Agnia, 24 tahun terjebak cinta satu malam dengan Richard Pratama akibat sakit hati kekasihnya Vino malah menikah dengan adik sepupunya.
Melampiaskan kemarahannya, karena keluarganya juga mendukung pernikahan itu karena sepupu Nia, Audrey telah hamil. Nia pergi ke sebuah klub malam, di sana dia bertemu dengan seseorang yang ternyata telah mengenalnya dan mengaguminya sejak mereka SMA dulu.
Memanfaatkan ingatan Nia yang samar, kejadian malam itu. Richard minta Nia menikahinya, dan menafkahinya.
Tanpa Nia sadari, sebenarnya sang suami adalah bos baru di tempatnya bekerja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon noerazzura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12. Bantuan Diam-diam Sang Suami
Ceklek
"Hai.." Nia melambaikan tangannya ketika pintu apartemen Richard terbuka.
Tidak hanya melambaikan tangannya, sebenarnya Nia juga tersenyum. Tapi Richard malah terlihat kesal. Pria itu melirik tajam Nia, dan tampak tidak senang.
Senyuman manis wanita itu pun langsung pudar.
"Aku masuk ya" kata Nia yang langsung masuk ke dalam meski dia harus memiringkan tubuhnya.
Sebab pria bertubuh kekar itu tak bergerak sama sekali dari posisinya. Menyisakan space yang sangat sempit untuk Nia. Untungnya tubuh Nia ramping.
Nia masih mencoba merangkai kata-kata yang tepat. Sebab saat Kalvin sudah pulang tadi, saat dia kembali ke kamarnya dan melihat ponselnya. Sudah ada 47 panggilan tak terjawab dari Richard. Dan karena tadi ayah dan ibunya juga bicara banyak pada Kalvin. Pria itu akhirnya pulang agak larut malam.
Bahkan jam 11 malam lewat, Nia baru sampai di parkiran apartemen Richard. Rasanya wajar saja kalau pria itu kesal padanya.
"Tidak mau beri penjelasan?" tanya Richard yang bahkan belum menutup pintu.
Nia masih berdiri membelakangi Richard. Dia sedang berusaha mencari alasan yang tepat. Dia tidak pandai berakting. Tidak pandai merangkai kata-kata njelimet juga.
'Aduh, aku harus kasih alasan apa ya?' batinnya bingung.
Sementara Richard yang memang selalu meminta anak buahnya untuk menjaga dan mengawasi istrinya itu tentu tahu. Kalau malam tadi, ada seseorang yang datang ke rumahnya. Foto Nia dan dokter Kalvin yang mengobrol di taman belakang rumah Nia bahkan sudah di kirim ke ponsel Richard oleh anak buahnya itu.
Tapi, Richard juga tidak mungkin mengatakan dia tahu penyebab Nia terlambat. Yang ada, nanti Nia merasa di awasi, Nia pasti tidak senang.
Nia berbalik dan kembali menunjukkan barisan gigi putihnya pada Richard.
"Jadi, tadi itu ada tamu. Anak teman ibuku dari luar kota..."
Richard cukup terkejut. Ternyata wanita di depannya itu memilih jujur padanya alih-alih berbohong untuk membuat alasan supaya dia tidak marah.
Richard yang mendengarkan itu langsung mengunci pintu dan memeluk Nia.
"Sudahlah! jangan bicara lagi. Kamu pasti lelah, ayo tidur"
Richard mengusap lembut dan perlahan pipi Nia. Lalu mencium istrinya itu.
**
Alarm ponsel Nia berbunyi. Suaranya keras sekali, Nia memang sengaja menyetelnya dengan suara yang keras, supaya dia bisa mendengarnya dan bangun. Dia sudah punya janji dengan Karin untuk mencari keberadaan Susan Debora dan meminta janji temu dengan artis yang di inginkan perusahaan untuk menjadi brand ambassador dan bintang iklan produk baru mereka.
"Ya ampun, aku masih mengantuk" keluh Nia yang terpaksa membuka matanya yang terasa berat.
Richard yang ada di samping Nia, lantas memeluk istrinya itu dari belakang.
"Kalau begitu tidur saja lagi" katanya santai.
"Tidak bisa, aku harus berangkat ke rumah artis Susan Debora. Dia sibuk sekali, aku harus sampai di sana bersama Karin sebelum dia berangkat untuk berkegiatan, atau bahkan sebelum dia bangun"
"Tapi kenapa wajahmu seperti itu?" tanya Richard.
"Aku hanya punya waktu sampai besok! kalau tidak berhasil mendapatkan kerja sama dengan Susan Debora, aku akan di pecat. Aku harus cepat!" Nia yang masih sempoyongan segera turun dari tempat tidur dan berjalan dengan miring-miring ke arah kamar mandi.
Dia baru tidur tengah malam lewat, karena Richard. Dan sekarang jam 5 pagi, dia harus sudah bangun. Itu membuatnya sempoyongan.
