Kemala adalah seorang wanita mandiri yang masih memiliki suami. Namun karena suami yang sangat pelit ia terpaksa bekerja sambil membawa anak nya yang masih kecil. setiap hari Burhan suaminya hanya memberi uang sebesar 10.000 rupiah beserta uang jajan untuk nya. Selama menikah dengan Burhan ia hanya tahu bahwa Burhan adalah seorang supir truk pengangkut sawit, tanpa ia ketahui suaminya itu adalah manajer di perusahaan kelapa sawit terbesar di kota itu. bagaimana kah kelanjutan rumah tangga Kemala? akan kah badai itu terus menerus datang ataukah akan ada pelangi setelah hujan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Uul Dheaven, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34 Akhirnya Malu
Entah apa yang ada di pikiran dua manusia di depan ku ini. Bagaimana bisa mereka berfikir bahwa semua ini milik Bang Ramadhan. Memang ku akui, selama ini aku jarang ada di toko.
Fokus ku adalah Aska dan toko lainnya. Karena di toko ini aku sudah mempercayakan semua nya pada Bang Ramadhan dan Saipul. Mereka adalah dua orang kepercayaan ku sendiri.
"Ayo Cinta, kita datangi rumah nya Ramadhan. Mungkin dia sekarang lagi sarapan." Ucap Mami nya Cinta.
"Hey kamu! Ngapain ikut juga? Mau ikutan cari perhatian? Nggak cocok."
"Saya mau melihat anak saya di dalam."
"Anak? Kamu sudah menikah? Kalau aku jadi nyonya di rumah itu, jangan harap kau dan anak mu bisa masuk lagi ke sana. Sekali ba-bu tetap ba-bu."
Kemala hanya menggelengkan kepala nya melihat kesombongan Cinta dan Ibu nya. Mereka berdua sibuk meneliti halaman rumah Kemala.
" Hellowww permisi.. Bang Ramadhan.. Ini calon istrimu datang ni. "Ucap Cinta tanpa tahu malu.
Ramadhan setiap pagi memang sarapan di rumah Kemala. Bahkan makan siang dan makan malam juga begitu. Bukan hanya Ramadhan, rumah Kemala terbuka untuk setiap karyawan nya jika ingin makan.
Makanya Bik Siti selalu menyiapkan banyak makanan di rumah itu. Para pekerja sangat senang memiliki Ibu Bos seperti Kemala yang tidak pelit.
Tidak berapa lama keluar lah Ramadhan dari dalam rumah. Dengan isyarat mata dari ku, akhirnya Ramadhan paham apa yang ku maksud.
"Ada apa ya Cinta kamu kesini? Mau pesan barang?"
"Ih, Abang ini gimana sih. Kan Cinta mau bertemu Abang. Tadi di toko cuma ada si ba-bu ini ni." Tunjuk nya ke arah Kemala.
Ramadhan yang ingin marah di tahan oleh Kemala terlebih dahulu. Kemala ingin melihat sampai di mana perilaku mereka bisa di maafkan.
" Trus kalau sudah bertemu, kamu mau apa?"
" Hmm.. Apa ya. Mami, kita mau ngapain lagi? "
" Ooh, begini nak Ramadhan. Ada yang mau saya sampaikan. Tapi, bolehkan kami masuk ke rumah kamu?"
Ramadhan ingin menjawab namun lagi-lagi Kemala menatap nya dan menganggukkan kepala tanda menerima permintaan Mami nya Cinta.
" Baiklah, silahkan masuk."
Tanpa menunggu lama akhirnya Cinta dan Mami nya pun ikutan masuk.
" Wah,, rumah nya luar biasa ya mi. Apalagi sofa nya ini empuk banget."
"Iya sayang. Mami mau dong nginap di sini selamanya kalau kalian menikah nanti."
"Mami tenang aja. Gampang itu kalau Cinta sudah berhasil jadi nyonya Ramadhan."
Mereka berdua sibuk dengan khayalan mereka masing-masing. Namun mereka berdua begitu terkejut saat melihat di meja makan Mak dan Bapak nya Kemala ada disana bersama Aska.
"Loh. Loh kok para ba-bu di izinkan makan di sini Ramadhan? Nggak pantes tahu nggak! Hey kalian semua! Kalian itu nggak cocok makan disini. Sana ke dapur!"
Mak, Bapak dan Aska terlihat bingung dengan perkataan Maminya Cinta.
"Kalian ini siapa? Ngapain marah-marah sama kakek dan nenek Aska."
"Hey, kamu yang siapa. Anak ba-bu kok bertingkah."
"Sudah.. Sudah.. Cinta! Jelaskan maksud kedatangan kalian ke sini. Jangan buat keributan pagi-pagi di rumah orang."
"Begini, bagaimana kalau kita duduk dulu nak Ramadhan. Biar Mami yang menjelaskan."
"Hey kalian para ba-bu, siapkan minum dan cemilan untuk kami."
Kemala hanya tertawa dan tidak menanggapi apapun yang dikatakan oleh Cinta.
