Dunia Sakura atau kerap dipanggil Rara, hancur seketika saat video dia yang digerebek sedang tidur dengan bos nya tersebar. Tagar sleeping with my boss, langsung viral di dunia Maya.
Rara tak tahu kenapa malam itu dia bisa mabuk, padahal seingatnya tidak minum alkohol. Mungkinkah ada seseorang yang sengaja menjebaknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yutantia 10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 23
Jovan membawa Rara ke kamar tamu yang ada di lantai 1, menurunkan pelan-pelan istrinya tersebut ke atas ranjang.
"Masih sakit gak? Kalau sakit, kita ke dokter," tawar Jovan. Di wajahnya tergambar jelas kekhawatiran.
Rara menggeleng. Sesungguhnya dia hanya pura-pura tadi, perutnya tidak sakit ataupun kram sama sekali. Dia hanya sedang ingin caper di depan Dista
"Aku ambilin minum dulu," Jovan meninggalkan kamar, ke dapur untuk mengambil air minum.
Brakk
Rara sampai terjingkat kaget gara-gara suara pintu dibanting. Padahal baru saja dia memperbaiki posisi tidur agar lebih nyaman, tau-tau malah dibuat kaget dengan kelakukan tak sopan Dista. "Bisa sopan dikit gak?" ujarnya sambil menatap tajam Dista yang berjalan angkuh ke arah ranjangnya. Dia faham betul, madunya itu merasa berada di atas angin di rumah ini.
"Pulang sana!" bentak Dista.
"Siapa kamu, nyuruh-nyuruh aku pulang?" Rara tersenyum miring. Dia bangun dari rebahannya, bergeser lalu duduk di sisi ranjang. "Kamu kayaknya khawatir banget aku ada disini? Takut ya, Bang Jovan lebih perhatian ke aku daripada kamu?"
"Jangan mimpi kamu."
"Emang gak mimpi, tapi kenyataan. Sekarang aja, dia lagi ke dapur, ngambilin aku minum. Perhatian bangetkan?"
Kedua telapak tangan Dista otomatis terkepal mendengar Jovan mengambilkan minum untuk Rara. Meski hanya perhatian kecil, tapi dia tak rela.
"Dis," Rara turun dari ranjang, menghampiri Dista dan berdiri tepat di depannya. "Dulu, aku fikir kamu adalah sahabat terbaikku. Salah satu orang, dimana aku bisa menceritakan segalanya tanpa ditutup-tutupi. Tapi ternyata aku salah, kamu tak sebaik yang aku kira. Kamu hanya terlihat baik di luar, tapi dalamnya busuk," dia menekan dada Dista dengan telunjuk.
"Harusnya aku yang bilang kayak gitu," balas Dista sambil menyingkirkan tangan Rara. "Aku fikir kamu sabahatku, tapi kamu menusukkku dari belakang. Kamu mengambil calon suamiku, Ra," tekan Dista dengan tatapan nyalangnya.
Rara tersenyum saat lagi-lagi, Dista playing victim. Ah, sepertinya itu memang keahlian mantan sahabatnya itu. Pantas saja dulu Fino tak terlalu suka pada Dista, sepertinya pria itu tahu sesuatu tentang Dista. "Kamu tahu takdir, Dis? Sebagai manusia, kita hanya berusaha, tapi yang menentukan segalanya, adalah Allah," dia menunjuk ke atas. "Seperti kamu yang telah berusaha menghancurkanku, tapi Allah menentukan lain, kamu menghancurkan dirimu sendiri, bukan aku."
"Apa maksud kamu?" Dista meremat celana kulotnya mendengar ucapan Rara. Wajahnya sedikit pucat, mungkinkah Rara tahu semua tentang rencana penjebakannya dulu?
"Ada apa, Dis? Wajah kamu pucat, takut ya?" Rara menyentuh bahu Dista, namun langsung disingkirkan tangannya oleh wanita itu. "Tenang," dia tersenyum manis. "Belum saatnya aku bongkar kebusukan kamu, Dis. Sekarang, semua ucapanku mungkin hanya dianggap angin lalu, dianggap sampah, dan mungkin gak ada yang percaya. Tapi nanti, saat aku berhasil mengambil hati semua orang, saat itulah, kartu AS akan aku gunakan."
Dista tertawa, berusaha menutupi keresahan hatinya. "Jangan harap kamu bisa mengambil hati semua orang. Aku yang dicintai Jovan, dan aku menantu kesayangan."
"Yakin kamu?" Rara tersenyum miring. "Kamu salah nyari lawan, Dis. Kamu ingat gak, apa pernah sekali saja, kamu menang dari aku? Dalam segala bidang, aku selalu berada di atas kamu. Kamu punya cinta Bang Jovan, tapi aku punya anaknya," dia tersenyum sambil menunjuk perutnya.
"Cih," Dista langsung tertawa ngakak. "Anak hasil zina saja, bangga."
PLAKKK
Tubuh Dista langsung gemetar saat Rara menampar keras pipinya. Pipinya seketika terasa panas dan kebas. Seumur hidup, tak seorangpun pernah menamparnya termasuk orang tuanya. Hal itu membuat emosinya langsung meledak, dia tak terima.
Ternyata, suara tamparan tersebut, terdengar sampai luar kamar. Bu Mariam buru-buru mendatangi kamar tamu. Matanya membulat sempurna melihat Rara dan Dista berkelahi. Dista menarik hijab Rara, sementara Rara menarik rambut Dista.
"Hentikan!" Bu Mariam jadi panik.
