Riga tidak menyadari dia sedang terjebak dalam sebuah masalah yang akan berbuntut panjang bersama Abel, gadis 18 tahun, putri temannya yang baru saja lulus SMA.
Obsesi Abel kepada Auriga yang telah terpendam selama beberapa tahun membuat gadis itu nekat menyamar menjadi seorang wanita pemandu lagu di sebuah tempat hiburan malam. Tempat itu disewa oleh Mahendra, ayah Abel, untuk menyambut tamu-tamunya.
“Bel, kalau bokap lo tahu, gue bisa mati!” Kata Ode asisten sang ayah tengah berbisik.
“Ssst...tenang! Semuanya aman terkendali!” Abel berkata penuh percaya diri.
“Tenang-tenang gimana? Ini tempat bukan buat bocah ingusan kayak elo!”
“Dua hari lagi aku 18 tahun! Oh my God, gatel ya,Mahen!Lo ya, ganjen banget! Katanya nggak mau nikah lagi tapi ani-aninya seabrek!" Umpat Abel pada sang papa.
***
Di satu sisi lain sebuah kebahagiaan untuk Auriga saat mengetahui hubungan rumah tangga mantannya tidak baik-baik saja dan tidak bahagia dia pun kembali terhubung dengannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tris rahmawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
19 Kalah?
Setelah acara arisan Oma selesai, Ana masih berbincang dengan Oma di ruangan yang agak berantakan menyisakan sisa sisa acara yang sedang di bereskan. Di sana oma tiba-tiba memberikan Ana sebuah gelang etnik dengan batu-batu indah sebagai hadiah yang di belinya dari temannya.
“Cantik, kan? Pas banget buat kamu, Ana. Kulit kamu bersih, jadi makin kelihatan bagus,” kata Oma sambil memakaikan gelang itu di pergelangan tangan Ana.
“Buat Ana, Oma?”
“Iya. Terima kasih, ya, udah bantuin Oma. Kamu kerjanya bagus, cepat belajar. Oma jadi kepikiran, kamu cocok kalau sekolah desain. Gambar-gambar kamu itu bagus, apalagi desain bajunya.”
“Aaah, Oma… Itu cuma gambar biasa, kok.”
“Beda, sayang. Kamu punya bakat. Nanti kita usahain, ya, supaya kamu bisa sekolah desain. Masa depan kamu pasti cerah.”
Kata-kata Oma membuat hati Ana hangat. Namun, rasa bahagia itu bercampur getir. Ana ingat dia harus pergi. Bagaimana caranya meninggalkan rumah ini tanpa membuat Oma sedih atau merasa di jahati?
Ana kemudian berjalan ke tempat para pembantu sedang merapikan sisa-sisa acara sambil memikirkan cara bagaimana dia pergi dari sana dia bahkan tidak menghubungi Ode sebab pasti Ode sudah menunggunya saat ini waktunya sudah tiba. Di sana dia juga sesekali dia mencari-cari Auriga, tetapi laki-laki itu tidak tampak di mana pun.
“Mba Ana, itu obatnya dari mas Riga.”
“Mas Riga ke mana, Bik?” tanya Ana pada salah satu pembantu.
“Mas Riga tadi keluar. Tadi dia pesen agar Mbak Ana istirahat, katanya jangan capek-capek. Obat baru dari dokter juga ada di meja kerja Oma, baru dikirim dari rumah sakit tadi.”
Ana mengernyit. “Dia keluar ke mana?”
“Enggak bilang, Mbak. Cuma pesen gitu aja. Udah, sana istirahat. Nanti takut pingsan lagi kayak waktu itu.”
Ana tersenyum tipis mendapatkan perhatian Auriga rasanya tidak tahu bilang, Abel bahagia sekali.
Sementara itu, di halaman depan rumah, seorang wanita berkerudung masuk setelah berbicara dengan satpam. “Saya Sintia, bibinya Ana. Saya dari kampung, mau ketemu dia.”