Setelah pintu kamar mandi tertutup. Richard mengenakan celana pendeknya dan pergi ke arah balkon sambil membawa ponselnya.
"Felix"
[Iya tuan]
"Telepon manager Susan Debora. Buat temu janji jam 1 siang ini di kantor pemasaran. Katakan pada manager Susan, dia harus setuju dengan proposal yang di ajukan oleh bagian advertising"
[Baik tuan]
Richard segera menutup panggilan telepon itu.
"Tenang saja istriku, kontrak ini akan jadi milikmu" gumam Richard dengan tenang.
Richard segera masuk lagi ke apartemen. Dan meletakkan ponselnya di tempatnya. Setelah itu, pria itu pergi ke dapur untuk membuatkan sarapan untuk istrinya.
"Agkhh"
Richard segara berlari dari dapur apartemennya ketika mendengar suara Nia berteriak.
Ceklek
"Ada apa sayang?" tanya Richard terkejut.
Tapi dia lihat Nia tidak apa-apa. Wanita itu berdiri dengan mengenakan handuk sebatas dada sampai atas lutut.
"Lihat! bajuku terjatuh dan basah. Aku tidak bawa baju lain. Ya ampun!"
Richard terkekeh kecil.
"Aku kira kamu kenapa?"
"Mana ada toko baju buka jam segini. Aku harus bagaimana?" tanya Nia bingung.
Richard segera mendekati istrinya, meraih pakaian Nia yang basah itu dan melemparkannya ke arah keranjang.
Mata Nia tentu saja melotot mengikuti arah tangan Richard itu.
"Kok di buang, pikirkan cara lain!"
Mata Nia langsung melebar.
"Aha, aku tahu. Di hairdryer..."
Nia baru mau ambil pakaian itu lagi untuk di keringkan dengan hairdryer. Tapi Richard malah menahan tangan Nia.
"Richard, lepaskan aku. Aku sedang buru-buru..."
"Maka, ikut lah dengan ku!"
Richard menarik pergelangan tangan Nia dan membawanya keluar kamar mandi.
Nia menoleh ke arah keranjang itu, tapi dia juga mengikuti Richard. Nia yakin, kalau tidak di turuti dulu mau apa. Pria itu tidak akan melepaskannya juga.
Richard membawanya ke depan pintu lemari. Lalu melepaskan tangannya.
"Apa?" tanya Nia.
Dia tentu tidak tahu kenapa dia di bawa ke depan pintu lemari. Tapi setelah Richard sedikit menatapnya lebih serius, Nia kemudian terpikir satu hal.
"Ah, maksudmu aku pakai bajumu? tidak, tidak, terimakasih banyak. Aku memang cuek, tapi aku juga tidak mau pakai pakaian pria..."
Richard menghela nafas panjang. Kenapa setelah 8 tahun, wanita yang di sukai nya itu juga tidak lebih pintar dari sebelumnya.
Richard segera membuka pintu lemari, dan hal itu membuat Nia terbelalak, terkejut ikan main. Satu lemari itu, isinya penuh dengan pakaian wanita.
"Hah, ini pakaian wanita semua?" tanya Nia meraih salah satunya dan itu masih baru, masih ada labelnya.
Setelah di lihat lagi, semuanya memang masih baru. Dan pakaian-pakaian itu juga dengan ukuran tubuh Nia.
"Kamu akan sering menginap di sini kan? kamu pasti butuh semua pakaian ini"
Nia terdiam lalu menoleh ke arah Richard.
"Kamu pakai kartu tanpa limit itu lagi ya?" tanya Nia.
Mata Richard melebar.
"Kenapa? bukannya itu milikku?" tanya Richard merasa tak ada beban.
Nia menunduk dan menghembuskan nafas kasar.
"Ya sudahlah!" katanya pasrah dan masuk ke dalam kamar mandi lagi dengan pakaian yang sudah dia pilih sebelumnya.
Padahal Richard sama sekali tidak pakai kartu itu. Tapi, untuk menghilangkan rasa penasaran dan curiga Nia. Dia terpaksa mengakuinya.
Setelah menutup pintu kamar mandi. Nia mendengus lagi.
"Ya ampun, gaya hidupnya benar-benar di luar ekspektasi ku. Kalau begini ceritanya, aku benar-benar akan bangkrut" gumamnya pelan.
Sepertinya Nia menyesal memberikan kartu itu pada Richard. Masalahnya, dia itu bukan seseorang yang suka boros. Dia menghemat semua kartu yang dia miliki. Tapi Richard, sepertinya pria itu biasa hidup dengan gaya jutawan.
"Apa yang harus aku katakan pada ayah, notifikasinya pasti masuk ke ayah lagi" lanjutnya bingung.
***
Bersambung...
eeehhh malah Nia yang duain ini yaa wkwkwkw