* * *
Gadis cantik dengan mata teduh, hidung mancung dan kulit putih selembut sutra itu bernama Maria Shanna. Wanita berusia 22 tahun yang dulunya menjalani hidup bak seorang putri ...
Namun, dalam sehari gelarnya berubah menjadi Mommy, Daddy dan juga kakak untuk kedua adiknya. karena kedua orang tuanya meninggal akibat kecelakaan tragis.
Shanna yang saat itu masih duduk dibangku SMA kelas dua dipaksa kuat untuk menjadi sandaran bagi adik-adiknya.
Kehidupan Shanna dan kedua adiknya berubah 360 derajat ...
Hingga empat tahun berlalu, Shanna akhirnya bertemu pria bernama Dave Abraham, seorang CEO dan juga ketua mafia.
Pria dingin dan angkuh yang memintanya menjadi istrinya karena kesalahan yang mereka lakukukan membuahkan hasil ...
Tanpa Shanna ketahui, Dave menikahinya hanya untuk mendapatkan hak atas bayi yang dikandungnya ...
Bagaimana kelanjutan kisahnya?
Mampukah Shanna membuat Dave bertekuk lutut di hadapannya?
* * *
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sgt, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
34
"tuan, kemana saya harus mengantar anda?"
"perusahaan." Jawab Dave pada pengawalnya. Saat ini ia dan Mike sudah berada di dalam mobil mewahnya, yang dikemudikan oleh salah satu dari dua pengawal bertubuh besar tadi.
Sementara Mike, pria itu tengah duduk meringkuk di kursi penumpang bersebelahan dengan Dave. Sejak sampai hingga kembali dari klinik, pria itu hanya diam saja didalam mobil, tidak perduli dengan drama yang sedang berlangsung. Rasa pusing dan lemas setelah mengeluarkan isi perutnya membuat ia tak lagi memiliki tenaga.
"siapkan pernikahanku secepatnya."
hening... Tak ada tanggapan dari asisten sekaligus sahabatnya itu.
"Lakukan dalam satu minggu. Wanita itu harus berada disisiku, agar aku bisa mengawasinya secara langsung." Dave kembali membuka suara.
"wanita siapa maksudmu?" tanya Mike, masih enggan membuka mata. Pria itu belum mengumpulkan sisa-sisa nyawanya, sehingga kesulitan mencerna perkataan bossnya.
hening... Tak ada jawaban dari Dave.
"nona Shanna? Kau akan menikahinya?" Mike memicingkan mata, fikirannya mulai mengarah pada Shanna.
"tentu saja, memangnya siapa lagi selain dia yang sedang mengandung benihku." Sentak Dave kesal.
Mike membulatkan matanya, kemudian bangkit lalu duduk dengan tegap. "keputusanmu sudah tepat Dave." Ia mendukung rencana Dave, itulah bentuk tanggung jawab yang sebenarnya.
"atur pertemuanku dengan adik-adiknya. Wanita itu tidak boleh menolak untuk menikah denganku." perintahnya.
"jangan bermain-main dengan nyawa orang lain. Kau tau adiknya sedang sekarat."
"justru itulah aku harus menemuinya. Tugasmu hanya melakukan perintahku, jangan memberi pendapat jika tidak kuminta!" tegasnya tak terbantah.
"terserah padamu!" Mike menggeleng, pria itu memilih diam dan kembali bersandar lalu memejamkan matanya.
*
*
Malam menjelang...
Di mansion Anderson!
Nampak seorang gadis remaja tengah memandangi pantulan dirinya pada kaca besar didalam kamarnya, sambil sesekali berputar kekiri dan kekanan dengan senyum indah yang membuat wajah cantiknya semakin berseri.
Gadis cantik itu adalah Shannon, ia sedang bersiap untuk pergi makan malam bersama kakak perempuannya, siapa lagi kalau bukan Shanna.
Padahal hanya keluar sekedar makan malam, tetapi gadis itu terlihat sangat bahagia hingga sesekali terkekeh. Bagaimana tidak bahagia, sudah lima tahun lebih berlalu setelah ia didiagnosa mengidap aritmia. Sejak saat itu ia hampir tidak pernah keluar rumah.
Kakak-kakaknya yang sangat overprotektif selalu memiliki alasan agar gadis remaja itu tidak keluar rumah selain untuk hal-hal penting.
"waaaah adik kakak sangat cantik." Puji Shanna begitu tiba di kamar adiknya.
"kakak juga sangat cantik." Balas Shannon memuji sang kakak.
"kau sudah siap sayang?"
"sudah kak... Ayo!" Shannon bergelayut manja.
"kau ingin makan apa sayang?" tanya Shanna.
"bagaimana kalau restoran Asia? Aku kangen nasi goreng buatan Mommy."
Shanna tersenyum simpul, "baiklah." keduanya berjalan keluar, menuju area parkiran yang mampu menampung beberapa mobil. Namun, hanya ada satu mobil milik Shanna yang terparkir disana.
*
*
Pukul tujuh malam di restoran Asia...
"Mom, ingin makan apa?" Suara lembut seorang pria yang tengah duduk disalah satu meja yang berada direstoran itu, bersama sang mommy.
"nasi goreng dan jus alpukat." Jawab sang mommy.
"dua porsi nasi goreng, satu jus alpukat dan satu jus jeruk." Ucap pria itu pada seorang pelayan yang sedang berdiri disamping meja tempat mereka duduk.
Setelah mencatat semua pesanan, pelayan itu berbalik untuk kembali melanjutkan pekerjaannya.
