Yasmin Ningrum, gadis cantik berjilbab 22 tahun harus hidup tanpa kasih dari kedua orang tuanya akibat kecelakaan beberapa tahun lalu yang merenggut nyawa kedua orang tuanya.
Kini Yasmin tinggal bersama paman dan bibinya yang perhitungan sekali kepadanya.
Bahkan untuk biaya hidupnya Yasmin harus mencari sendiri dengan bekerja sebagai penjaga toko bunga.
Kehidupan Yasmin berubah, saat dirinya di pertemukan dengan sahabat lamanya waktu SMA. namun sayang, sikap sahabat laki-lakinya itu sedikit berbeda dari biasanya.
Namun takdir berkata lain, Yasmin di pertemukan sahabatnya dengan cara yang tidak terduga.
Dirinya digerebek warga saat sedang sama-sama berteduh dari hujan, di sebuah gubuk.
Pada hari itu juga, status Yasmin berubah menjadi istri sahabatnya.
Apakah pernikahan mereka akan bertahan layaknya pasangan yang saling mencintai?
Dan apa penyebab berubahnya sikap sahabatnya itu?
Ikuti kisahnya dalam cerita mereka, ya!
Jangan lupa tinggalkan jejak, like, komentar dan follow. 🤗
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy jay, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 3
"SAH...!" seru semua orang yang menyaksikan, pernikahan Yasmin dan alvino.
Yasmin seketika menangis, saat menyadari bahwa kini dirinya sudah berganti status, menjadi istri dari alvino sahabat lamanya.
Momen yang seharusnya, menjadi kebahagiaan bagi dirinya. kini harus, menjadi hari yang menyedihkan baginya. sebab Yasmin benar-benar belum siap, menjadi seorang istri.
Alvino, yang berada di samping Yasmin pun, merasakan hal yang sama. apalagi sebenarnya, sekarang dia mempunyai kekasih yang berada di kota.
Apa jadinya, kalau kekasihnya tahu jika dirinya sudah menikah dengan perempuan lain.
Pak penghulu pun, meminta Yasmin untuk mencium tangan alvino. begitu pun sebaliknya, alvino pun di minta untuk mencium kening Yasmin.
Baik Yasmin dan alvino, melakukan hal itu dengan sedikit kaku dan ragu.
Berbeda dengan semua orang, yang terlihat senang saat melihat mereka berdua, begitu serasi.
"Baiklah, acara ijab kabulnya sudah selesai. Dan sekarang, kalian sudah resmi menjadi suami istri. Saya harap kalian, tidak mempermainkan pernikahan ini." ujar pak penghulu, memberikan nasihat.
Yasmin dan Alvino pun mengangguk, sebagai jawaban. satu persatu, orang-orang yang berada di rumah pak RT pun, membubarkan diri.
Begitu pun dengan Yasmin dan alvino, yang di suruh tika dan darman untuk pulang.
Alvino yang merasa enggan pun, terpaksa mengikuti mereka ke rumah tika. dia pun memilih menggunakan motornya, yang tertinggal di gubuk tadi.
Alvino pun meminta Yasmin, untuk naik bersamanya. "Naik." titahnya acuh.
Yasmin pun menoleh, ke arah belakangnya. "Aku jalan kaki saja." tolaknya sopan.
Alvino mendengus kesal, sebab Yasmin menolaknya. dia pun mencekal tangan Yasmin, yang terus saja melangkahkan kaki. "Gue bilang, naik. Lo lupa! Sekarang, lo istri gue!" ucap Alvino pelan, penuh penekanan.
Yasmin terdiam, apa yang di katakan alvino benar. jika sekarang dirinya adalah istri alvino, dengan terpaksa Yasmin pun menuruti permintaan alvino, untuk naik ke atas motornya.
Alvino berseru senang dalam hati, saat melihat Yasmin menuruti perintahnya.
Berbeda dengan darman yang terlihat kesal, saat Yasmin duduk berdekatan dengan alvino.
Darman yang kesal pun, dengan keras menendang sebuah kaleng bekas minuman. hal itu pun membuat tika, yang berada di sampingnya terlihat heran.
"Kamu kenapa, mas?" tanya tika, bingung.
Darman melirik sekilas. "Aku tidak apa-apa, sayang." jawabnya berbohong.
Padahal Darman sangat kesal, bahkan merasa cemburu saat melihat Yasmin yang terlihat begitu dekat, dengan alvino.
Tika pun tidak lagi berkata, dan melanjutkannya lagi langkahnya.
Satu jam kemudian...
Di rumah tika, terlihat Yasmin menangis saat semua barangnya, di lemparkan oleh tika dengan kasar.
Bahkan Darman pun ikut, melemparkan beberapa tas milik Yasmin.
"Sekarang juga, kamu pergi dari sini! Tugas ku, mengurus mu sudah selesai. Sekarang kamu sudah menikah, jadi sebaiknya kamu ikuti suami mu, yang tidak jelas itu." Dewi berkacak pinggang, mengusir Yasmin dengan nada ketus.
Darman tersenyum miring, melihat tika memperlakukan Yasmin seperti itu. dia yakin jika Yasmin, tidak akan bahagia bersama alvino yang terlihat, dingin dan acuh.
Tidak ada yang tahu, jika sebenarnya darman sangat tergila-gila pada Yasmin. bahkan dulu, hampir saja dirinya melecehkan Yasmin, karena tergoda oleh kecantikannya.
