Vina, seorang Ibu yang rela dan sabar menahan sakitnya perlakuan KDRT dari suami terhadap dirinya selama sepuluh tahun terakhir.
Ketika, Adit anak pertamanya berkata bercerailah bunda. Saat itulah dia tersadar akan sakitnya dan sia-sia semua perngorbanannya.
Akankah semua berjalan lancar?
Yuk, ikuti kisahnya!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muliana95, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bercerailah, Bunda
"Bercerai lah, Bunda!" kata Adit anak pertama Vina dan suaminya Anwar.
"Sudahi semua deritamu, Bunda. Bercerai lah. Karena sekarang aku sudah bisa melindungi mu. Tinggalkanlah lelaki yang telah menyakitimu," lirih Adit lagi sambil membersihkan luka Bundanya.
Adit tahu, pasti Ayahnya telah memuk*l Bundanya lagi. Terbukti dengan adanya bekas lebam disudut mata dan bibir Bundanya.
"Tapi, bagaimana dengan masa depanmu dan adikmu Saka? Bagaimana dengan sekolahmu juga adikmu? Di dunia ini cuma kalian harapan Bunda." lirih Vina dengan mata sembamnya.
Vina, seorang anak yatim piatu yang dibesarkan di panti asuhan Kasih Sayang di sebuah desa. Dulu, dia pernah diadopsi sama keluarga yang belum memiliki anak di kota. Tetapi, setelah tiga tahun kemudian sang istri hamil dan Vina diusir tanpa diantar kembali ke panti. Sebab mereka terlalu malu dan sibuk sampai tidak ada waktu untuk mengembalikan Vina.
Setelahnya, untuk bertahan hidup. Dia bekerja apa saja dari memulung sampai jadi tukang cuci piring. Saat dewasa, dia bekerja di rumah sakit sebagai tukang bersih-bersih. Saat itulah dia bertemu dengan Anwar yang sedang menjenguk teman kerjanya di rumah sakit.
"Lagipula, Bunda masih mencintai Ayahmu, dan Bunda selalu berharap agar Ayahmu bisa berubah seperti dulu. Maafkan Bunda," lirih Vina.
"Ayah takkan pernah berubah Bun, selama Nenek dan Tante masih mencampuri kehidupan kita selama itulah Ayah takkan berubah." ujar Adit. Sebenarnya dia jengkel melihat Bundanya. Pasalnya bukan pertama kalinya sang Ayah memuk*l, menc*ci Bundanya. Namun, sudah sering, makanya dia memilih untuk tidak tinggal seatap dengan sang Ayah.
Adit dan Saka. Mereka ngekos nggak jauh dari tempat sekolahnya. Adit berusia tujuh belas tahun, dan duduk di bangku kelas tiga SMA. Sedangkan Saka umur enam belas tahun, dia kelas dua SMA.
Dulu, pernah juga Adit dan Saka berontak atas perlakuan Anwar terhadap Bundanya. Anwar tak segan-segan memuk*l mereka berdua. Bahkan, dia tega mengusir kedua anaknya. Sampai Vina memohon untuk memaafkan anak-anaknya kepada Anwar, dan berjanji akan menjaga mereka dengan baik.
"Maafkan Bunda"lirihnya lagi sambil bangkit meninggalkan Adit.
Adit menghela napas, andai dia punya uang. Pasti dia bisa mencukupi dan memberi uang untuk Bundanya dan Saka. Adit tau, selain alasan cinta. Bundanya pasti bertahan hanya untuk mereka berdua. Karena, dia pernah mendengar Ayahnya mengancam Bundanya, agar menghentikan nafkah dan sekolah mereka semua.
Setelah memukul istrinya, Anwar langsung pergi ke rumah Ibunya. jarak rumah Ibunya dan rumah Anwar hanya memakan waktu 15 menit menggunakan sepeda motor.
"Kenapa nggak kau ceraikan saja si Vina sih? Kan sudah Ibu bilang Vina itu, anak yang nggak jelas asal-usulnya. Sudah pasti dia anak haram, pembawa sial." gerutu Bu Fatma. Ibunya Anwar.
"coba deh, kamu pikirin, mana ada orang tua yang rela menyerahkan anaknya ke panti, kalau bukan dia anak haram?" kata bu Fatma lagi.
"Bener itu Mas, kata Ibu. Lagian nanti, Mas akan Sarah kenalkan sama temen Sarah." ucap Sarah.
"Atau Mas mau kembali lagi sama Mbak Nadin? Sarah dengar-dengar Mbak Nadin sudah janda lo Mas." lanjut Sarah.
"Aku kesini mau istirahat. Jadi, tolong kalian pergilah." bentak Anwar.
