NovelToon NovelToon
The Line Of Destiny

The Line Of Destiny

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Spiritual / Hamil di luar nikah / Konflik etika / Keluarga / Persahabatan
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Rijal Nisa

Menunggu selama empat tahun lebih tanpa kepastian, Anya bahkan menolak setiap pinangan yang datang hanya untuk menjaga hati seseorang yang belum tentu ditakdirkan untuknya. Ia tetap setia menunggu, hingga sebuah peristiwa membuat hidupnya dan seluruh impiannya hancur.

Sang lelaki yang ditunggu pun tak bisa memenuhi janji untuk melamarnya dikarenakan tak mendapat restu dari keluarga. Di tengah hidup yang semakin kacau dan gosip panas yang terus mengalir dari mulut para tetangga, Anya tetap masih berusaha bertahan hingga ia bisa tahu akan seperti apa akhir dari kisahnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rijal Nisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Asap Rokok

Sudah sebulan lebih sejak terakhir kali dia datang ke rumah Anya, sampai saat ini Rizki belum bisa memberikan bukti akan janjinya kepada sang kekasih.

"Ma, kenapa harus begini akhirnya? Ma, Pa, tolong jangan buat Rizki jadi lelaki pertama yang nyakitin perasaan Anya." Rizki meraup wajahnya dengan kasar, dia sedih. Ada begitu banyak rencana yang sudah disusun bersama Anya, dia ingin menikahi Anya. Namun, kedua orangtuanya malah mau dia menerima putri dari abi Ilyas, pemimpin pesantren tempatnya mondok.

"Sayang, ini keputusan yang terbaik untuk masa depan kamu. Mama ingin kamu memiliki istri dari keluarga baik-baik," ucap bu Mila. Beliau berkata dengan nada yang begitu pelan dan suara lembut, biar anaknya bisa mengerti dan tidak tersinggung.

"Maksud Mama apa ngomong seperti itu? Mama mau bilang kalau pilihan aku enggak tepat, dan Anya bukan berasal dari keluarga baik-baik?" tebak Rizki, dia tidak suka dengan omongan mamanya tadi.

"Mama kamu enggak ada maksud seperti itu, Ki," bantah pak Burhan.

"Aku cintanya cuma sama Anya, mana mungkin bisa nerima yang lain, Ma. Tolong jangan paksa aku," ucap Rizki memelas.

Bu Mila memalingkan wajahnya ke sisi lain seraya mendengus kesal. "Rizki, sekali ini aja tolong dengerin mama. Syifa adalah calon istri yang baik untuk kamu, coba kamu pikirkan baik-baik! Kamu lebih milih nikah sama Anya, tapi tidak mendapat restu dari mama sama papa, apa kamu juga tega bikin guru kamu sendiri kecewa?" tanya wanita itu, beliau berusaha membuat pikiran anaknya berubah, agar dia lebih memilih Syifa ketimbang Anya.

"Enggak ada salahnya kamu milih Syifa, Nak. Anggap ini sebagai rasa ta'dhim kepada guru kamu. Kamu juga akan mendapat restu dari mama sama papa, Insyaallah kamu akan hidup bahagia dunia akhirat. Ada ridha guru dan kedua orangtuamu, bukankah kamu lebih tahu akan hal ini?" timpal pak Burhan.

Perkataan kedua orangtuanya mulai merasuki pikirannya, yang mereka bilang memang benar.

Percuma membantah, pada akhirnya dia hanya akan membuat orang-orang di sekelilingnya kecewa. Yang dia butuh adalah restu kedua orangtuanya, Rizki tergerak hatinya untuk menyetujui.

Saat dia ingin mengangguk setuju, mendadak wajah Anya terlintas di pikirannya. Wajah sedih gadis itu jika tahu kalau Rizki tidak bisa melamarnya, dikarenakan terhalang restu dari mama dan papanya.

"Ini juga sulit bagi aku," lirih Rizki, "Aku tidak bisa, Ma, Pa." Rizki menggeleng kuat, jawabannya terdengar tegas.

"Rizki!" bentak bu Mila, ternyata kesabarannya habis sudah. Beliau bangun dari duduknya dengan emosi yang sudah berada di atas ubun-ubun kepalanya.

