Apa hal tergila yang terjadi di hidup Jessica kecuali saat suaminya berselingkuh selama tiga tahun dengan istri Noel, sahabatnya sendiri. Sementara itu di saat dia menyandang status janda cantik berkarir cemerlang, ada beberapa kandidat yang bersedia menggantikan posisi mantan suaminya:
1. Liam, sahabat sekaligus pernah menjadi pacarnya saat kuliah selama dua tahun. Greenflag parah! Jessica belum ngomong aja dia udah paham saking pekanya!
2. Noel, sahabat yang jadi korban sama seperti Jessica. Istrinya diembat suami Jessica loh!! plusnya dia punya anak cantik dan menggemaskan bernama Olivia. Jessica ngefans berat sama nih bocil~♡
3. Ferro, pengusaha kaya raya, tajir melintir, suka sama Jessica dari pandangan pertama. Rela apa aja demi membuat senang Jessica, tentunya dengan uang, uang dan uaaaang ^^
4. Delon, cinta pertama Jessica di saat SMP. Dulu Jessica saat masih aura gerhana diputusin saat lagi bucin-bucinnya. Sekarang tuh cowok balik lagi setelah Jessica punya aura subuh!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon agen neptunus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15: Widower
“Masih belum ada kabar dari Jessica?” tanya Noel pada Liam.
Lelaki itu hanya menggeleng lemah. Ia sudah mencoba segala cara untuk mencari Jessica. Meski belum 1X24 jam, tetap saja dia sangat gelisah.
“Kemana lagi kita bertanya?” lirih Liam yang menyandarkan punggung di kursi kerjanya.
“Hm … bagaimana kalau tanya ke Deon?” usul Noel.
Liam hanya melengos. “Jujur, aku sendiri muak melihat wajah mantan suaminya itu,” akunya.
Noel menahan tawa dan mengangguk paham. “Terus mau cari kemana? Mungkin saja kan Deon tau.”
“Logika saja, kita sebagai sahabatnya tidak diberitahu kemana dia pergi. Apalagi mantan suaminya. Buat apa dia mengabari Deon mau pergi kemana,” cecar Liam.
“Benar juga,” kata Noel menganggukkan kepala.
“Hhh … aku takut terjadi apa-apa sama Jessica.” Liam memijat pelipis matanya.
Noel meletakkan tangan di pundak Liam dan mencoba untuk menenangkan sahabatnya. “Listen … Jessica itu cewek paling kuat, mandiri dan hebat yang pernah kita kenal. Iya kan? Jadi, tenang saja. Jessica sekarang sedang bersenang-senang.”
“Atau bisa jadi sekarang dia sedang menangis,” imbuh Liam dengan ketus.
“Maybe … menangis dan berteriak di lautan,” sambung Noel seraya tertawa.
“Yap! Dia kan suka laut. Kalau ada masalah, pasti dia mencari laut untuk teriak,” kata Liam tanpa sadar.
Namun, detik berikutnya mereka berdua langsung menyadari kalimat celetukan itu. Liam dan Noel saling tatap. Mereka sepertinya tahu harus kemana mencari Jessica.
“Pantai!” ujar mereka bersamaan.
Liam dan Noel tertawa seolah baru saja memecahkan misteri hilangnya Jessica. Mereka sudah tahu apa yang harus dilakukan, yaitu menelpon resepsionis hotel atau resort yang dekat dengan pantai.
***
Jessica keluar dari kamar dan menghampiri Fero yang masih berdiri menatap laut sendirian.
“Hai,” sapa Jessica dari belakang.
Fero membalikkan badan dan tersenyum menyambut Jessica. Perempuan itu memakai kaos tipis warna putih dan celana pendek berbahan jeans. Sandal pantai melengkapi kakinya. Terlihat sederhana namun sangat cantik di mata Fero.
“Hai. Kupikir kamu istirahat,” kata Fero.
Jessica menggeleng. Dia sekarang berdiri di samping lelaki itu. “Ngapain sendirian?”
“Lagi melakukan riset,” ujarnya seraya tersenyum.
“Riset?”
“Ya … dari menatap lautan bisa membuka perspektif baru, menyadari bahwa masalah yang kita hadapi tidak sebesar yang kita pikirkan,” jelas Fero tenang.
Jessica mengangguk setuju. Ia pun ikut menatap ombak laut pantai. Semilir angin menyapu wajahnya, angin juga membuat rambut indahnya seolah melambai-lambai.
“Memang sengaruh itu sih … melihat lautan bisa mengurangi stress dan tingkat kecemasan, karena laut memiliki efek menenangkan,” imbuh Jessica.
“Setuju. Jadi, wajar saja kan kalau laut selalu dijadikan pelarian di saat kita ditimpa banyak masalah,” kata Fero.
“Yap!”
Mereka kembali diam dan fokus menatap lautan sementara isi pikiran mereka berusaha untuk ditenangkan dari bisingnya overthinking.
“Oh iya, Jess.” Fero membuka suara sambil menoleh ke Jessica.
“Ya?”
“Untuk kasusku nanti, kira-kira apa bisa diselesaikan dalam waktu cepat?” tanya Fero.
Jessica tertawa kecil. “Sepertinya terapi laut belum bisa membuatmu mengalihkan pikiran dari masalah ya?” sindirnya.