Namun untung saja saat itu, ada salah satu teman Yasmin yang menggagalkan, perbuatan darman. dari situlah darman berjanji, akan melakukan hal yang sejak lama ingin dia lakukan, pada Yasmin.
Saat melangkahkan kakinya, Yasmin bingung, haruskah dia sedih atau bahagia, karena dapat keluar dari rumah tika.
"Naik." titah alvino, dingin.
Yasmin pun hanya pasrah, menuruti perintah alvino. bahkan saat ini Yasmin masih berpenampilan kacau, sebab tika tidak memberikan waktu kepadanya, untuk mengganti pakaiannya.
Alvino pun menyalakan motornya. sebelum pergi dia pun, memberikan tatapan tajam pada Darman.
Bukan bermaksud tidak sopan, hanya saja alvino merasa ada yang ganjal dengan sikap Darman, pada Yasmin.
Darman yang melihat hal itu menggeram kesal, sebab merasa tertantang dengan sikap yang alvino tunjukkan. "Lihat saja bocah tengil! Aku akan pastikan, jika nanti aku akan menemukan alamat Yasmin." gumam Darman dalam hati.
Alvino melajukan motornya dengan kecepatan sedang, membawa Yasmin pergi dari desa yang sudah membesarkannya.
Yasmin hanya pasrah, saat alvino membawanya entah kemana. hidupnya terasa hampa, saat tidak ada satu pun keluarganya, yang mengkhawatirkannya.
"Ibu, bapak... maafkan Yasmin, karena sudah membuat kalian kecewa. Yasmin janji, akan menjadi istri yang baik, dan patuh pada suami." ucap Yasmin, di dalam hati.
Tak terasa, Yasmin yang di bonceng alvino pun, meneteskan air mata. saat dirinya teringat, pada kedua orang tuanya yang sudah meninggal.
Alvino tetap fokus, memperhatikan jalanan meskipun hatinya tahu, jika saat ini Yasmin sedang menangis.
"Sebenarnya, apa yang sudah terjadi pada mu, Yasmin? Apa, selama aku pergi ke luar negeri, kamu mengalami hal buruk?" tanya alvino, membatin.
Alvino yakin, jika sudah terjadi sesuatu pada Yasmin, namun dia enggan untuk menanyakannya, karena masih kecewa pada Yasmin.
Alvino memilih bersikap acuh saat ini, meski sebenarnya dari dulu dirinya sangat mencintai Yasmin. dia mengambil sikap seperti itu, karena masih kecewa dengan Yasmin, yang tidak menepati janjinya dulu.
Flashback on
"Al, tungguin dong!" seru Yasmin, yang memakai seragam SMA dan belum memakai jilbab, terlihat mengejar alvino.
Alvino, tersenyum tipis. "Gitu aja, udah nyerah. " balas alvino mengejek.
Alvino duduk di hamparan rumput yang hijau, menatap lurus kedepan.
Yasmin pun yang baru sampai ikut duduk, di samping alvino. "Sebenarnya, kamu mau bicara apa sih, Al?"
Alvino menatap Yasmin, yang terlihat berkeringat karena lelah sudah berlari. "Aku, akan pindah ke luar negeri, Yas." jawabnya dengan nada sedih.
Seketika, wajah Yasmin berubah sendu. "Kamu serius, Al? Tapi kenapa, kamu harus pindah ke luar negeri?" tanyanya sedih.
Alvino tersenyum tipis, menutupi kesedihannya. " Aku serius, Yas. Papah bilang, Aku harus ikut dengannya. Sebab papah, sedang mengembangkan bisnisnya, di luar negeri."
Yasmin menundukkan kepala, merasakan hatinya sakit saat harus berpisah, dengan sahabat baiknya.
Alvino seketika, merangkul pundak Yasmin memberikan ketenangan. "Aku janji, akan meluangkan waktu untuk menemui mu, Yas. Karena kamu, satu-satunya sahabat ku yang baik." ujarnya, tersenyum.
Yasmin menatap alvino dengan lekat, kemudian memeluknya erat. "Kamu janji ya, Al, akan sering-sering ke Indonesia."
Alvino mengangguk pelan sebagai jawaban. sebenarnya, hatinya tidak ingin meninggalkan Yasmin sendiri. sebab dia tahu, jika Yasmin tidak mempunyai banyak teman, karena faktor ekonomi.
"Aku sebenarnya, ingin selalu dekat dengan kamu, Yas. Andai kamu tahu, jika sebenarnya Aku mencintai mu." ucap alvino dalam hati.
Yasmin pun melepaskan pelukannya, kemudian melepaskan kalung liontin, yang sedang dia pakai. "Ini untuk mu, Al. Jika kamu sudah kembali, maka kamu harus mengembalikan liontin ini, pada ku." ujar Yasmin, menyerahkan liontinnya pada Alvino.
Alvino dengan senang hati, menerima liontin pemberian Yasmin.
Sejak saat itu, hubungan mereka sedikit lost contact, karena memang saat itu Yasmin, tidak mempunyai ponsel.
Hingga pada suatu hari, alvino datang kembali ke indonesia hanya untuk, menemui Yasmin. namun harapan alvino hancur, saat melihat Yasmin bukannya menemuinya, malah terlihat berboncengan dengan seorang laki-laki, yang alvino kenal.
Dari situlah alvino memutuskan untuk melupakan Yasmin, dan merubah sikapnya. sebab dia sudah terlanjur kecewa, pada Yasmin.
Bahkan kini alvino memilih melupakan Yasmin, dengan mengalihkan perasaannya pada perempuan lain, yang kini menjadi kekasihnya.
Flashback off