"Ma, Mama jangan paksa aku dong. Aku juga punya pilihan sendiri," ucap Rizki tidak setuju.

"Kamu enggak ngehargai mama sama papa lagi. Kamu mau jad_"

"Ma, sudahlah! Biarkan Rizki tenang dulu," sela pak Burhan. Beliau memegang tangan istrinya, menyuruh wanita itu untuk kembali duduk dengan tenang.

Pak Burhan tahu betul bagaimana sifat anak sulungnya itu, dia paling tidak bisa dipaksa, lebih baik bicara pelan dengannya supaya dia tidak salah paham dan pelan-pelan akan mengerti maksud baik mereka.

"Aku mau masuk kamar dulu!" Rizki berlalu pergi dari ruang keluarga. Pikirannya tidak tenang, dia bingung harus bagaimana.

Pak Burhan dan bu Mila tidak mencegah kepergian anaknya.

Mereka biarkan Rizki menenangkan dirinya dulu, jika semakin didesak pastinya dia akan terus menolak.

"Pa, dia pergi gitu aja. Gimana kalau Rizki enggak mau, kita harus ngomong apa sama beliau?"

"Berikan Rizki waktu, Ma. Papa yakin kalau dia akan kembali memikirkan keputusannya itu, sekarang adalah masa-masa yang sulit untuk dia," jelas pak Burhan.

Sedangkan Rizki di kamarnya, cowok itu sibuk memikirkan keputusan apa yang harus diambilnya.

Menerima Syifa dan harus kehilangan Anya, atau menerima Anya tapi tidak mendapat restu dari kedua orangtuanya?

***

Jam di dinding mulai menunjukkan pukul sebelas malam, tapi kedua orangtua Anya belum pulang.

Semenjak ayahnya beli mobil baru, ibunya selalu minta diajak jalan-jalan keluar.

Anya jadi tidak bisa pergi kerja lagi kalau malam, karena dia harus setia mengawasi Sasha 24 jam.

Sebulan yang lalu, sejak Anya memergoki Sasha membawa Arya masuk ke dalam rumah di saat kedua orangtuanya tidak ada, saat itulah Anya tidak bisa tenang jika membiarkan Sasha sendirian di rumah.

Bugh!

"Akh!" terdengar suara seseorang di luar rumahnya, bersamaan dengan itu pula ada suara benda jatuh.

"Kayak ada orang di luar," ucap Anya. Dia yang saat itu sedang menyetrika pakaiannya, langsung memeriksa ke luar rumah.

Keadaan di luar sepi, tidak ada siapa pun di sana.

"Masa iya aku salah dengar," monolog Anya. Pikirannya mulai berputar cepat, suara tadi terdengar cukup berat dan sedikit kasar.

Itu jelas bukan suara kucing, atau pun dedemit. Itu suara cowok, arahnya berasal dari kamar Sasha.

Anya segera pergi ke area samping rumahnya, untuk melihat keadaan di luar kamar Sasha. Jendela kamar adiknya tertutup rapat, tidak dibuka. Lalu, Anya kembali menghadap ke arah jalan di depan rumahnya, dan saat itulah dia melihat bayangan seseorang melintas di sana.

Seperti orang yang sedang berlari, dia lelaki. Apa mungkin cowok itu barusan dari rumahnya?

Apa Sasha membawa pria lain masuk ke kamarnya? Berbagai macam dugaan berkumpul dalam otaknya.

Suara benda jatuh, lalu terdengar suara seseorang. Mungkin dia barusan melompat dari jendela kamar Sasha, pikiran seperti itu muncul dalam otaknya, Anya pun kembali masuk dan memastikan sendiri akan dugaannya tersebut.

Tok

Tok...

"Ada apa?" tanya Sasha dengan suara berat.

"Buka pintunya dulu, aku bawain kue," jawab Anya berbohong.

Ini satu-satunya cara, kalau dia tidak mengatakan alasan seperti itu, maka Sasha pasti tidak mau membuka pintu untuknya.

"Sebentar!"

Terdengar langkah kaki bergerak menuju pintu, dan setelah itu...

Ceklek!

"Ada ap_"

Belum selesai Sasha bertanya, kakaknya sudah lebih dulu menerobos masuk ke dalam kamarnya.

