Gabrielle Shaquille Ma, pria tampan dengan nama keren, kekayaannya membuat semua wanita tergila-gila dengannya, bahkan banyak dari mereka berharap bisa tidur dengannya satu malam saja.
Tidak disangka, hati pria yang dingin dan suka menyendiri ini akan tergerak oleh seorang pelayan restoran yang sedang dipermalukan di depan umum.
Sejak detik itu juga, gadis ini telah tertancap di hatinya.
Halo gengsss, selamat datang di dunia ke-uwuan kita. Novel ini adalah pecahan dari novel History Of Liang Zhu(Reinkarnasi Kedua). Di sarankan banget buat baca novel itu dulu sebelum lanjut baca ke novel yang ini biar kalian nggak bingung. Selamat membaca dan semoga terhibur ya 😉😉
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rifani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rifani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jatuh Tempo
Belum ada tiga puluh menit Gabrielle berada di dalam kamar mandi dia sudah kembali keluar dari sana. Wajahnya merah padam dengan tatapan mata sedikit kosong.
"Kenapa? Kenapa ini harus terjadi di malam pertama pernikahanku?".
Saat Gabrielle sedang on fire, tiba-tiba saja ada tamu tak di undang datang ke tengah-tengah mereka. Gabrielle tidak menyangka kalau malam ini adalah tanggal jatuh temponya Elea, tamu bulanan istrinya datang di saat yang tidak tepat.
"Aaarrghhhh..... Aku harus bagaimana sekarang?" desah Gabrielle frustasi.
Gabrielle berbalik menatap pintu kamar mandi sembari menghela nafas panjang. Nafsunya sudah berada di ubun-ubun, dia butuh pelepasan sekarang. Namun tempat untuknya bernaung sedang tidak bisa dia datangi.
"Aku bisa gila jika seperti ini. Brengsek, brengsek, brengsek!" umpat Gabrielle sambil meninju udara.
Sambil menahan rasa sakit di bagian bawahnya, Gabrielle dengan cepat berganti pakaian. Dengan langkah tergesa-gesa dia pergi meninggalkan kamar menuju ruang kerjanya.
Sementara itu di dalam kamar mandi, Elea sedang berdiri mematung sambil menatap cermin. Dia tidak tahu harus merasa lega atau kecewa saat ini. Tamu bulanannya datang tepat di saat Gabrielle mulai mencumbunya. Jujur saja ada bagian di dalam dirinya yang merasa seperti kehilangan sesuatu. Tapi Elea tidak tahu apa itu.
"Apa do'aku langsung di kabulkan Tuhan ya? Dia benar-benar mengirimkan bantuan saat keadaanku sedang terjepit. Tapi kenapa aku seperti tidak rela? Sebenarnya kau ini kenapa Elea?".
Sambil terus bertanya-tanya Elea akhirnya memakai perangkat untuk menangkal tamu periodenya. Sesekali dia terkenang dengan raut wajah suaminya yang terlihat begitu kecewa karena kegiatannya yang tertunda.
"Kak Gabrielle marah tidak ya? Tapi kenapa juga dia harus marah, aku kan tidak bersekongkol dengan tamu bulananku. Dia datang sendiri, aku sama sekali tidak mengundangnya" gumam Elea.
Karena tak kunjung menemukan jawaban, Elea akhirnya memutuskan untuk bicara dengan suaminya. Dia perlu menjelaskan tentang kejadian ini.
"Semoga saja Kak Iel bisa mengerti. Lagipula kan aku masih punya 22 hari yang terbebas dari tamu bulanan. Dia seharusnya bisa memaklumi kebiasaan setiap wanita!" ucap Elea sambil memakai baju.
Tanpa mengeringkan rambutnya, Elea pergi meninggalkan kamar. Dia ragu saat ingin turun ke bawah menggunakan lift. Selama Elea tinggal di sini, belum pernah sekalipun dia menggunakan lift seorang diri. Kak Lusi dan teman-temannya lah yang membantunya menggunakan benda bergerak ini.
"Bodoh sekali kau Elea, lewat tangga saja kan bisa" ucap Elea mengatai dirinya sendiri.