Fero terkekeh malu. Padahal baru saja soal itu terlintas di kepalanya, bukannya dia terlalu memikirkan masalahnya.
“Just asking,” jawabnya lalu berusaha untuk tidak memikirkan itu.
“Tenang saja … biasanya kami selalu memberikan yang terbaik untuk klien. Asetmu akan aman,” kata Jessica meyakinkan.
“Syukurlah,” ucap Fero.
“Boleh aku bertanya?”
“Silakan.”
“Katanya … kamu hanya ingin memakai pengacara perempuan saja, apa ada alasannya?” tanya Jessica penasaran.
“Kata siapa?” Fero balik tanya bahkan seraya tertawa keras. Seolah ini adalah lelucon paling lucu yang dia dengar.
“Banyak yang bilang gitu,” jawab Jessica. Dia tak ingin menjawab kalau Liam yang memberitahunya.
“Hmm … Sebenarnya bukan ingin dengan pengacara perempuan saja, aku hanya bilang ‘kalau bisa’. Jadi, kalau gak ada ya gak masalah,” aku Fero dengan tenang.
“Memangnya kalau laki-laki, kenapa?”
“Aku cuma … apa ya? Kadang bicara ke sesama lelaki suka nggak nyambung,” jawabnya sambil tertawa. “Bukan berarti lawan bicaraku yang gak nyambung, tapi memang akunya yang bermasalah.”
“Ha–? Kok bisa?” Jessica tertarik dengan fakta ini.
“Ada suatu hal yang membuatku sedikit trauma dengan hal itu,” jawab Fero dengan nada pelan tapi terdengar tegar.
Jessica ingin sekali bertanya lebih lanjut. Tapi, mendengar kalau Fero memiliki trauma, itu membuatnya memilih untuk diam saja.
“Oke … semoga nanti kamu bisa mengatasi trauma itu,” ucap Jessica.
“Semoga.”
Jessica mengulas senyum dan dibalas oleh Fero. Mereka saling tatap lumayan lama. Bahkan Jessica bisa melihat dengan jelas warna netra Fero. Coklat keemasan, begitu indah dipadu dengan bulu mata yang panjang tapi tidak lentik. Lelaki itu memiliki tubuh yang atletis meski tidak setinggi Liam dan Noel.
“Fero … kamu sudah menikah?” tanya Jessica tiba-tiba saja karena sangat penasaran.
Fero agak terkejut mendengar pertanyaan itu. Kemudian dia hanya menggelengkan kepala.
“Are you single?” tanya Jessica lagi dengan ragu.
“Not really, I mean... I'm a widower.”
Jessica langsung mengangguk sambil ber-oh. Sekarang dia merasa lega karena tebakannya tidak sepenuhnya meleset. Lelaki duda di hadapannya terlihat lebih dewasa daripada dirinya. Tidak mungkin kan kalau dia bujangan?
“Sudah berapa lama?” lanjut Jessica menginterogasi. “Maaf, bukannya aku mau tahu hal privacy ini. Kalau tidak dijawab tak masalah.”
“Hahaha. It’s okay. Aku sudah menduda sejak lima tahun lalu,” jawabnya tenang.
Jessica melihat tidak ada luka tersirat di wajah Fero. Membuatnya menebak apa alasan perceraian itu? Apakah istrinya selingkuh seperti Alesha? Atau jangan-jangan Fero yang selingkuh makanya dia tidak terlihat sakit hati sama sekali.
“Baru satu bulan yang lalu mantan istriku menikah lagi dan … aku yang menjadi pendamping mempelai wanitanya,” kata Fero.
“What?! Wait! Ini maksudnya gimana?” Jessica benar-benar tidak mengerti.
Bagaimana bisa mantan suami menjadi pendamping mempelai wanita saat menuju altar? Ini sangat aneh!
Fero menarik napas panjang terlebih dulu. Ia ingin bercerita kepada pengacaranya ini.
“Sebenarnya perceraian kami karena keputusan terbaik dari dua belah pihak. Dia tidak ingin bercerai tapi aku memaksa,” kata Fero.
“Kok gitu? Kamu mencintainya kan?”
“Dulu iya … sekarang lebih tepatnya aku menyayanginya,” aku Fero.
“Trus kenapa tidak dipertahankan? Kalian gak direstui atau ada hal yang lebih complicated?” tanya Jessica benar-benar ingin tahu.
Fero tersenyum pahit. “Karena aku tau dia sangat ingin memiliki seorang anak,” ujarnya dengan tatapan nanar.
Speechless!
Jessica tahu dan bisa menyimpulkan maksud kalimat Fero. Terlalu bodoh rasanya kalau Jessica bertanya kembali apa maksud ucapan Fero.
“A–aku—” Jessica bingung harus berkata apa.
“Gapapa, Jess … santai saja,” kata Fero berusaha tertawa agar keadaan tidak menjadi canggung.
Jessica hanya mengangguk. Menjadi seorang Fero tidaklah mudah. Meski dia sudah memiliki kekayaan, aset yang banyak dan bisnis yang menjagal apa saja. Tapi, kekurangannya lumayan fatal untuk banyak orang. Menjadi lelaki yang tidak bisa memberikan keturunan adalah hal yang menyakitkan terutama untuk Fero sendiri. Dan, keputusannya melepaskan mantan istrinya untuk menikah lagi adalah puncak tertinggi dari arti cinta yang sesungguhnya.
***