Sarah sang pemeran utama beserta para survivor lainnya telah berada di sebuah dunia tiruan yang nampak aneh. Mereka harus bisa bertahan hidup dengan melewati permainan yang di sebut dengan " 25 aturan iblis ", dimana permainan ini memiliki setiap aturan dan teka teki yang cukup menyulitkan. yang berhasil bertahan hidup sampai akhir, adalah pemenangnya. lalu hadiah yang akan di terima adalah satu permintaan apa saja yang diinginkan...... Mampukah Sarah dan para survivor lainnya keluar dari dunia aneh itu..? lalu bagaimana caranya Alena adik perempuan Sarah yang telah menghilang selama 12 tahun berada di dunia itu....?.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon muhamad aidin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33 : Teror mencekam iblis Vannah
" Kita harus lanjut ke puncak, situasinya sudah kacau seperti ini ". Alena kembali buka suara. Kali ini dirinya cukup khawatir dengan situasi yang terjadi.
" Enggak, aku ingin memastikan terlebih dahulu soal anak-anak itu, termasuk Hadi.... ". Terjadi perdebatan antara Sarah dan Alena soal anak-anak itu. Kedua saudara itu memiliki tujuan yang berbeda-beda.
" Kakak tau kan, berapa berbahaya nya situasi ini. Yang sekarang menebarkan teror bukan setan lagi, namun iblis... ".
" Aku gak boleh tinggalen siapa-siapa lagi, cukup Luna yang sudah jadi korbannya ".
Sejak tewasnya Luna, Sarah menyimpan rasa bersalah dalam hati kecilnya. Luna kecil itu terbaring dengan wajah pucat, membuat hati Sarah ter-iris. Baginya perjalanan hidup Luna masihlah panjang jika dia bisa menyelamatkan Luna.
" Kak Sarah, tolong jangan egois seperti ini. Di dunia ini, nyawa lebih penting dari apapun ".
Perdebatan antara keduanya tidak dapat terhindarkan hingga pertengkaran yang cukup hebat terjadi.
" Pergilah....!!!! Pergi duluan, dan tunggu aku di puncak ". Sarah yang sudah terlanjur emosi akhirnya mengatakan hal yang tidak ingin di ucapkan. Alena yang mendengarnya nampak diam. Dalam hatinya ada kekecewaan yang mendalam kepada kakaknya yang masih saja keras kepala.
Alena berbalik badan, tanpa mengucapkan apa-apa lagi dia mulai melangkah duluan.
" kau kejar Alena Bara.... Biar aku yang temenin Sarah. Jangan sampai terpisah ". Bara mengerti maksud Elang. Mereka berdua tak bisa menghentikan pertengkaran dua saudara itu, tapi sebisanya mereka harus tetap berada dengan keduanya.
" Malam nanti tunjukkan padaku tempatnya....".
" Aku takut.... Kenapa kita tidak pergi saja... ". Dian merasa ketakutan. Kejadian kemarin malam sudah membuat dirinya syok dan trauma.
" Tidak usah takut ada kakak di sini... ".
Keberadaan Alena dan Bara telah menghilang jauh ke dalam hutan. Setelah pertengkaran itu, Alena sama sekali tak menengok lagi ke belakang dan terus berjalan memecah kabut. Bara mengikutinya dari belakang, dia tetap mengawasi Alena agar tidak pergi sendirian.
" Jalannya pelan-pelan ". Bara sedikit mengeluh karena Alena berjalan sedikit cepat.
" Jangan mengikuti ku... ". Wajahnya sedikit sayu. Bara terlihat peka karena Alena menangis.
" Kau baik-baik saja... ". Tanya Bara.
Alena terduduk di batu besar. Kabut tebal yang menyelimuti hutan sedikit menipis ketika mereka telah berada di atas. Batu besar itu tepat menghadap ke arah jurang, dimana atas pemandangan itu terlihat indah ketika kabut sedikit terbuka.
