Pengkhianatan yang di lakukan Mike, membawa Aleena bertemu dengan seorang pria tampan yang tidak di kenalnya sama sekali di sebuah club mewah yang berada di pusat kota London.
Minuman alkohol yang di teguk Aleena malam itu benar-benar mempengaruhi dirinya. Gadis polos itu seketika menjadi liar bahkan dengan berani merayu pria yang saat itu berada di dekatnya.
Pria tampan pemilik rahang tegas itu terlihat semakin gelisah, ketika merasakan aliran panas tubuhnya tidak wajar. Terlebih gadis muda pemilik wajah cantik dengan rambut warna karamel bergelombang indah itu merayunya dengan gerakan begitu seksi.
Dalam keadaan setengah sadar Aleena menyerahkan tubuhnya pada pria asing yang tidak di kenalnya sama sekali.
Keduanya menghabiskan malam panas dengan liar layaknya pasangan yang sedang di mabuk cinta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Emily, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MEMBERI IDE
"Peternakan dan perkebunan oat Bierdi milik keluarga ku. Bierdi singkatan nama mama dan papa ku, tuan", ucap Aleena bercerita sejarah bisnis keluarga nya di hadapan Sean.
Mendengar penjelasan Aleena, Sean urung menuang wiski ke dalam gelas sloki di atas meja.
"Jadi peternakan itu milik mu?", tanya Sean memastikan.
Aleena menganggukkan kepalanya. Kini wajah gadis itu nampak murung. Kedua jemari tangannya saling bertautan di atap pahanya. Semua itu tak luput dari perhatian Sean. Sean berkesimpulan, saat gugup gadis akan menunjukkan gesture tubuh selalu seperti itu.
"Aku sudah melihat foto-foto perkebunan oat dan peternakan domba milik mu, semua terawat dengan sangat baik. Sayang sekali kau akan menjualnya Aleena", ucap Sean.
"Papa ku sakit, membutuhkan biaya untuk pengobatan. Menurut papa, beberapa tahun belakangan produksi perkebunan dan peternakan kami terus menurun", ucap Aleena terdengar sedih.
"Aku tidak pernah berniat untuk menjual perkebunan dan peternakan Bierdi. Perkebunan itu begitu banyak kenangan bagi ku".
"Meskipun aku sanggup membayar dengan harga tinggi, apa kamu tetap tidak mau melepaskan nya?"
Aleena menggelengkan kepala dengan penuh keyakinan. "Dari kecil aku melihat mama dan papa membangun bisnis keluarga dari nol. Di mulai perkebunan oat, kemudian berkembang memiliki peternakan domba. Aku menyaksikan semua sejak aku dilahirkan di lahan itu, tuan. Bierdi sangat berarti bagi ku dan keluarga ku", ucap Aleena dengan bibir bergetar.
"Kalau sangat berarti bagi mu kenapa kamu malah bekerja di tempat lain, Aleena? Bukan berusaha membantu ayah mu di perkebunan dan peternakan itu?", tanya Sean sambil meneguk minumannya.
"Karena aku punya impian lain".
Wajah Aleena tertunduk lesu. Terlihat gadis itu mengembuskan nafasnya dalam-dalam dan sedikit tersengal.
"Aku memiliki cita-cita. Kuliah di bidang yang aku sukai. Menempuh pendidikan di kota besar seperti teman-teman ku", ucap Aleena dengan wajah tertunduk menahan tangisan. "Memiliki impian di luar perkebunan bukan berarti aku tidak menyayangi tempat di mana aku dilahirkan"
Gadis itu memang selalu akan mengeluarkan airmata jika membahas masa lalu. Bak memakan buah simalakama. Tidak ada pilihan lain, pada akhirnya akan membuatnya menangis.
"Tuan benar, keputusan pergi mengejar cita-cita ku ini ternyata salah. Papa benar, seharusnya aku membantunya mengurus Bierdi bukan malah meninggalkan nya tujuh tahun yang lalu. Seharusnya aku menyadari papa tidak memiliki siapapun selain aku setelah mama meninggal", ucap Aleena terdengar lirih.
Sean mengamati Aleena. Perkebunan dan peternakan Bierdi benar-benar berarti untuk nya, batin Sean.
"Kamu tidak perlu menjualnya Aleena. Pasti ada jalan keluarnya. Misalnya mencari investor. Melakukan kerjasama dengan pihak luar akan menguntungkan mu".
Perlahan wajah Aleena terangkat menatap Sean. Demi Tuhan kenapa tidak terpikirkan olehnya semalam.
Ternyata pengalaman berbisnis Aleena masih sangat sangat jauh di banding Sean. Pengalaman tidak bisa berbohong.
Secercah harapan menghinggapi relung hati Aleena. Ternyata berbicara dengan Sean mampu membuka pikirannya.
"Tuan Harley terimakasih", ucap Aleena tersenyum manis.
"Untuk apa?", tanya Sean aneh melihat perubahan Aleena tiba-tiba bersemangat begitu.
"Untuk semuanya. Untuk kata-kata tuan yang memberi semangat pada ku", balas Aleena berdiri dari duduknya. "Tuan Harley, jika tuan tidak keberatan saya permisi keluar melanjutkan pekerjaan", mohonnya dengan dua tangan saling berpaut di depan dadanya.
Sean ingin tertawa melihat tingkah gadis itu. "Hem".
"Sekali lagi terimakasih tuan Harley", ucap Aleena sedikit membungkukkan badannya sebelum keluar ruangan itu.
Sean menggelengkan kepalanya. "Ada apa dengannya. Padahal aku tidak mengatakan apa-apa. Katanya aku memberi semangat?"
"Huh...Gadis itu ada-ada saja", ucap Sean tersenyum.
...***...
To be continue