"aawww."
"ma-maaf nona, aku tidak sengaja." Pelayan itu meminta maaf karena tidak sengaja menyenggol pelanggan yang baru saja tiba.
"Shannon, kau tidak apa-apa? Kau baik-baik saja sayang?" tanya Shanna panik.
Ya, orang yang tidak sengaja tersenggol oleh pelayan itu adalah Shannon. Mereka baru saja tiba dan sedang mencari tempat duduk yang kosong dan nyaman.
"aku baik kak, tenang saja."
"aku baik-baik saja, kakak boleh pergi." Ucap Shannon ramah pada pelayan itu.
"terimakasih nona. Mari aku antar, disebelah san-"
"Shanna? kau Shanna kan? Ini mommy, apa kau ingat?" Terdengar suara seorang wanita paruh baya yang berjalan medekat. Memutus perkataan pelayan tadi yang ingin menawarkan tempat duduk kepada Shanna dan Shannon.
Shanna tersenyum hangat. "tentu saja aku ingat mom." jawabnya menyambut pelukan wanita paruh baya itu.
Sementara Shannon, gadis itu mengerutkan keningnya. Bingung, kenapa sang kakak tiba-tiba memanggil mommy pada orang lain.
"sayang, duduklah dengan mommy." Mengurai pelukannya sembari meminta Shanna agar makan malam bersama. "masih ada kursi kosong disana." tunjuknya pada salah satu meja dengan empat kursi yang tiga diantaranya kosong, sementara satu kursi tengah duduk seorang pria tampan yang sejak tadi memandang kearah mereka.
Shanna melirik kearah Shannon, seolah meminta jawaban. Ia ingin adiknya itu tidak merasa terganggu, walau bagaimanapun ia harus mengutamakan kenyamanan sang adik.
Shannon mengangguk setuju. Tetapi, pandangannya hanya tertuju kearah meja yang ditunjuk oleh wanita paruh baya tadi. Matanya berbinar, bibirnya tersenyum.
"mom, kenalkan ini Shannon adikku." Ucap Shanna memecah lamunan Shannon.
"kau cantik skali sayang. Kenalkan aku mommy Risa. Panggil saja Mommy." Ucapnya mengelus punggung tangan Shannon.
"terimakasih, mommy juga sagat cantik." Jawab Shannon mecium punggung tangan mommy Risa, membuat wanita paruh baya itu sedikit kaget oleh tindakannya.
"mendiang mommy kami berasal dari Indonesia, dan itu adalah salah satu tradisi disana sebagai ungkapan hormat kepada yang lebih tua." Jelas Shanna memahami ekspresi mommy Risa.
"astaga, benarkah? Pantas saja wajah kalian sedikit berbeda dari orang lokal." Ucap mommy Risa kaget.
"mommy juga berasal dari Indonesia sayang." sambungnya.
"benarkah?" jawab Shanna dan Shannon bersamaan.
"ayo duduk sayang, kita mengobrol disana. Mommy kenalkan dengan putra mommy." mommy Risa menggandeng kedua kakak beradik itu kearah mejanya berada.
"Vin, kau masih ingat Shanna kan? Shanna yang tempo hari bertemu mommy di rumah sakit." Ucap mommy Risa begitu mereka tiba.
Ya, kedua orang yang tadi memesan makanan khas Indonesia itu, tidak lain adalah orang yang sama dengan yang ditemui Shanna saat di rumah sakit. Seorang wanita paruh baya yang memeluknya sambil menangis karena merindukan putrinya yang mirip dengan Shanna.
"ini adiknya, namanya Shannon. Mommy mengajak mereka untuk makan malam bersama kita." lanjutnya.
pria itu berdiri. "Marvin." mengulurkan tangannya pada Shanna.
"Shanna." menyambut uluran tangan itu.
"Marvin." kembali mengulurkan tangannya pada Shannon.
Sementara Shannon, gadis itu hanya diam saja. Menatap pria didepannya tanpa berkedip.
"Shannon." Shanna berbisik sambil menyenggol lengan sang adik.
"eh... i-iya, ak-ak aku. Kenalkan aku Sha-Shannon kak." jawabnya gugup, ia terkekeh pelan sembari menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Sepertinya gadis kecil itu sedang mengalami cinta pada pandangan pertama.
Marvin hanya tersenyum. "silahkan duduk, mau pesan apa?" tanyanya
"Nasi goreng kak." Jawab Shannon.
"minumnya?"
"air putih saja." Jawab Shannon lagi, gadis itu tak pernah melepaskan pandangannya dari Marvin. Pria tertampan yang pernah ia lihat.
"bagaimana denganmu?" Mengalihkan pandangannya pada Shanna.
"samakan saja dengan adikku."
Marvin mengangguk, lalu berdiri menuju meja kasir untuk menambah pesanan.
Dari arah kasir, pria itu menatap ketiga wanita yang ia tinggalkan tadi tengah tertawa riang. senyum samar tampak dibibirnya, ia bahagia karena akhirnya bisa melihat senyuman di wajah cantik sang mommy. Entah apa yang sedang mereka bicarakan hingga membuat sang mommy tersenyum lebar.
*
*
maaf jika tulisanku masih banyak kurangnya ya teman-teman.
Tolong tinggalkan saran dan kritik membangun, untuk aku jadikan acuan dalam memperbaiki tulisanku. 😊😊
Trimakasih atas apresiasinya🥰
* * *
semoga dilancarkan segala urusannya...
ditunggu bab selanjutnya...
di tunggu kelanjutan karya terimakasih