Apa jadinya bila seorang gadis yang baru lulus SMA harus menjadi seorang ibu pada anak kembar 7 yang tidak sengaja ia temukan. mampukah gadis itu merawat anak kembar 7 itu sendirian? Atau malah di titipkan kepanti asuhan? temukan jawaban nya di novel ini. kalau penasaran baca yuk.
Cerita ini hanya lah fiktif semata.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ternyata ada parasit
.
.
.
Banyak perubahan yang terjadi pada Darmendra sejak kehadiran si kembar. Yang pastinya sekarang Darmendra lebih banyak tersenyum, tapi itu berlaku hanya untuk orang terdekat saja seperti keluarganya.
Darmendra masih terus memperhatikan gerak gerik si kembar dalam memilih pakaian, terkadang ada perdebatan kecil diantara mereka. Pelayan toko sangat senang melayani si kembar, sebab mereka sangat menggemaskan.
"Gemas banget aku lihatnya," ucap pelayan toko pada teman satunya.
"Iya, coba aja aku punya anak seperti itu satu saja tidak perlu tujuh." ucap pelayan yang lain.
Sampai pelayan itu senyum senyum melihat tingkah si kembar. Karena mereka tidak tahan karena gemas lalu pelayan itu menghampiri Diva.
"Nyonya, anaknya gemesin banget sih." ucap pelayan toko itu.
"Iya memang bikin gemes." jawab Diva sambil tersenyum.
"Apa nyonya tidak merasa kerepotan mengurus anak kembar tujuh?" tanya pelayan lainnya.
Diva kembali tersenyum, " saya sudah terbiasa dengan tingkah mereka dari sejak bayi. kalau bicara soal repot mungkin repot, karena saya ikhlas dan tulus menyayanginya jadi saya menikmati masa masa itu."
"Jadi pengen punya anak seperti itu," ucap pelayan itu sambil membayangkan punya anak seperti si kembar.
"Ye suami aja belum punya." ejek temannya.
Si kembar masih asik memilih pakaian yang cocok menurut mereka. setelah selesai, mereka pun menuju tempat kasir. mereka masing-masing membawa belanjaan mereka untuk dibayar. penjaga kasir melongo melihat si kembar menyerahkan black card masing-masing.
"Benar benar anak sultan," pikir penjaga kasir.
"Hei anak anak, biar Mommy yang bayar." Diva.
"Tidak apa-apa Mommy, ini kami yang belanja biar kami yang bayar," jawab si kembar.
"Kakak cantik, saya mau bayar," Ram.
Penjaga kasir itupun tersadar dari lamunannya. setelah membayangkan sekaya apa mereka hingga anak kecil saja bisa memegang kartu tanpa batas. padahal orang tuanya saja tidak perlu memberikan uang kepada si kembar. Setelah selesai dengan pembayaran mereka masing-masing, mereka pun keluar dari toko itu. sekarang mereka memasuki toko sepatu. Kali ini hanya si kembar yang berbelanja, Diva dan Darmendra hanya duduk diam memperhatikan tingkah mereka.
"Aku tidak menyangka akan sampai ketitik ini," Darmendra, Diva menoleh.
"Maksudnya?"
"Lihatlah anak anak, mereka begitu antusias berbelanja. Apakah mereka memang suka berbelanja?"
"Tidak juga, biasanya kalau mereka pergi ke mall, mereka hanya bermain dan hadiah yang mereka dapatkan mereka bagi bagikan pada anak anak yang lain. dan anehnya lagi, si kembar malah membayar kerugian orang yang menjaga tempat permainan itu."
"Ini semua adalah berkat didikan mu sebagai Mommy mereka."
"Aku tidak tahu, apakah mereka akan tetap menyayangiku bila mereka tahu kalau aku bukan ibu kandung mereka?"
"Jangan bicara begitu, bagi mereka tidak ada ibu yang terbaik selain Mommy mereka."
"Entahlah, semoga saja begitu."
Keduanya terus mengobrol hingga tidak sadar kalau si kembar sudah selesai berbelanja.
"Gimana? senang berbelanja?" tanya Darmendra.
"Sangat senang, tapi jadi lapar." Ram.
"Kalau begitu yuk kita makan. setelah itu baru kita pulang." Darmendra.
Mereka pun pergi ke restoran yang ada di mall tersebut. mereka duduk dikursi paling pojok, karena kursinya kurang jadi Darmendra meminta pada pelayan untuk tambahan kursi. Seperti biasa, setiap orang pasti akan heboh melihat si kembar. mereka pun memesan makanan. saat mereka menunggu pesanan mereka, tidak jauh dari mereka duduk terjadi keributan.
"Ternyata ada parasit," ucap Ray pelan tapi masih didengar oleh yang lain.