Dengan sedikit terburu-buru, Elea berlari menuruni anak tangga. Para pelayan yang melihatnya berlarian seperti itu berteriak panik. Mereka segera berbaris di bawah tangga menunggu kedatangan Elea dengan raut cemas.
"Astaga Nyonya Elea, tolong jangan berlarian seperti itu di tangga. Itu sangat berbahaya, Nyonya" ucap Lusi dengan wajah sedikit pucat.
Bagaimana tidak pucat. Tuan Muda mereka sudah memberi peringatan keras pada mereka semua jika sampai Nyonya rumah ini terluka meskipun hanya sedikit maka mereka semua akan berhadapan langsung dengannya. Tanpa di beritahu pun mereka semua tahu hukuman seperti apa yang akan mereka terima jika hal itu benar-benar terjadi.
"Kak Lusi, kenapa kau memanggilku Nyonya Elea? Biasanya kan kau memanggilku Nona Elea, kenapa tiba-tiba berubah?" tanya Elea heran.
Lusi menghela nafas. Dia harus bersabar jika sedang menghadapi kepolosan nyonya mereka.
"Karena sekarang anda adalah istri Tuan Muda Gabrielle, jadi sudah seharusnya kami memanggil anda dengan sebutan Nyonya".
Elea terdiam. Dia lupa kalau sekarang dia sudah menjadi istri dari pria pemilik rumah ini. Namun panggilan Nyonya sedikit membuatnya tidak nyaman. Di panggil nona saja sudah membuat Elea merasa berlebihan, eh ini malah di panggil nyonya. Sepertinya Elea perlu melakukan protes pada suaminya nanti.
"Nyonya, anda baik-baik saja?" tanya Lusi cemas melihat kebungkaman Nyonya-nya.
"Apa aku terlihat seperti orang sakit, Kak?" tanya Elea balik.
"Tidak, maksud saya bukan seperti itu Nyonya" jawab Lusi gelagapan.
"Tenang saja Kak Lusi, aku sama sekali tidak tertular penyakit yang di idap oleh paman-paman yang lain. Jadi jangan cemas ya!" ucap Elea menenangkan.
Para pelayan sama-sama menarik nafas berat. Kesabaran mereka benar-benar di uji jika sedang bicara dengan nyonya kecil mereka.
"Oh iya Kak Lusi, kau melihat Kak Iel tidak? Tadi,tadi aku membuat ulah. Sepertinya dia marah!" tanya Elea sembari meremas ujung bajunya.
Meskipun sadar kalau perkataannya sedikit lancang, Lusi memberanikan diri untuk tetap bertanya.
"Emmmm maaf Nyonya, kalau boleh tahu ulah apa yang sudah Nyonya lakukan sampai Tuan Muda menjadi uring-uringan?".
"Itu, itu....
Elea gugup. Dia sangat malu untuk mengatakan kalau tamu bulanannya datang di saat suaminya ingin bermesraan dengannya tadi.
"Itu apa Nyonya?" tanya Lusi lagi.
"Itu Kak Lusi....
Jeda. Elea tidak berani untuk melanjutkan kata-katanya. Dia merasa sangat malu di hadapan semua orang.
"Aku,...
Lusi dan teman-temannya ikut merasa gugup melihat kepanikan di diri nyonya mereka. Dalam benak masing-masing mulai timbul berbagai macam pertanyaan.
"Tadi,tadi aku dan Kak Iel sedang mandi bersama. Lalu,lalu tamu bulananku datang saat Kak Iel sedang menciumku. Kak Lusi, Kak Iel pergi dari kamar mandi dengan wajah yang terlihat begitu kecewa. Aku merasa sangat bersalah" ucap Elea lirih.
Wajah semua orang memerah setelah mendengar ucapan Elea. Mereka tentu saja tahu dengan apa yang sedang terjadi. Wajar saja kalau Tuan Muda mereka menjadi uring-uringan, rupanya karena hasratnya yang terpaksa harus di tunda dahulu.
"Tapi Kak Lusi, aku sama sekali tidak bersekongkol dengan tamu bulananku.Dia datang sendiri, bukan aku yang mengundangnya!" jelas Elea.
