Akibat memiliki masalah ekonomi, Gusti memutuskan bekerja sebagai gigolo. Mengingat kelebihan yang dimilikinya adalah berparas rupawan. Gusti yang tadinya pemuda kampung yang kolot, berubah menjadi cowok kota super keren.
Selama menjadi gigolo, Gusti mengenal banyak wanita silih berganti. Dia bahkan membuat beberapa wanita jatuh cinta padanya. Hingga semakin lama, Gusti jatuh ke dalam sisi gelap kehidupan ibukota. Ketakutan mulai muncul ketika teman masa kecil dari kampungnya datang.
"Hiruk pikuknya ibu kota, memang lebih kejam dibanding ibu tiri! Aku tak punya pilihan selain mengambil jalan ini." Gusti.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desau, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 34 - Pekerjaan Bayangan
Rilly menatap Gusti dengan sudut matanya. "Kalau aku bilang yang sebenarnya, kau tidak akan marah kan?" tanyanya.
Kening Gusti mengernyit. Dia jadi penasaran mendengar Rilly berucap begitu.
"Kenapa kau mengira aku akan marah?" Gusti justru berbalik tanya.
"Karena Elang sudah membuatmu iri kan?" tanggap Rilly.
Gusti tak bisa membantah. Dia memang iri dengan Elang sejak pertama kali bertemu.
"Aku tidak akan marah. Beritahu saja aku," kata Gusti.
Rilly tersenyum. Dia memutar tubuhnya menghadap Gusti. "Elang sudah lama tinggal di kota. Jadi dia tidak melakukan apa yang kau lakukan denganku sekarang. Elang mengaku dia sudah tidak perjaka sejak SMA. Itu memang terbukti setelah aku merasakan permainannya di ranjang," jelasnya panjang lebar.
Kelopak mata Gusti terbuka lebar. "Kau pernah tidur dengannya juga?"
"Tentu saja, Sayang. Itu adalah salah satu syarat utama jika ingin minta bantuanku," kata Rilly. Ia segera beranjak dari ranjang dan mengenakan pakaian.
Gusti merubah posisi menjadi duduk. Dia menatap ragu Rilly karena ingin menanyakan perihal Elang lagi.
"Apa dia melakukannya lebih baik dariku?" tanya Elang.
Rilly tergelak. Dia berucap, "Kalau boleh jujur, aku harus akui dia luar biasa. Tapi itu bukanlah sesuatu yang harus kau cemaskan. Dengan tampangmu dan hal yang sudah aku ajarkan hari ini, kau bisa lebih baik."
Rilly masuk ke kamar mandi. Meninggalkan Gusti duduk termangu.
Setelah itu, Gusti meminta daftar wanita yang membutuhkan jasanya dari Rilly. Hal tersebut tentu dengan senang hati diberikan Rilly. Mengingat dirinya juga akan mendapat keuntungan.
...***...
Kehidupan Gusti berubah drastis. Dia sudah terbiasa menjadi gigolo. Memuaskan banyak wanita yang benar-benar membutuhkannya. Bahkan ada beberapa wanita yang ingin menjadi pelanggan tetap. Terutama Karin dan Ziva.
Uang di tabungan Gusti semakin menggunung. Untuk sementara, dia akan menyimpan uang tersebut lebih dulu. Gusti hanya memakai beberapa untuk membeli barang kebutuhannya. Yaitu pakaian dan perlengkapan kuliah yang lain.
Gusti baru saja menjawab telepon Karin. Dia dan perempuan itu akan bertemu nanti malam.
"Hei! Kayaknya akhir-akhir sibuk banget?" sapa Elang seraya merangkul pundak Gusti.
"Kau tahu aku sedang sibuk melakukan apa." Gusti menjauhkan tangan Elang dari pundaknya.
"Kau mau saranku agar bisa mendapat pelanggan dengan cara sendiri?" tawar Elang.
Gusti sontak berhenti melangkah. Dia menatap Elang karena merasa penasaran.
"Apa ada caranya?" tanya Gusti.
"Kau bisa bekerja jadi ojek online. Itu bisa menjadi pekerjaan bayanganmu jika ada yang menanyakan kau dapat uang dari mana. Aku yakin saat kau kaya nanti, pasti banyak yang penasaran," bisik Elang.
"Itukah yang kau lakukan dulu?" tanya Gusti.
"Menurutmu? Kau harus punya pekerjaan bagus agar orang tidak mengetahui pekerjaan kotormu kan?" Elang menaikkan salah satu alisnya. Tersenyum miring karena Gusti mulai terpengaruh.
"Kau benar!" Gusti sependapat dengan Elang.
"Elang! Gusti!" Dari kejauhan Widy memanggil. Cewek itu berlari kecil untuk mendekat.
Elang memutar bola mata jengah. Perasaannya sudah mentah pada Widy karena sudah mengetahui jati diri perempuan tersebut. Bahkan ketika mereka bercinta lagi setelah putus. Bagi Elang malam itu hanya nafsu tak berdasar.
"Aku harus pergi. Bilang pada Widy kalau aku ada urusan!" ujar Elang sembari bergegas pergi.
"Elang kemana?" tanya Widy yang sudah berdiri di sebelah Gusti. Menatap kecewa ke punggung Elang yang berjalan kian menjauh.
"Dia ada urusan katanya," jawab Gusti.
"Sejak kemarin dia terus menghindariku..." ungkap Widy lirih.