Oma, yang baru selesai berbincang dengan para pekerjanya di luar sana, segera meminta seseorang memanggil Ana.
Pembatu itu berlarian memanggil Ana di dalam rumah. “Mbak Ana, ada yang cari. Katanya Bibi dari kampung.”
Ana terkejut. “Bibi?” Bibi siapa bathinnya mungkin itu salah orang.
Namun, dia tetap menghampiri wanita itu dengan ragu. Saat melihat wajahnya, Ana merasa semakin bingung.
“Ini, Ana. Katanya Bibi kamu,” kata Oma.
Wanita itu tersenyum lebar. “Ana! Bibi tadi nyasar, padahal udah cari sesuai alamat yang kamu kasih.”
Ana menatap wanita itu dengan heran bibi? Kasih dia alamat. Namun nama itu… Sintia? Itu nama yang sering Ode gunakan dalam candaan kalau dia menyamar menjadi perempuan.
“Oh, iya… Bibi Sintia…” Ana akhirnya bersuara mencoba mengikuti alur dan mulai memahami.
Wanita itu mengangguk, “Bibi cari rumah ini sejak siang. Bisa kita bicara sebentar di luar?”
Ana berpamitan pada Oma, lalu mengikuti wanita itu ke halaman depan. Tapi saat mereka tiba di luar, Ode langsung muncul dari balik bayangan.
“Masuk ke mobil. Sekarang!” perintah Ode tegas.
“Ode? Apa-apaan ini?”
“MASUK!” bentak Ode lagi, wajahnya tampak gelap.
Wanita yang mengaku sebagai “Bibi Sintia” itu segera pergi setelah menerima bayaran dari Ode. Ana masih mencoba menerka-nerka apa yang terjadi ketika Ode menariknya ke dalam mobil.
Di dalam mobil, suasana penuh ketegangan atmosfer ketegangan begitu terasa. Wajah Ode terlihat sangat kesal.
“Cukup, Abel. Sudah selesai. Enggak ada lagi main-main di sini.”
“Tapi aku belum pamit sama Oma. Aku belum bilang apa-apa ke Mas Riga.”
“Diam! Gue bilang diam!” Ode menatapnya tajam.
Abel terdiam dia tahu seperti apa Ode saat marah. Sejak dia kecil Ode memang seperti kakak sekaligus penjaga bagi Abel, tapi kali ini dia benar-benar menakutkan.
“Lo tahu enggak, haa? Gue udah kayak orang gila nyari alasan ke bokap lo biar dia enggak curiga. Lo pikir gue enggak capek?” Ode melanjutkan, suaranya penuh frustrasi.
Seketika Mobil melaju di jalanan gelap, Ode mengemukakan kencang sekali Abel bahkan enggan bertanya mau di bawa kemana oleh Ode. Dia menerobos lampu merah, para lalu lalang di keramaian.
Sampai 30 menit kemudian lampu depan mobil Ode menyinari sebuah di jalanan sepi tempat sebuah cafe berada namun Cafe itu sudah tutup, mobil itu memperlihatkan sebuah mobil, sebuah mobil yang Abel kenal.
Di sana tampak ada Auriga yang tak sadarkan diri di balik kemudi.
“Itu… Mas Riga? Ode, dia kenapa?” tanya Abel panik.
“Ini yang lo mau, kan? Ya udah, ini dia. Waktu lo dua jam,” kata Ode sambil membuka pintu mobil dan menarik Abel keluar.
“Ode! Dia kenapa? Ode, jawab aku!” Abel berteriak, tetapi Ode hanya melempar sebuah kotak kecil ke arah Abel.
“Lo mau apa, terserah. Malam ini dia milik lo. Puas? Selesai, Abel. Habis ini, lo ikut gue!”
Bugh
Pintu mobil dibanting dengan keras, meninggalkan Abel yang berdiri kaku di tengah jalan gelap, di depan mobil Auriga.
