Aira menikah dengan pria pujaannya. Sayang, Devano tidak mencintainya. Akankah waktu bisa merubah sikap Devan pada Aira?
Jaka adalah asisten pribadi Devan, wajahnya juga tak kalah tampan dengan atasannya. hanya saja Jak memiliki ekspresi datar dan dingin juga misterius.
Ken Bima adalah sepupu Devan, wajahnya juga tampan dengan iris mata coklat terang. dibalik senyumnya ia adalah pria berhati dingin dan keji. kekejamannya sangat ditakuti.
Tiana adalah sahabat Aira. seorang dokter muda dan cantik. gadis itu jago bela diri.
Reena adik Devan. Ia adalah gadis yang sangat cerdas juga pemberani. dan ia jatuh cinta pada seseorang yang dikenalnya semasa SMA.
bagaimana jika Jak, Ken, Tiana dan Reena terlibat cinta yang merumitkan mereka.
Devan baru mengetahui identitas Aira istrinya.
menyesalkah Devan setelah mengetahui siapa istrinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maya Melinda Damayanty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
IJINKAN AKU MENCINTAIMU 18
Devan baru saja tiba di sebuah kawasan pembangunan hotel di kota H. Pembangunan terhenti di karenakan adanya mogok kerja. Selain itu, bahan cadang tidak sesuai dengan kualitas yang disepakati.
Dengan menggunakan helm proyek. Devan mendengarkan semua keluhan pekerja. Tak ada raut lelah terpatri, padahal baru satu jam, pria itu sampai, langsung menuju lokasi.
Wajahnya nampak merah padam, setelah mendengar keluhan para pekerja lokal. Terlebih ketika ia melihat pasokan bahan bangunan. Sungguh kualitasnya sangat jauh dari standar.
Jak menghampiri laki-laki yang menjadi Bossnya. Ia membisikkan sesuatu. Wajah Devan berubah menjadi gelap dan sadis. Para pekerja yang tadinya ribut meminta keadilan, mendadak sunyi. Mereka ketakutan melihat wajah pria yang berdiri menjulang di hadapan mereka.
"Apa kau yakin, apa yang barusan kau katakan itu, Jak?" Tanya Devan dingin. Begitu dingin sampai bisa membekukan suasana sekitar.
"Tuan muda Ken Bima, membantu kita dari awal, Tuan. Beliau langsung memberi data yang diperlukan. Bahkan pejabat yang menjadi deking kecurangan ini," jawab Jak juga datar. Sepertinya hanya dia yang tidak terpengaruh akan suasana beku yang diciptakan atasannya itu.
"Apa, Ken datang?" Tanya Devan.
"Tuan Muda Ken sudah menunggu di lokasi introgasi, Tuan," jawab Jak tenang.
Seringai sadis terpatri di wajah tampan pria yang mengenakan balutan jas navi dan kemeja biru pucat di dalamnya. Devan membuka dasinya. Ia lilitkan dasi itu di tangan kirinya.
Bagi yang mengetahui tanda itu. Maka jangan harap nyawa mereka akan ada dalam raga. Walau sebenarnya Devan bukan pembunuh. Tapi, jika pria itu sudah beraksi. Maka kematian hanya jalan satu-satunya agar, pria itu menyudahi segala perbuatannya.
"Antar aku kesana!" Ujarnya sambil berjalan tegap tanpa rasa takut.
Jaka, yang sudah mengetahui apa yang akan terjadi. Ia hanya mengikuti atasannya dengan menggulungkan lengannya.
****
KRAK!
"Aakhhh!" Suara jeritan keluar dari mulut seorang pria bertubuh tambun.
Sepasang mata coklat terang tampak begitu asyik melihat aksinya. Pria bernama Ken Bima itu baru saja mematahkan salah satu jari pria tambun itu.
"Kenapa kau mulai bersenang-senang sendirian, Ken?!" Sebuah suara menginterupsi.
Ken menoleh. Sebuah sunggingan manis terpatri. Sungguh bertolak belakang dengan perbuatan yang baru saja ia lakukan.
"Kau terlalu lama Kak!" Jawabnya enteng.
"Siapa dia?" Tanya Devan, menatap pria tambun yang merintih kesakitan.
Wajah pria tambun itu dipenuhi keringat dingin. Mulutnya tersumpal kain. Tubuhnya terikat kuat di kursi kayu. Seluruh bajunya basah oleh keringat.
"Dia salah satu pejabat yang terlibat masalah kita, Kak!" Jawab Ken acuh.
"Gila kau, apa itu tidak sedikit berbahaya?!" Devan cukup terkejut dengan keberanian, Ken-adik sepupunya itu.
"Ck ... hanya cecunguk kecil yang tidak ada artinya, Kak. Bahkan pemerintah juga sudah mulai menyoroti kecurangannya," jawab Ken sambil memutar bola matanya malas.
"Tenang Kak. Tidak ada yang mencarinya jika ia mati sekalipun," ujar Ken, menenangkan kegelisahan Devan.
"Bagaimana dengan keluarganya?"
Itulah yang beda dengan Devan. Pria sadis itu tetap berbaik hati dengan siapapun yang terlibat dengan orang yang berurusan dengannya.
"Istrinya selingkuh, anaknya pengedar obat terlarang. Apa lagi yang mesti dibanggakan?" Jawab Ken kesal.
Devan mengangguk. "Tidak. Aku tidak ingin repot dengan segala ***** bengek yang menyusahkan. Dan aku tak mau keluar uang sebagai bentuk kompensasi."
Ken mengangguk, ia paham betul seribet apa jika berurusan dengan pejabat yang aktif.
"Tenang, Kak. Kita sudah dapat surat resmi untuk mengeksekusi orang ini. Bahkan semua catatan kematiannya nanti sudah diatur oleh pemerintah bersangkutan," jelas Ken.
"Apa itu resmi? Kau tau maksudku kan?" Tanya Devan lagi.
"Aku jamin itu, Kak. Jika mereka menyangkal. Aku sudah siapkan bom yang menghancurkan negara ini," jawab Ken sangat tenang.
"Ah ... Kau memang kejam, Ken!" Ujar Devan bangga.
"Aku berguru darimu Kak," balas Ken tak kalah bangga.
Mendengar itu semua, pria tambun itu sudah tak bisa berbuat apa-apa selain membongkar semua yang terlibat.
'Aku tak mau mati sendirian,' begitu gumamnya dalam hati.
Bersambung.
Uh oh ...
othor dobel up nih... boleh dong klik like and love juga votenya.
makasih.
kok rasa'a sedih bgt ya merasakan apa yg dirasakan reena...