"Pasti ada buktinya di sini," gumam Anya.

Dia menelisik ke seluruh sudut kamar Sasha, memperhatikan dengan seksama setiap inci ruang kamar sang adik.

Kali ini dia tidak mau tertipu lagi, dia tidak akan membiarkan Sasha bisa menyangkal omongannya.

"Kamu cari apa sih, Kak? Enggak ada apa-apa di sini!" kata Sasha dengan suara tinggi.

"Seorang laki-laki baru saja ke luar dari kamar ini. Jadi, aku harus cari bukti biar kamu enggak bisa menyangkal lagi," jawab Anya. Matanya memperhatikan tempat tidur Sasha yang berantakan.

"Laki-laki? Kamu udah gila ya? Untuk apa aku bawa laki-laki masuk ke kamarku, itu sama aja cari mati, Kak. Aku enggak segila yang kamu pikirkan," sanggah Sasha.

Seperti apa pun jawaban Sasha kali ini, Anya tidak akan percaya. Sasha gadis keras kepala, dia berani melakukan apa pun yang diinginkannya tanpa memikirkan risiko yang bakal dihadapi ke depannya.

"Tempat tidur kamu berantakan, ada bau asap rokok di sini. Apa ini tidak cukup menjadi bukti?"

Good!

Anya menemukan bukti itu, kondisi tempat tidur Sasha terlihat berantakan memang, dan mungkin Sasha bisa menyangkal dengan mengatakan kalau itu adalah perbuatannya sendiri.

Lalu, bagaimana dengan bau asap rokok itu? Alasan apa yang akan dia berikan, Anya bukanlah anak kecil yang bisa dibodohi.

"Bau asap rokok?" Sasha tertegun sejenak. Benar! Itu memang bau asap rokok, Sasha bahkan tidak menyadari akan hal itu, sekarang alasan apa yang akan dia berikan untuk menyangkal semuanya.

"Apa yang kalian lakukan di sini, hah!? Sebulan yang lalu kamu bawa dia masuk ke rumah, dan aku yakin kalau kalian sudah berjalan melewati garis." Anya berjalan semakin dekat dengan adiknya. Sasha terpojok, ia terpaksa melangkah mundur ke belakang hingga punggungnya mentok dengan dinding.

"Ini bukan bau asap rokok, Kak. Hidung kamu udah enggak bener!" bantah Sasha masih tidak mau jujur.

"Oh ya! Sekarang kita lihat siapa yang penipu di sini, aku atau kamu!" Anya menunjuk Sasha dengan jari telunjuknya.

Ia berjalan ke sisi ranjang, kemudian membungkuk dan mengambil korek api yang terjatuh di atas lantai.

"Ini." Anya memperlihatkan korek api yang ditemukannya di kamar Sasha.

"Itu punya aku, Kak."

"Aku mau ngasih liat ini sama ibu dan ayah, biar mereka tahu gimana kelakuan kamu di belakang mereka," ucap Anya.

Dia berlari keluar dari kamar Sasha, berniat menemui orangtuanya. Tadi dia sempat mendengar suara klakson mobil ayahnya, mungkin mereka sudah pulang.

"Kak! Kamu jangan cari masalah sama aku!" teriak Sasha marah. Amarahnya sudah sampai ke ubun-ubun, dia berlari mengejar Anya dari belakang, Sasha berusaha merebut benda itu.

"Ibu! Ayah! Tolong Anya!" jerit Anya dengan suara keras biar kedua orangtuanya segera datang ke kamar Sasha.

"Berhenti, Kak!" seru Sasha. Saat itulah ayah dan ibunya masuk ke dalam kamar Sasha.

Anya berhenti tepat di depan pintu, dadanya berdegup kencang.

Pikirannya kacau, tapi itu tadi. Sekarang dia lebih lega karena orangtuanya sudah pulang, jadinya mereka dapat menyaksikan sendiri apa yang dilakukan anak kesayangannya itu di belakang mereka.

Sasha melangkah mundur pelan-pelan saat melihat ibunya telah berada di depan kamarnya.

Prang!

Ia dengan sengaja menyenggol botol parfum di atas meja riasnya. Membuat botol tersebut pecah hingga mengeluarkan aroma wangi dan fresh memenuhi seluruh sudut kamar.