Setelah dua manusia itu duduk, Ramadhan dan Kemala juga duduk di sofa yang ada disana.
"Loh, Bang Ramadhan. Ngapain dia ada di sini."
"Cepat katakan apa mau kalian. Saya tidak punya banyak waktu." Ucap Ramadhan tegas.
"Jadi begini nak Ramadhan, Cinta anak nya Mami kata nya punya hubungan dengan nak Ramadhan. Bagaimana jika kalian meresmikan hubungan kalian. Tidak usah lama-lama. Langsung saja menikah, kan lebih baik biar tidak mengundang dosa."
"Maksudnya? Kalian mau saya dan Cinta menikah?"
"Iya nak Ramadhan. Bagaimana?"
"Apa Cinta yakin mau menikah dengan saya? Saya ini banyak kekurangan nya loh."
"Kurang bagaimana? Udah punya segalanya kayak gini kamu bilang kurang."
"Tapi setelah menikah nanti berarti saya akan tinggal di rumah Cinta?"
"Kok tinggal dirumah Cinta? Rumah yang ini mau di bawa kemana?"
"Maaf sebelumnya, pasti ada kesalahpahaman di sini. Rumah ini bukan milik saya."
"Jadi, ini masih milik orang tua Bang Ramadhan ya?"
"Maaf, orang tua saya sudah meninggal semenjak saya kecil. Saya selama ini dirawat oleh nenek sehingga dewasa. Dan nenek saya juga beberapa tahun yang lalu telah tiada."
"Jadi, ini rumah siapa?" Tanya Mami nya Cinta.
"Ini rumah Kemala. Ibu Bos saya yang baik hati. Itu orang nya yang duduk disana." tunjuk Ramadhan ke arah Kemala yang dibalas senyuman.
"Tidak mungkin! Apa kalian sekongkol? Dia itu ba-bu Mi."
"Kalian salah. Kemala adalah pemilik sah rumah ini dan juga toko yang ada di depan sana. Ba-bu yang kalian maksud itu adalah aku. Aku yang bekerja di toko milik Kemala."
"Cinta, ambilkan Mami air putih. Mami nggak kuat lagi untuk duduk."
"Bik Siti, ambilkan minuman dan makanan ya untuk tamu kita ini. Mungkin mereka belum sarapan makanya jadi lemah." Ucap Kemala dengan senyuman terbaik.
"Ku-rang a-jar. Cinta, ayo kita pulang. Kamu ini, buat malu Mami saja."
"Tapi Mi, Cinta nggak masalah kalau Bang Ramadhan nggak punya apa-apa."
"Jangan bo-doh kau Cinta. Kalau nggak punya apa-apa, mau makan apa kalian nanti?"
"Kan Bang Ramadhan kerja di sini. Pasti punya uang dong Mi."
"Tidak, Mami tidak mengizinkan. Sudah lah cacat, miskin pula. Mau di taruk di mana muka Mami nanti?"
Prang...
Kemala melempar gelas yang berisi minuman. Ia sangat marah saat mereka menghina Ramadhan cacat. Kemala tidak terima.
"Pergi kalian dari rumah ku, dan jangan pernah kembali lagi!"
Suara Kemala memecah keheningan di pagi itu. Mak dan Bapak tidak pernah melihat Kemala semarah ini sebelumnya. Bahkan Ramadhan pun sampai di buat melongo. Kemala nya yang lembut telah berubah menjadi singa betina.
Dua manusia tidak tahu malu itu akhirnya lari tunggang langgang. Entah apa yang ada di pikiran mereka saat ini. Kemala tidak mau peduli. Hati nya sangat sakit ketika mendengar mereka menghina Ramadhan.
"Mengapa tidak Abang katakan kalau rumah Abang juga semewah rumah Mala? Mengapa tidak Abang katakan kalau Abang juga sudah memiliki mobil? Bahkan Abang juga memiliki aset yang lain." Ucap Kemala dengan mata yang memerah.
"Mala, dengarkan Abang ya. Tidak ada gunanya Abang menjelaskan hal itu kepada manusia seperti mereka. Abang tidak mau mereka terus menerus mengganggu kita."
"Setidaknya Abang tidak akan di hina." Suara lemah Kemala membuat Ramadhan terenyuh.
"Bunda, Aska apa nggak sekolah hari ini?"
"Aska sekolah di antar Om Ramadhan aja gimana?"
"Asyikk..yaudah,yuk Om kita berangkat."
Sekolah Aska hari ini mengadakan perlombaan, maka dari itu mereka tidak terburu-buru ke sekolah nya Aska.
Mak dan Bapak juga ingin ikut menemani cucu satu-satunya keluarga mereka. Kemala tidak ikut karena ada janji dengan Arga tentang bisnis baru mereka.
Entah bisnis apa lagi kali ini yang akan di geluti oleh Kemala. Semoga saja Kemala selalu sukses sehingga bisa mengurangi tingkat pengangguran yang ada di sana.