Abel menerima kotak yang di lempar Ode itu sebuah kotak alat kontrasepsi pria, Abel bengong bertanya maksudnya Ode apa?
Abel lalu membuka pintu mobil Auriga, menatap wajah pria itu yang terlihat pucat dan tak berdaya. Lalu melihat ke arah depan Ode yang sudah pergi jauh entah kemana.
“Mas Riga… Tolong bangun…” suara Abel bergetar, air matanya mulai mengalir.
Abel tahu, ada sesuatu yang salah. Tapi apa yang bisa dia lakukan dalam waktu dua jam? Mau apa?
“Mas? Mas apa yang terjadi?” Abel berusaha membangunkan Auriga, “Apa yang di lakukan Ode?” Abel menatapi wajah Auriga yang tidak berdaya itu
Sampai kemudian dia melihat ponsel Auriga mengudarakan deringan di saku kemejanya.
Abel berusaha mengambil benda itu, sebab begitu berisik dan saat dia lihat nama Sahara muncul di sana. Abel tertegun. Napasnya tertahan, jantungnya berdetak lebih cepat. Matanya terpaku pada layar ponsel itu hingga panggilan berakhir.
Namun, tak lama kemudian, muncul sebuah pesan masuk di layar. Abel membaca pop-up itu dengan jelas
Sahara: Banyak banget, Ga, ini nominal yang sangat besar. Terima kasih sudah peduli dengan putraku.
Pesan itu menghantam perasaan Abel seperti pukulan keras. Putraku? Pikir Abel. Pandangannya mulai kabur, dadanya terasa sesak.
“Mas Riga...” bisiknya pelan, air mata mulai menggenang di sudut matanya.
Abel berusaha menenangkan dirinya, tapi bayangan tentang hubungan Auriga dan Sahara memenuhi pikirannya. Apakah mereka punya hubungan yang lebih dari sekadar mantan? Apakah Auriga benar-benar terlibat dalam kehidupan Sahara lagi, mereka selingkuh?
“Dia bahkan mengirim uang untuk anak Sahara...” gumam Abel, suaranya bergetar karena marah dan patah hati. Jangan bilang mereka punya anak bersama. Tapi kan ya putraku? putra dia dong?
Abel menatap wajah Auriga yang masih terkulai lemas, rasa sakit di hatinya semakin menusuk. Semua hal yang selama ini dia pendam, semua rasa cinta dan harapannya untuk Auriga, mendadak terasa seperti lelucon kejam.
Abel ingin percaya bahwa ini semua hanya salah paham, tapi bukti di depannya seolah berkata lain. Abel merasa benar-benar kalah oleh seseorang, oleh cinta Auriga yang begitu besar pada Sahara dan oleh perasaan yang tak pernah berbalas.
Ayolah segera go public Auriga-Abel jgn lama2...capek tau back street
AyolahPa Mahen sadar kalau Si Ular betina Rieke mau ngajuhin Abel dari lo Pa Mahen....ayo...ayo...Pa Mahen
Ode ayo gagalan rencana dua Racun itu ( Rieke & Sahara ) jgn sampe jgn sampe rencana mereka berhasil, kasian Abel yg jadi korbannya.
Mba Tris mksh byk udah UPdate lagi, tambah lagi dong mba...tambah penasaran apa yg terjadi selanjutnya 🙏😁
Dapat moment ga sengaja lewat musibah Abel jatuh.
Pak Mahen, calon mantu nya oke kan Pak.
Langsung ACC ya Pak.
maksih Upnya kk Tris... makin gak sabar nihh nungguin Up lagi 😍🙏
hati² ya para pihak
timakasi tris rahma 😘
Auriga reflek bilang sayang lagi... ketahuan nih 😅
mas riga dah punya ya yang lo
jangan di gangguin
jangan jangan di dorong tuh sama nenek sihir,,, awas lo ya....
Makin deg degan aq
Makasih up nua ka tris🥰🥰