berkali-kali tertipu, sehingga membuat mereka terbiasa dengan hal tersebut,
karena sering kali kena tipu,Aya dan Jaka pun memulai bisnis mereka hingga akhirnya mereka pun bisa membedakan mana penipu dan mana orang yang benar-benar tulus,
mari baca novel pertama aku,
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Putri cobain 347, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
pertikaian di acara ijab kabul
Bukan hanya dirumah Jaka, kini dirumah Aya pun terjadi perselisihan, apa lagi semua itu terjadi di depan penghulu dan beberapa saksi yang sudah siap untuk melakukan acara ijab kabul mereka.
"Aya,, mana besan kamu?, ada-ada saja nikah tanpa besan."
Ujar saudara Aya yang sudah pasti akan bertanya seperti itu.
"Sedang sakit, jadi tidak bisa datang."
Jawab Aya yang merasa tidak nyaman saat banyak muncul pertanyaan.
"Aneh,,, seperti ada yang tidak beres dengan Jaka, sebenarnya kalian direstui tidak sih?."
Tanya Agam saudara sepupu Aya.
Aya hanya terdiam dan masih melihat ke arah Jaka yang sedang berdebat dengan saksi dan penghulu.
"Ini gimana?, masa tidak ada perwakilan dari mempelai pria!!!, pernikahan ini bukan main-main, sebaiknya kamu pikirkan kembali."
Ujar saksi yang menanyakan perwakilan dari Mempelai pria.
"Ayah saya sakit, jadi tidak bisa datang,lagi pula pernikahan ini bukan keinginan kami."
Jawab Jaka yang melihat pak RT yang menyuruh mereka menikah saat itu.
"Itu bukan alasan, masih banyak saudara yang lainya, kenapa tidak kamu ajak Jaka?."
Tanya saksi yang masih saudara Aya.
Kemarahan Jaka pun memuncak, apa lagi saat melihat wajah Aya yang terlihat sangat sedih, banyak pertanyaan dari keluarga Aya yang yang terus menerus menanyakan masalah yang sama.
"An****, bapak sendiri yang menyuruh kita menikah, padahal dari awal saya sudah bilang, saya dan Aya hanya berteman, saya hanya berniat untuk membantu Aya agar dia bisa pulang."
Ujar Jaka yang langsung marah pada semua yang ada di sana.
"Astaghfirullah,,, sabar nak, kita bisa cari jalan terbaik nya, sebaiknya kita lanjutkan acara nya."
Ujar pak lurah yang ikut hadir menjadi wali nikah Jaka.
"Kalau tau susah begini, lebih baik kita menikah di Bandung saja Aya, percuma juga, kita sudah berusaha untuk menuruti apa yang mereka inginkan."
Ucap Jaka yang langsung menarik tangan Aya untuk segera pergi dari acara itu.
Waktu pun terus berjalan, akhirnya suasana hati keduanya bisa di atasi,
"Sudah-sudah, kita lanjutkan acara nya, saya masih harus datang ke acara pernikahan yang lainnya."
Ujar penghulu yang akhirnya mengajak mereka untuk memulai acara nya.
Akhirnya, emosi Jaka bisa diredam, dan ijab kabul Jaka dan Aya pun di mulai.
Dengan seperangkat alat sholat, Jaka resmi menikahi Jaka.
Dan acara pun akhirnya selesai, tanpa ada foto bersama ataupun duduk di kursi pelaminan.
"Ya elah Aya, ibu sih tidak masalah mau tetangga ngomong apa juga, tapi emang nya kamu sudah yakin dengan apa yang kamu pilih?."
Tanya ibu Aya yang melihat Aya yang duduk di depan pintu rumah nya.
Sementara itu, Jaka justru sibuk dengan kamar mandi Aya, ternyata pengantin baru itu, justru memperbaiki kamar mandi Aya, bukannya menerima tamu yang masih datang untuk memberikan selamat.
"Aya,,, selamat yah,, ngomong-ngomong mana suami kamu."
Tanya Elin teman sekolah nya dulu.
"Lah,,aku juga tidak tau,, kemana dia."
Jawab Aya yang dari tadi kebanyakan melamun.
Aya pun berjalan ke belakang rumah nya, dengan diiringi Elin yang berjalan di belakang nya.
"Aihhhh,,, pengantin baru,,, bukan nya duduk nerima tamu, ini malah sibuk sendiri."
Ujar Elin yang kaget saat melihat suami Aya sedang membuat kamar mandi Aya.
"Bukan apa-apa, adik-adik kamu perempuan semua, tidak enak jika harus mandi diluar rumah, kelihatan dari sana-sini."
Ujar Jaka yang memang berniat membantu keluarga Aya.
"Lagian,, bapak bukan nya diterusin, kenapa justru setengah-setengah begitu.''
Ujar Aya yang melihat kamar mandi yang baru setengah jadi.
"Waktu itu bapak kamu sakit, jadi tidak bisa dilanjutkan, apa lagi belum ada uang untuk membeli keperluan yang lainnya."
Ujar ibu Aya yang berbicara pada Aya , Jaka dan Elin.
Waktu pun terus berjalan, hari semakin larut malam,
"Aya,,, cepatlah,,kita harus mengejar waktu, jangan sampai kamu tidak bisa bekerja besok."
Ujar Jaka yang sedang bersiap-siap untuk pergi ke Bogor.
"Loh,,, malam Pertama,, tidak boleh kemana-mana dulu,,."
Ujar ibu Aya yang kaget saat mendengar ucapan dari Jaka.