Bu Fatma dan Sarah langsung pergi meninggalkan Anwar di ruang tamu. Sebenarnya Bu Fatma tidak menyukai Vina. karena Vina miskin. Dia bercita-cita mempunyai menantu yang kaya. Agar bisa di pamerkan pada tetangga-tetangganya.
"Benarkah yang Ibu bilang, kalau Vina pembawa sial?'' gumam Anwar.
" Bukankah selama kami menikah, rezeki kami selalu seret? Jika tak di bantu Ibu. Mungkin untuk makan pun tak cukup." gumamnya lagi.
"Tapi, kalau aku menceraikannya, siapa yang ngurus rumah, dan aku. Sedangkan Sarah dan Ibu mana mau. Mereka taunya cuma menghabiskan uang saja." pikir Anwar.
🍁🍁🍁🍁🍁
Bu Fatma, seorang janda yang mempunyai dua orang anak. Anwar dan sarah. Dia termasuk janda kaya. Dia juga mempunyai kontrakan dan beberapa toko. Juga setiap bulannya mendapatkan uang pensiun suaminya. Maka, dari itu dia sangat marah saat mengetahui Anwar mau melamar gadis tanpa asal usul. Cuma, karena dulu Anwar pernah patah hati dengan mantan pacarnya, Nadin. Makanya, dia tak terlalu menentang sang anak. Dia takut sang anak bersedih terlalu lama. Apalagi orang-orang berkata Anwar setengah gila saat ditinggalin mantannya.
Setelah Anwar menikah dengan Vina, ia bertekad akan membuat rumah tangga anaknya hancur. Karena, Bu Fatma berfikir jika Anwar yang meninggalkan Vina, itu takkan mengganggu mental dan fisik anaknya.
Puncaknya, ketika ia mengatakan kepada Anwar, supaya memiliki anak perempuan. Sebab anak perempuan penting dalam sebuah keluarga.
"Gimana, caranya ya agar Mas mu, mau ceraikan Vina?" tanya Bu Fatma sama Sarah.
"Padahal, kita sudah mengatakan sama Anwar agar Vina bisa melahirkan anak perempuan. Karena, anak perempuan itu bisa menjaga orangtuanya sampai tua. Beda sama anak lelaki, nanti sudah dewasa menikah, dan meninggalkan orang tua." kata Bu Fatma lagi.
Bagi Bu Fatma, anak laki-laki hanya memberi uang untuk masa tuanya, berbeda dengan anak perempuan yang menjaga ibu bapaknya sampai tua.
Padahal, anak itu semuanya sama. Baik laki-laki atau perempuan. jika, memang anak baik, lelaki pun bisa bertanggung jawab terhadap orang tua. Karena anak durhaka tidak memandang laki-laki atau perempuan.
"Atau kita suruh Mas Anwar nikah lagi aja Bu? Siapa tau dengan menikah lagi Mas Anwar akan punya anak perempuan. Nanti pasti dia cerai in Vina." usul Sarah, yang malas manggil Vina dengan sebutan Mbak.
"Nantilah, kita katakan sama Mas mu. Sekarang biarkan dia istirahat." tutur Bu Fatma.
🍁🍁🍁🍁🍁
"Bagaimana keadaan Bunda Bang?" tanya Saka.
Menghela napas, tanpa menjawab pertanyaan sang adik.
"Kamu pulanglah menjaga Bunda dik. Kasihan Bunda, setidaknya dia ada yang menjaga." kata Adit.
"Tapi kata Bunda, Adik disini saja sama Abang." ungkap Saka.
Sebenarnya, Vina menyuruh Saka agar ngekos juga bareng Adit. supaya nanti jika Anwar memuk*linya Saka tidak melihat.
"Dengerin Abang, nanti jika kamu tinggal sama Bunda, kamu bisa menghibur Bunda. Kalau abang yang tinggal disana yang ada malah abang kebawa emosi. Tolong ya turuti abang untuk kali ini saja." mohon Adit pada Saka.
Adit memang orangnya kebawa emosi berbeda dengan Saka yang lebih sabar.
"Kalau gitu, aku siap-siap aja dulu ya bang. Nggak usah kasih tau Bunda." ucap Saka berlalu keluar dari kamar kos Adit.
Sesampainya Saka dirumahnya. Setelah memberi salam dia langsung masuk ke dalam. Walaupun salamnya tanpa balasan. Vina tinggal seorang diri di rumah tanpa ART. Karena rumahnya yang tak terlalu besar namun nyaman untuk ditempati.
"Bunda, adik kembali!" teriak Saka.
"Bunda" Panik Saka.
Terimong gaseh, saleum dari pidie