sejenak, mungkin pria ini menganggap jika Lisya siswi disini. "Dompet sama ponsel saya hilang pak, mana tau ketinggalan di sekolah"
"Waduh pasti mahal itu neng, ayo cari ke dalam sekalian saya mau cek ruangan" tawar pria itu yang sekarang Lisya tebak mungkin staf keamanan sekolah ini
Lisya tak menyia-nyiakan kesempatan dan hanya mengangguk singkat lalu mengikuti pria itu. Lisya harap keputusan nya ini benar dan tetap mempercayai pria di depannya ini.
Lisya takjub melihat isi sekolah ini. Sangat mewah pantas saja orang-orang mengidam-idamkan masuk kemari. Lisya menoleh kanan kiri, sekolah ini benar-benar kosong.
"Kursinya harus ganti ini" ujar pria itu mengangkat kursi itu keluar kelas
"Barang nya masih belum ketemu nona" tanya pria itu melihat Lisya yang masih membuntutinya
Lisya menggeleng lemah
"Besok saja carinya nona atau enggak besok cek CCTV. Ya udah saya mau ke gudang dulu, nona mau ikut?" Tawar pria itu
Lisya mengangguk lagi, dia tak bisa keluar sendiri dari sekolah yang besar ini.
Velia membuntuti pria itu dari belakang. Tampak pria itu bingung karena gudang terkunci. Ia menelusuri kunci kunci cadangan yang ia bawa. Pintu terbuka, ruangan itu sangat gelap dan pria itu mencari saklar lampu. Lisya hanya berdiri di depan pintu hingga sinar lampu menyinari ruangan itu.
"Astaga ha-hantu" ujar pria itu terbata-bata menatap manusia yang duduk di lantai dengan tangan berpangku pada kedua kakinya yang ia tekuk.
Lisya juga takut tapi kemudian sadar melihat sepatu gadis itu. "Velia" panggil nya
Velia dengan lemah mengangkat kepalanya. Menatap seorang pria dan kemudian gadis cantik yang sangat ia kenali.
Lisya berlari kemudian memeluk Velia dengan erat. Gadis itu berantakan bahkan ada bercak darah di sudut bibirnya.
"Vel kenapa lo disini?" tanya Lisya dengan khawatir
"Ini manusia non" tanya pria tadi masih syok
"Iya pak dia temen saya, saya pulang dulu pak" ujar Lisya dengan cepat memapah Velia
Tak ada waktu untuk menjelaskan pada pria itu karena keadaan Velia tidak baik-baik saja. Untung nya gadis itu masih sadar sehingga tak perlu di gendong.
Lisya menawari pergi ke rumah sakit atau paling tidak nya ke klinik tapi gadis itu menolak dan hanya ingin pulang. Lisya menghubungi Sabela hingga tempat menginap mereka berubah menjadi di rumah Velia.
Banyak pertanyaan yang terbesit di otak Lisya dan Sabela tapi tak ada yang keluar dari mulutnya karena keadaan Velia yang tidak baik-baik saja.
Velia tersenyum lembut menatap dua temannya "Ca... Makasih udah nolongin dan maaf kalau agenda kita kacau"
Flashback off
mau pilih Lisya Jewar atau Lisya Revan