Lusi berdehem. Dia tersenyum kemudian berjalan mendekat kearah Nyonya-nya yang sedang resah.
"Nyonya, apa anda sadar apa yang membuat Tuan Muda seperti itu?".
Elea mengangguk.
"Kak Iel marah karena tamu bulananku datang".
"Mungkin itu memang salah satunya, Nyonya. Tapi ada hal lain lagi yang telah membuat Tuan Muda menjadi begitu marah" ucap Lusi dengan sangat sabar.
Kening Elea mengernyit. Dia tidak paham dengan maksud dari perkataan Kak Lusi.
"Maaf jika saya lancang menasehati anda, Nyonya. Tapi ini demi kebaikan anda dan Tuan Muda!",.
Nun yang kebetulan ingin ke dapur tidak sengaja mendengar percakapan istri Tuan Mudanya dengan para pelayan. Dia diam menyimak dari tempat yang tidak di ketahui oleh mereka.
"Jangan sungkan untuk memberitahu aku, Kak. Aku sadar aku ini sangat bodoh dan tidak peka. Beritahu saja, saran dari Kakak pasti akan sangat berguna untukku nantinya" sahut Elea sembari tersenyum.
Lusi mengangguk setelah mendapat persetujuan dari nyonyanya.
"Nyonya, apa anda tahu tugas seorang istri?".
"Berbakti dengan melayani suami, Kak Lusi" jawab Elea.
"Iya benar. Dan apa anda tahu kalau seorang istri wajib melaksanakan kewajibannya pada suami?" tanya Lusi lagi.
Elea terdiam. Dia tahu, tapi dia sangat takut untuk melakukannya. Elea masih sangat trauma dengan kejadian yang pernah menimpanya dulu. Gabrielle adalah pria pertama yang membuatnya merasa nyaman saat tubuhnya di sentuh. Hanya saja jika untuk yang lainnya Elea masih begitu berat, dia takut dan juga sesak setiap kali membayangkannya.
"Nyonya, jika anda mengabaikan kewajiban itu Tuhan pasti akan sangat murka. Seorang istri tidak di perkenankan untuk menolak keinginan si suami. Apapun yang di rasakannya seorang istri harus tetap menjalankan kewajibannya. Nyonya paham kan dengan maksud perkataan saya?" tanya Lusi lembut.
Elea mengangguk pelan. Dia menjadi sangat takut akan murka Tuhan karena sudah membuat suaminya kecewa tadi.
"Terima kasih untuk sarannya, Kak Lusi. Sekarang aku akan meminta maaf pada Kak Iel, aku akan menjelaskan padanya kalau aku sama sekali tidak bersekongkol dengan tamu bulananku. Kalau begitu aku permisi dulu ya!" ucap Elea semangat kemudian segera berlari pergi dari sana.
Lusi dan para pelayan diam tercengang sambil menatap kepergian Nyonya mereka.
"Kak Lusi, kenapa Nyonya masih saja bodoh setelah kau menjelaskan dengan begitu gamblang?".
"Husst, jangan sembarangan bicara. Nyonya Elea seperti itu karena pikirannya masih sangat polos. Kau jangan asal membuka rahangmu, jika sampai terdengar di telinga Tuan Muda habislah kau!" omel Lusi tak terima nyonya kesayangannya di hina.
"Ma,maaf Kak Lusi, aku hanya kasihan melihat nasib Tuan Muda".
Lusi menghela nafas. Dia lalu mengajak semua orang untuk pergi menyelesaikan pekerjaan mereka.
"Bahkan pelayan pun bisa merasa iba dengan nasib Tuan Muda. Hah, sepertinya hubungan mereka masih harus melewati tumpukan kerikil yang sangat banyak!" gumam Nun sembari menarik nafas berat.
🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄🍄
🌻 VOTE SEBANYAK-BANYAKNYA YA GENGSSS...
LIKE, COMMENT, DAN RATE BINTANG LIMA
🌻 IG: nini_rifani
🌻 FB: Nini Lup'ss
🌻 WA: 0857-5844-6308