"Kalian kenal mereka?" tanya Darmendra.
"Mommy mengenalnya." Roy.
"Dia teman sekolahku dulu, bukan teman sih sebenarnya, lebih tepatnya musuh. karena dia lebih suka mencari masalah." Diva.
Ya yang membuat keributan itu adalah Rebecca and the genk. gak kapok kapoknya mereka mentang mentang anak orang kaya.
Tapi Diva tidak peduli dengan keributan itu, yang penting tidak menggangu mereka.
Rebecca yang melihat Diva ada di meja sebelah langsung menghampiri Diva.
"Wah, ternyata ada orang miskin disini." ejek Rebecca.
Diva tidak menggubris ejekan tersebut. Pelayan pun datang membawakan pesanan mereka. Rebecca yang mengejek merasa geram karena tidak digubris oleh Diva. lalu iapun mengambil gelas yang berisi jus jeruk dan menyiramkan nya ke Diva, sehingga pakaian Diva basah. Diva bangun dari duduknya dan langsung berdiri disamping Rebecca.
Braak... Diva menghantamkan kepala Rebecca keatas meja. Laura dan Reina terdiam ditempatnya seperti patung menyaksikan Diva menghantamkan kepala Rebecca.
"Aakkkhh," teriakan Rebecca menggema di restoran itu.
"Kau salah mencari lawan, Rebecca." Diva tersenyum sinis.
Tidak hanya sampai disitu, Diva menarik rambut panjang Rebecca hingga Rebecca menjerit kesakitan. Kebetulan letak restoran itu dilantai tiga. Diva terus menarik rambut Rebecca sampai keluar restoran dan dengan enteng nya Diva menuruni anak tangga menuju lantai dasar di mall tersebut. Rebecca tidak bisa berbuat apa-apa hanya menjerit kesakitan.
"Aku sudah lama membencimu Rebecca." ucap Diva sambil menuruni anak tangga yang masih menarik rambut Rebecca.
"Sekarang saatnya aku lampiaskan kekesalanku dan kemarahanku padamu."
Rebecca terus meraung raung minta dilepaskan, tapi Diva seolah olah tuli. dan orang yang menyaksikan pun tidak ada yang peduli. Tadinya Darmendra mau meleraikan, tapi ditahan oleh si kembar.
"Biarkan Mommy melampiaskan kekesalannya pada tante menor itu," begitulah kata si kembar kepada Daddy nya.
Sampai dilantai dasar, Diva terus menarik rambut Rebecca sampai keparkiran.
"Jangan salahkan aku bertindak lebih kejam daripada ini."
Bruuk... Tubuh Rebecca dilempar oleh Diva hingga membentur aspal.
"Akkhh," Rebecca menjerit. Rebecca tidak bisa berkata apa-apa lagi atas perlakuan Diva kepadanya.
Diva menarik paksa agar Rebecca kembali berdiri berdiri. Rebecca berdiri tapi agak sempoyongan, dengan tanpa hati Diva menendang wajah Rebecca, wajah yang selama ini ia bangga banggakan. Akibat tendangan kuat dari Diva, Rebecca terpental menghantam dinding diparkiran tersebut. Diva kemudian meninggalkan Rebecca yang sudah tidak berdaya. Diva kembali lagi ketempat mereka makan.
Laura dan Reina masih terdiam seperti patung. sampai Diva datang semula ketempat itu pun, keduanya belum bergerak sama sekali. Darmendra mengancam Laura dan Reina kalau masih mengganggu Diva dan si kembar, maka Darmendra akan menghancurkan perusahaan orang tuanya.
Tentu saja keduanya ketakutan dan segera pergi dari tempat itu sambil berlari. keduanya tidak lagi memikirkan nasib Rebecca, yang penting keduanya selamat.
Begitulah Diva kalau diusik, maka ia akan bertindak kejam, begitu juga dengan si kembar.
"Maaf atas kejadian tadi, aku tidak dapat mengendalikan emosiku." Diva.
"Gak apa apa, aku sudah tau dari si kembar." Darmendra.
Diva menghela nafas. kesabarannya selama ini sudah habis karena seorang yang bernama Rebecca.
"Mari kita makan, aku sangat lapar karena energiku telah terkuras.
Mereka pun makan dan tidak memikirkan lagi tentang kejadian yang baru saja terjadi, serta Rebecca yang entah sudah seperti apa nasibnya.
.
.
.
Banyak pelajaran yang bisa kita ambil bersama, Dari sisi kemanusiaan toleransi terhadap sesama dan dari sisi ke Genius si Penulis Cerita aku suka banget,Tank you Author 👍👍👍💪💪💪🥇🥇🥇