"Iya bu, Aya tidak dapat cuti menikah, liburan cuma dua hari, besok pagi pun Aya harus bekerja kembali."
Jawab Aya yang juga ikut bersiap-siap untuk pergi.
Sebelum aya pergi, banyak sekali omongan saudara Aya yang melarang mereka untuk kembali ke Bogor, minimal tunggu tujuh hari.
"Aku tidak percaya dengan yang kaya begitu an, kalau memang sudah takdir, mau tidak mau aku dan Aya harus rela."
Ujar Jaka yang langsung berpamitan pada keluarga Aya.
"Aduhhh,,,nasib kamu kurang beruntung Aya, sudah menikah dengan orang kaya, percuma kalau tidak ada restu dari orang tua."
Ujar Gunawan yang mengenal keluarga Jaka yang memang orang berada.
"Siapa juga yang bilang aku orang kaya!!!, aku tidak pernah bilang itu, tanyakan saja pada Aya."
Jawab Jaka yang kesal dengan ucapan salah satu orang yang Jaka kenal juga.
"Sudah,,, biarkan saja orang bicara, lebih baik kita segera pergi dari sini."
Ajak Aya yang sudah bersiap-siap untuk pergi meninggalkan keluarga nya.
Akhirnya,,,Aya dan Jaka pun berpamitan untuk melanjutkan perjuangan hidup mereka yang baru,
"Terima kasih Jaka, sudah membuat kan kami kamar mandi."
Ujar Ayah Aya yang langsung memeluk tubuh Jaka.
"Sama-sama pak, sudah jadi kewajiban saya sebagai anak paling tua."
Jawab Jaka yang langsung memeluk satu per satu adik-adik Aya.
"Tunggu Aya,,, bawalah ini,,ini untuk melindungi kamu,, bahaya diluar sana untuk pengantin baru."
Ujar ibu Aya yang menaburkan bunga dan beras kuning pada tubuh Aya dan Jaka.
"Ya elah bu,,,kita tidak percaya yang begituan, Kita serahkan saja pada Allah."
Jawab Jaka yang langsung memberikan kembali kantong kecil yang berisi bunga kantil dan beberapa bunga yang lain nya.
Baru juga mau berjalan melangkah,
"Aya,,, ingat !!!!, di dalam bus, jangan duduk berdua, sebaiknya kalian duduk terpisah."
Ujar ibu Aya yang terlalu percaya dengan adat istiadat di tanah nya.
"Iya bu,,, nanti kita duduk nya berjauhan."
Jawab Jaka yang tidak mau berlama-lama lagi.
Waktu pun terus berjalan,,, hingga akhirnya mereka pun naik ke dalam bus jurusan kota Bogor.
"Jaka,, bukannya kita tidak boleh duduk
Berdekatan?."
Tanya Aya yang mengingat kan pada Jaka.
"Takhayul Aya,,,ngga ada yang kaya begituan?, kecuali kalau kamu percaya."
Jawab Jaka yang tersenyum dan duduk di samping Aya.
Beberapa jam kemudian,,,,
"Bangun Aya, aku akan turun disini, sementara kamu lanjutkan ke Bogor."
Ujar Jaka yang menyuruh Aya untuk melanjutkan perjalanan nya tanpa Jaka.
"Kamu mau kemana?."
Tanya Aya yang bertanya pada Jaka.
"Aku ada kerjaan di Bandung, aku akan pulang setelah pekerjaan ini selesai."
Ujar Jaka yang langsung turun dari bus nya.
Malam yang harus nya menjadi malam panjang mereka, justru menjadi malam yang penuh dengan drama.
Mau tidak mau, Aya harus bisa menerima semua ini,
Apa lagi pernikahan mereka yang tanpa di dasari oleh cinta, membuat mereka terpaksa harus berpisah sementara.
Sesampainya di Bogor,,,
"Ciyeee,,, pengantin baru, kenapa sendiri?."
Ujar Linda yang masih satu kontrakan dengan Aya.
"Aduhhh,,aku masih bingung kak, aku sudah menikah, tapi kini harus terpisah."
Jawab Aya yang kembali masuk ke dalam kamar nya.
"Lah,,, masa kita tidur bertiga, Aya!!!!, yang benar saja!!."
Tanya kak Linda yang tidak tahu jika Jaka tidak bersama dengan Aya.
"Tidur bertiga bapak mu!!!, Jaka juga tidak ada di sini."
Jawab Aya yang melihat wajah Linda.
"Aihhhh,,, bagaimana kamu ini, sebenarnya kamu menikah tidak dengan Jaka?."
Tanya kak Linda yang tidak percaya dengan ucapan Aya.
"Aku sudah menikah, tapi untuk sekarang Jaka sedang ada di Bandung."
Jawab Aya yang akhirnya berkata jujur pada kak Linda.
"Aduhhh, aku tidak mengerti dengan jalan cerita mu, sudah seperti drama Korea."
Ujar kak Linda yang langsung memeluk tubuh Aya.
"Kali ini aku masih bisa tinggal dengan kakak, tapi setelah Jaka kembali, mungkin aku akan pindah."
Ujar Aya yang juga memeluk tubuh Linda yang sudah sama dekat nya.
Bagaimana bisa, menikah dengan cara yang rumit, kini kehidupan mereka pun harus kembali terpisah, apa yang sebenarnya di pikirkan oleh Jaka, apakah Jaka hanya ingin menikahi Aya,
tanpa ada rasa ingin hidup bersama dengan Aya.
Penasaran dengan kisah nya, kita lanjutkan di bab berikutnya.