Pengkhianatan Dalam Pernikahan

Club malam.

"Ren! Coba lo tebak. Hari ini gue ketemu sama siapa?" Crhistian bertanya kepada temannya Darren. Sudut bibirnya terangkat, mengukir sebuah senyuman yang penuh arti membuat Darren penasaran. Begitu pun juga dengan dua temannya, Alex dan Dimas.

Keempat pria tampan itu sedang berada di salah satu club malam, seperti biasanya. Mereka akan berkumpul di dalam ruangan VIP di temani oleh minuman haram dengan harga yang mahal.

"Siapa, Crhis?" tanya Alex tidak sabaran. Menatap Crhistian dengan mata memicing, menunggu jawaban.

"Cepat katakan! Siapa?" kini suara Dimas yang terdengar. Pria tampan itu juga nampak tidak sabaran, ingin mendengar dengan siapa Crhistian bertemu hari ini. Sedangkan Darren, ia hanya menatap Crhistian, menunggu temannya itu menjawab pertanyaan Dimas dan Alex.

"Gladis, mantan kekasih teman kita satu ini." Sahut Crhistian sekilas melirik kepada kedua temannya yang nampak tercengang, begitupun juga dengan Darren.

Pria tampan yang selalu mengenakan kemeja putih itu, mulai merubah ekpresi di wajahnya, menatap Crhistian dengan keingin tahuannya. "Dimana lo bertemu dengan dia? Kenapa lo tidak langsung beritahu gue hah! Cepat katakan! Gue akan pergi ke sana sekarang." Desak Darren dengan tidak sabaran. Tentu saja ia tidak akan sabaran jika itu menyangkut tentang keberadaan wanita pujaannya tersebut. Sedangkan kedua temannya Dimas dan Alex, keduanya saling melempar pandangannya satu sama lain.

"Tunggu dulu, jadi selama ini Darren punya mantan kekasih? Kenapa kita berdua tidak tahu?" tanya Alex terlihat kesal. Menatap Darren dan juga Crhistian bergantian.

"Benar kata Alex. Kenapa hanya kita berdua saja yang tidak tahu, kalau Darren punya mantan kekasih. Wah... Kalian benar-benar... "

"Karena saat itu kita belum berteman dengan kalian. Jadi wajar saja kalian tidak tahu kalau Darren punya mantan kekasih." Potong Crhistian dengan kesal. "Pertemanan kita baru tujuh tahun, sedangkan Darren dengan mantan kekasihnya sudah delapan tahun yang lalu. Menurut kalian..."

"Dia masih kekasih gue. Kita hanya berpisah karena waktu saja. Suatu saat nanti kita pasti akan di satukan kembali. Gue yakin itu." Potong Darren dengan keyakinannya yang tinggi.

Crhistian, Dimas dan juga Alex, saling melemparkan pandangannya satu sama lain. Lalu ketiga pria tampan itu menghela nafasnya secara bersamaan.

"Cepat katakan! Dimana lo bertemu dengan Gladis? Gue akan kesana sekarang." Darren kembali mendesak temannya. Ia ingin segera pergi dari tempat itu dan bertemu dengan pujaan hatinya. Ingin meluapkan rasa rindu yang selama ini ia pendam sendirian.

"Di mall. Dan pastinya dia sudah pulang, Ren. Lagian diakan sudah punya suami, lebih baik lo lupakan saja dia. Biarkan dia.... " Crhistian menjeda ucapannya sejenak, mengingat obrolan Gladis tadi dengan Sandra membuat Crhistian terpikirkan sesuatu.

"Ah sepertinya dia sedang ada masalah dengan suaminya, Ren. Gue tidak sengaja mendengar obrolan dia dengan Sandra tadi," sambung Crhistian lagi.

"Katakan masalah apa? Kalau bicara jangan setengah-setengah!" seru Darren dengan tidak sabaran membuat Crhistian berdecak kesal.

"Astaga... Biarkan gue bernafas dulu nafa sih. Gak sabaran banget jadi manusia." Kesal Crhistian yang mendapat pelototan dari Darren, sedangkan kedua temannya, malah tertawa.

Crhistian semakin kesal, namun meskipun begitu ia tetap menceritakan apa yang sudah ia dengar tadi. Tidak ada yang terlewatkan walau hanya satu kata pun.

"Jadi, kemungkinan suaminya Gladis berselingkuh. Karena jika suaminya tidak berselingkuh, dia tidak mungkin bertanya pendapat temannya yang menyebalkan itu. Jadi, gue sangat yakin kalau suaminya dia itu sudah mengkhianatinya. Sungguh kasihan sekali wanita itu. Dulu di tinggal pergi oleh mantan kekasihnya tanpa kejelasan apa pun. Sekarang dia malah di selingkuhi oleh suaminya. Benar-benar menyedihkan," ucap Crhistian sengaja menyindir temannya, Darren. Dan hal ini tentu saja membuat Darren marah.

Tidak bisakah Crhistian melupakan kesalahannya di masa lalu terhadap Gladis? Kenapa dia malah sengaja mengungkitnya sekarang? Bukankah itu akan membuat Darren semakin merasa bersalah?

"Gue akan menebus kesalahan gue di masa lalu. Gue pasti akan mendapatkan Gladis kembali. Lihat saja nanti." Kata Darren dengan penuh keyakinan. Ia kesampingkan dulu rasa marahnya terhadap Crhistian. Karena bagaimana pun juga, saat ini Crhistian sudah memberikan kabar yang sangat baik tentang mantan kekasihnya itu. Ah tidak, bukan mantan kekasihnya, tetapi kekasihnya yang di pisahkan oleh waktu. Begitulah kata Darren.

Crhistian tidak menanggapinya, ia lantas meraih segelas wine, lalu menenggaknya dengan perlahan. Menikmati sensasi di tenggorokannya yang terasa sangat kering.

"Ternyata dia masih tinggal di kota ini." Gumam Darren dengan seringai licik yang terpatri dari sudut bibirnya. Mengetahui bahwa sang pujaan masih berada di kota itu. Itu akan memudahkan dirinya untuk menemukan pujaannya tersebut.

"Gue cabut dulu." Darren beranjak dari tempat duduknya. Ia akan pulang dengan membawa kebahagiaan malam ini. Bahagia karena telah mengetahui bahwa wanita pujaannya masih tinggal di kota yang sama dengan dirinya, bahagia karena telah mengetahui bahwa suami Gladis ternyata hanya seorang pria brengsek. Ya, meskipun itu hanya katanya saja, tetapi Darren sangat yakin, jika suami Gladis memang seorang pria yang brengsek. Dan Darren akan menyuruh seseorang untuk mencari tahu tentang suami Gladis secepatnya. Toh dia sudah melihat wajahnya Evan di album photo yang di unggah oleh Gladis di akun Facebooknya. Dia juga sudah mengetahui namanya. Jadi, itu akan sangat mudah untuk mengetahui tentang pria brengsek itu.

"Gladis, cepat atau lambat, kita akan di persatukan kembali seperti dulu. Aku sudah sangat tidak sabar untuk memilikimu kembali." Batin Darren sambil mempercepat langkah kakinya pergi meninggalkan ruangan tersebut.