Anya tahu rencana adiknya itu, Sasha ingin menyamarkan bau asap rokok yang tercium cukup menyengat. Kini yang tercium hanya wangi dari parfumnya yang pecah itu.

"Ada apa ini, hah!? Kalian berdua ngapain ribut-ribut larut malam begini?" tanya bu Mila berkacak pinggang.

"Itu kak Anya yang mulai duluan, Bu," adu Sasha lebih dulu.

"Enggak, Bu. Enggak seperti itu ceritanya!" bantah Anya, "tadi aku sempat denger suara cowok di kamar Sasha, di dalam kamar dia juga ada bau asap rokok. Aku juga nemuin korek ini," ucap Anya sambil menunjukkan benda tersebut di tangannya.

Bu Aila terpaku menyaksikan benda itu, matanya beralih menatap Sasha yang seperti orang ketakutan.

Sasha berharap kalau ibunya tidak percaya begitu saja.

Dalam situasi yang menegangkan itu, muncul sosok ayahnya yang tentu lebih menakutkan lagi.

Lelaki paruh baya itu sudah berdiri di belakang ibunya dengan tali pinggang di tangannya.

Untuk apa benda tersebut? Sasha sudah tidak bisa mengontrol rasa takutnya, dia jadi gemetaran.

1
P 417 0
/Sleep//Sleep/haih ini juga teguran langsung mungkin
🥑⃟Riana~: teguran untuk siapa?/Shame/
total 1 replies
P 417 0
oh ternyata si ibu to/Slight/
P 417 0
siapA lgi ini yg ikut nimbrung🤔
P 417 0
/Sneer//Sneer/tokoh utama jago silat ternyata
P 417 0
makin rumit emng klo bca drama/Silent//Shy/
P 417 0
/Sleep/klo dah bgitu knpa harus saling nyalahin
P 417 0
udah bgus/Hey/
TrixJeki
wehh keren Anya gadis tegas dan berani, aye suka aye suka. semangat Author Rican💪💐
🥑⃟Riana~: Hehe, terima kasih kk.. udh mampir/Kiss//Sneer/
total 1 replies
P 417 0
mbak syifa dong/Sleep/
P 417 0: mkanya jgn buru2/Proud/
🥑⃟Riana~: salah ya/Shame//Facepalm//Facepalm//Joyful/ makasih otw revisi 🚴🚴🚴
total 2 replies
P 417 0
hanna🤔🤔anya kali
🥑⃟Riana~: repot/Shame/
P 417 0: /Facepalm//Facepalm//Facepalm//Facepalm/kn jd ada kerjaan kmu/Silent/
total 3 replies
P 417 0
windi ini mnurt aku sahabat terbaik buat anya/Hey/
P 417 0
keinginan orang tua itu emng mlihat anakny bhgia dan itu udah pasti.namun terkadang mreka tidak pduli dengan perasaan anknya dan lbih kpda memaksakn kehendak .emng sih nggk semua orang tua bgitu /Sleep/
P 417 0
emng demit bisa jatuh juga kah🤔
🥑⃟Riana~: bisa, kalau punya kaki/Sweat/
total 1 replies
P 417 0
membiarkan/Silent/
P 417 0
insyaallah bukan in sha allah/Hey/
P 417 0
hmmm.dri sini keknya bncana mulai terjadi😌
P 417 0
ini ayah kndung bukn sih🤔
P 417 0: lah /Proud/aku jga mna tau
🥑⃟Riana~: masa ayah tiri/Shame/
total 2 replies
P 417 0
"nggk mau punya mntu"...lbh enk deh kyaknya/Silent/
P 417 0
terkadang temen emng lbih mengerti apa yg kita rasa dripada kluarga sendri/Sleep/
🥑⃟Riana~: Betul, tumben bener/Shame/
total 1 replies
P 417 0
di bab ini nggk ada koreksi.ada pesan di dlmnya😊mnrt aku sih ini bgus krna di zmn sekarng ank2 muda lbh mngikuti egonya .nggk pnh berpikir apa yg terjdi kmudian.dan bila sdah trjdi yg ada cmn pnyesalan. dri itu peran orang tua izu sangat pnting
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!