" Selalu saja keras kepala...... Apakah dia tak memikirkan keselamatannya...? Bagaimana diriku mengkhawatirkan hidupnya....? ". Air matanya tak terbendung. Bulir bening itu turun perlahan dari sorot mata Alena.
" Ku rasa kakakmu itu adalah orang yang sangat baik. Kau beruntung memiliki kakak perempuan seperti Sarah ". Bara ikut duduk di samping Alena..
" Kakak yang ceroboh, kakak yang keras kepala, dan kakak yang gampang di bodohi. Sejak kecil selalu diriku yang harus menjaganya. Aku yang harus selalu mengawasinya. Bahkan ayah dan ibu pun selalu mengakuinya dalam hal apapun ". Alena mengeluarkan semua isi perasaannya, yang selama ini terpendam.
" Sejak kecil Kak Sarah itu memang memiliki tubuh yang lemah, dia sering sakit- sakitan. Berbeda dengan diriku. Bahkan sebagai adiknya, aku lah yang harus selalu menjaga dia, mengkhawatirkan dia, melindunginya ,dan mengalah dalam hal apapun. Aku pernah berpikir kenapa dia tak menghilang saja dari dunia ini...? Kenapa aku harus memiliki kakak bodoh dan lemah seperti dia ....? ". Alena menangis.
" Cukup .....!!!!! ". Bara sedikit membentak Alena. Matanya melirik tajam ke arah Alena. Agar tak melanjutkan omongan itu.
" Buang jauh-jauh pemikiran negatif itu. Bagaimanapun dia adalah kakakmu, saudara kandungmu ,Alena ". Bara memberi pengertian soal hubungan persaudaraan keduanya.
" Tau apa kau tentang ku....!!!!! ". Alena tak mau kalah meninggikan volume suaranya.
Bara terdiam sesaat, lalu berdiri dan sedikit menjauhi Alena. Matanya kini menatap langit yang terlihat di sela-sela kabut tipis. Menarik nafas dalam-dalam ,lalu menghembuskan ya perlahan.
" Tau banget.... Bahkan sangat tahu, karena aku juga memiliki tiga orang adik perempuan ".
Alena mengusap air matanya, dia sedikit malu karena terlihat lemah di depan Bara. Ucapan Bara mampu membuat Alena terdiam .
" Bagiku, hubungan persaudaraan kalian berdua membuatku iri dan mengingatkanku kepada ketiga adik Perempuanku. Hidup kami susah, bahkan untuk kebutuhan sehari-hari saja aku harus bekerja banting tulang demi sesuap nasi. Tapi ketika ketiga adik Perempuanku selalu menyambut ku depan pintu ketika aku pulang ke rumah, rasanya sudah cukup bahagia. Terkesan sederhana, namun bagiku ketiga adik Perempuanku adalah harta yang berharga untukku ". Bara tersenyum ketika memikirkan dan membayangkan bagaimana senyuman ketiga perempuan yang ia sayangi itu.
" Semarah-marahnya dirimu terhadap saudara mu, jangan pernah mengatakan hal yang begitu jahat seperti tadi ". Bara melihat tajam ke arah Alena.
" Sekarang yang lebih penting adalah bagaimana kita bisa selamat dari permainan sialan ini..... ". Bara tersenyum tipis.
Ucapan Bara cukup mengenai hati Alena, Kejadian soal pertengkaran tadi, membuatnya sudah lupa akan kesalnya dia terhadap Sarah.
Tak terasa matahari senja mulai menyapa dengan cahaya jingganya. Tinggal setengah jam lagi sebelum akhirnya matahari tenggelam penuh. Suara teriakan dan keputusan asaaan terdengar menggema di seluruh hutan. Malam kedua akan semakin mencekam dengan teror yang akan terjadi. Iblis Vannah menjadi satu-satunya musuh yang sulit untuk di kalahkan.