Hera membaca novel Fantasi yang tengah trending berjudul "Love for Ressa", novel klasik tentang Dante, seorang Duke muda yang mengejar cinta seorang gadis bernama Ressa.
Tentunya kisah ini dilengkapi oleh antagonis, Pangeran Mahkota kerajaan juga menyukai Ressa, padahal ia telah bertunangan dengan gadis bernama Thea, membuat Thea selalu berusaha menyakiti Ressa karena merebut atensi tunangannya. Tentunya Altair, Sang Putra Mahkota tak terima saat Anthea menyakiti Ressa bahkan meracuninya, Ia menyiksa tunangannya habis-habisan hingga meregang nyawa.
Bagi Hera yang telah membaca ratusan novel dengan alur seperti itu, tanggapannya tentu biasa saja, sudah takdir antagonis menderita dan fl bahagia.
Ya, biasa saja sampai ketika Hera membuka mata ia terbangun di tubuh Anthea yang masih Bayi, BAYANGKAN BAYI?!
Ia mencoba bersikap tenang, menghindari kematiannya, tapi kenapa sikap Putra Mahkota tak seperti di novel dan terus mengejarnya???
#LapakBucin
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Salvador, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 3
...****************...
“Tidak!” jawaban tegas dari Laki-laki usia 10 tahun itu ketika ayahnya mengatakan akan menjodohkannya, ia menatap ayahnya datar, mereka tengah berada di kereta kuda menuju kediaman Millard.
“Altair, kalian bisa bertunangan lebih dulu, ayah—“
“Aku masih kecil ayah! Dan suatu saat nanti aku hanya akan menikah dengan gadis yang aku sukai!” Siapa yang berani memotong ucapan Raja Kerajaan Scarelion? Tentu saja putranya sendiri, Altair.
“Anggap saja ini pendekatan, jika kalian benar-benar tidak cocok, Ayah tidak akan memaksamu,” Jawaban mutlak dari Raja Dierez membuat Altair berdecak dalam hati. Ia menatap keluar jendela melihat pemandangan, kemudian saat tau kemana tujuan mereka, mata Altair menyipit, “Kediaman Duke Ervand?” gumam kecilnya.
Kereta kuda mereka berhenti di halaman Mansion mewah Millard, dengan Duke Ervand yang menyambut keduanya langsung.
Mereka menuju taman kediaman Millard, duduk di tempat yang telah dipersiapkan menyambut keluarga kerajaan itu.
“Dimana putri mu, Ervand?” Tanya Raja Dierez, mereka berteman sejak remaja sehingga bisa berbicara cukup santai.
“Mungkin sebentar lagi akan datang, dia tengah bersiap,” Jawab Ervand.
“Aku senang ketika kau mengizinkan Putri mu untuk bisa bergabung dengan keluarga kerajaan, Ervand.” Altair menatap ayahnya, ia pikir Duke Ervand yang meminta perjodohan untuk anaknya dengan Altair, ternyata ayahnya sendiri.
“Ini masih langkah awal, Dierez. Lagipula, kau tau aku sangat menyayangi putri ku, aku tentu menginginkan yang terbaik untuk masa depannya,” Jawab Ervand tersenyum kecil.
Selagi dua pria paruh baya itu berbincang, Altair sibuk dengan pikirannya sendiri. Sebenarnya ia tak begitu enggan akan perjodohan ini setelah mengetahui Putri Duke Ervand yang akan menjadi pasangannya. Duke Ervand adalah orang yang Altair hormati, ia mengagumi pria itu karena kemampuan berpedangnya yang paling hebat se-Kerajaan Scarelion.
Sampai kedatangan gadis kecil dengan gaun merah muda bersama pelayannya mengalihkan pandangan Altair,
“Ayah!” Panggil Anthea, ia berlari kecil menghampiri Duke Ervan yang tengah berbincang, Bi Mela sendiri menunggu di luar pekarangan bersama pelayan lain.
“Putriku, kemarilah,” Tiba di hadapannya, Ervand langsung mengusap lembut rambut putrinya. Anthea sendiri langsung duduk di sebelah ayahnya, mulai memperhatikan tamu mereka.
Wah tampannya, batin Anthea melihat pria paruh baya dengan pakaian yang begitu mewah, lalu beralih pada anak laki-laki di sebelah pria itu, yang terus menatapnya membuat Anthea sedikit gugup.
Mata biru? Seperti tidak asing, batin Anthea melihat mata anak laki-laki itu.
Sampai, suara ayahnya membuat Anthea tersentak dari pikiran batin nya.
“Anthea, perkenalkan di hadapan kita adalah Raja Kerajaan ini, Raja Dierez dan Putra Mahkota Altair,”
Apa??! Putra Mahkota???
***
“Raja? Dan Putra Mahkota?” Anthea menatap ayahnya tanpa menyembunyikan raut terkejutnya, hell! Saat ini di hadapannya adalah malaikat pencabutan nyawa Anthea, bagaimana ia tidak terkejut?
“Tidak perlu terkejut seperti itu, sayang. Sekarang berikan salam seperti yang pernah di ajarkan Countess Havana,” Contess Havana adalah guru tatakrama Anthea yang biasanya datang 2 kali seminggu.
Anthea turun dari sofa yang ia duduki, sedikit menunduk dan masing-masing jemarinya mengangkat sedikit bagian gaun yang ia kenakan,
“Saya memberi salam pada Matahari Kerajaan, Yang Mulia Raja Dierez dan Putra Mahkota Altair,” Ujar Anthea tenang, walau dalam pikirannya begitu berisik.
“Duduklah, Lady Anthea,” Jawab Raja Dierez, Anthea kembali ke tempat duduknya. Lady— adalah panggilan untuk Putri bangsawan yang masih muda.
Anthea duduk dengan tenang dan anggun, selagi ayahnya dan Raja Dierez berbincang, pandangan matanya menatap apapun yang bisa ia lihat kecuali Altair, Anthea berusaha menyembunyikan kegugupannya dan Altair sendiri menyadari itu, ia begitu peka akan sekitarnya.
“Nah, Anthea. Jadi, kedatangan Raja Dierez kemari adalah untuk membahas perjodohan mu dengan Pangeran Altair, kami—“
“Tidak!!!” Anthea tau berteriak disituasi ini sangat tidak sopan, tapi hanya ini caranya agar ia dapat menghindari alur tragis novel ini. Terlihat para laki-laki di sana terkejut karena sedari tadi Anthea hanya terlihat duduk tenang.
“Hiks.. Ayah aku tidak mau!!!” Air mata mengalir di pipi penuhnya, Anthea menutup wajahnya sembari menangis, Duke Ervand membawa Sang Putri ke pelukannya, tentu tak tega melihat Putrinya menangis seperti ini.
“Sayang, tenanglah. Dengarkan ayah dulu, ya?” Bujuk Ervand lembut.
Anthea menggeleng keras, “Tidak ayah!!! Aku tidak mau bersamanya!!!” Suara tangis gadis kecil itu benar-benar terdengar memilukan.
Astaga, Putraku di tolak. Batin Raja Dierez merasa lucu melihat kejadian ini, sama sekali tak mempersalahkan perilaku kekanakan Anthea, toh memang masih anak-anak. Ia menatap putranya yang hanya menampilkan ekspresi datar, entah apa yang ada di pikiran Putra Pertamanya itu.
Beberapa saat kemudian, terlihat Duke Ervand yang berhasil menenangkan Putrinya, Anthea terlihat hanya menghapus jejak air matanya, tidak sesenggukan seperti tadi.
“Dengarkan ayah dan Raja Dierez menjelaskan dulu, baik Tuan Putri?” Tanya Ervand mengusap rambut putrinya, Anthea mengangguk namun ia tak beranjak sedikitpun di pangkuan sang Ayah.
“Anthea, kami memang berniat menjodohkan kalian berdua. Kau adalah satu-satunya Putri bangsawan di bawah kerajaan, apalagi kau keturunan Millard, kalian akan menjadi pasangan yang cocok,” Jelas Raja Dierez.
“Kami merencanakan pertunangan kalian ketika kau berusia 15 tahun, jadi dari sekarang kalian dapat saling mengenal dan berteman lebih dulu, mengerti bukan, Anthea?” Lanjutnya.
Aku sudah tau. Batin Anthea, ia hanya menjawab dengan anggukan. Semuanya ada di narasi novel yang telah ia tamatkan itu.
Dierez menatap putranya yang sedari tadi hanya diam, tak sedikitpun berniat memperkenalkan diri.
“Altair, pergilah bersama Lady Anthea untuk berjalan-jalan bersama, sepertinya kalian harus berkenalan dengan alami berdua,” Ujar Raja Dierez yang di balas anggukan oleh Altair, berbeda dengan Anthea yang langsung menatap ayahnya.
“Pergilah sayang, kalian bisa ke rumah kaca mu untuk saling berbincang satu sama lain,” Ujar Ervand, dirasa tak dapat menghindar tentu saja Anthea hanya dapat menurut.
Astaga, aku harus berdua bersama malaikat pencabut nyawa ini..
***
tbc