"Dia nampar aku, Mah," adu Dista masih dengan tangan menarik hijab Rara.
"Kamu memang pantas ditampar," bentak Rara.
"Astaga! Kenapa jadi seperti ini," bukannya melerai, Mariam malam bingung sendiri. Untungnya Jovan datang.
"Apa-apaan kalian!" Jovan meletakkan gelas berisi air di atas meja lalu melerai kedua istrinya.
"Awww..!" Rara menjerit saat telah berhasil dilerai dan lengan sedikit, Dista malah mencakar wajahnya. Wajahnya tergores kuku Dista yang panjang hingga mengeluarkan sedikit darah.
"Dista!" bentak Jovan. Dia langsung melihat luka di wajah Rara.
"Dia dulu yang mulai, Mas. Dia nampar aku," teriak Dista sambil menunjuk wajah Rara.
Mariam menarik Dista keluar dari kamar. Dia tak mau pertengkaran itu makin besar dan terdengar suaminya. "Kendalikan dirimu!"
"Mama belain dia?" Dista menunjuk ke arah kamar. "Mama dengar sendiri, Rara ngaku udah nampar aku. Aku gak bohong."
"Bukan belain dia, tapi kalau sampai Papa tahu kalian bertengkar, dia bisa marah besar."
Di kamar, Jovan menyerahkan segelas air putih pada Rara yang duduk di sisi ranjang. Harusnya tadi dia tak perlu ke kamar dulu untuk ganti baju kalau tahu akan terjadi perkelahian antara Dista dan Rara. Ternyata punya dua istri itu bukannya senang, malah pusing.
"Kamu juga mau nyalahin aku, Bang?" Rara tersenyum getir, matanya mulai berkaca-kaca. "Aku memang menampar Dista, tapi ada sebabnya. Dia ngatain anakku anak hasil zina. Aku sakit hati," dia tak kuasa menahan air mata. Cairan bening itu meleleh membasahi pipinya, menciptakan rasa perih luar biasanya karena mengenai luka bekas cakaran Dista. "Memang benar, dia ada karena zina yang dilakukan orang tuanya, tapi dia tetap suci, anakku tak bersalah apapun," ujarnya dengan suara terbata karena isakan.
Jovan menarik bahu Rara, memeluk wanita yang tengah terisak tersebut. Ternyata pacaran lama, tak menjamin kita tahu segalanya tentang pasangan. Menikah seminggu, Jovan merasa banyak sekali yang ternyata tidak dia ketahui tentang Dista. Mulai dari Dista yang sudah tidak perawan, juga Dista yang dulunya terlihat lemah lembut, namun tak seperti itu kenyataannya, istrinya itu sangat arogan.
Selain pertengkaran hari ini dengan Rara, Jovan juga melihat dengan mata kepalanya sendiri kearoganan Dista lainnya. Kemarin saat honeymoon , Dista memaki-maki seorang cleaning servis bandara yang tak sengaja menumpahkan air kotor mengenai ujung hellsnya. Ternyata mulut Dista tak semanis saat pacaran dulu, mulut wanita itu sangat pedas. Dia bahkan tak berhenti memaki dan mengancam akan melaporkan cleaning servis tersebut meski sudah meminta maaf hingga berjongkok untuk membersihkan hellsnya.
"Aku ambilkan obat sebentar ya."
Jovan melepaskan pelukannya, keluar kamar untuk mengambil obat.
"Mas," melihat Jovan keluar dari kamar, Dista langsung mendekatinya. "Rara nampar aku duluan," dia langsung memeluk lengan Jovan, mencoba mencari simpati.
"Kamu ngomong apa sama Rara?" tanya Jovan sembari melepas tangan Dista yang ada di lengannya. Tatapannya yang begitu dingin, membuat Dista sedikit takut.
"A-aku gak ngomong apa-apa? Memangnya Rara ngadu apa sama kamu?" Wajah Dista tampak pias, dia memainkan jari, berusaha menutupi ketegangannya.
"Yang kamu katain anak hasil zina, itu juga anakku," Jovan menunjuk dirinya sendiri. "Aku dan Rara memang salah, tapi anak itu, gak salah apa-apa." Dia mengela nafas panjang lalu melanjutkan langkah menuju tempat kotak P3K. "Oh iya," Jovan tiba-tiba berhenti melangkah, kembali menoleh pada Dista. "Gak usah sok paling suci."
Mulut Dista menganga lebar mendengar ucapan Jovan. Dia sungguh tak menyangka jika Jovan akan bicara seperti itu padanya. Apa ini artinya, suaminya itu masih menyimpan kekecewaan atas dirinya yang sudah tidak suci saat menikah? Dia yang masih bengong, kaget saat seseorang memeluk bahunya.
"Apa maksud Jovan bilang seperti itu?" tanya Bu Mariam yang mendengar ucapan putranya.
"A-a.. aku, aku juga gak tahu, Mah," sahut Dista dengan suara bergetar.
Rara yg jadi korban g perlu capek buat balas dendam
jangan mimpi kamu Dista nyuruh Fano balas dendam ke Rara secara Fano cinta mati ke Rara ,karena Fano tau Rara itu wanita istimewa beda kelas sama kamu yg wanita gampangan cepat buka SE Lang kang an 🤮🤮👊👊
gimana dgn ancaman Fino, bakalan Dista nurutin gk nih.
Fino sayang banget sama Rara, maka nya dia gk mau nyakiti Rara dan kamu jadi sasarannya Dista
Fino kan gamon sama Rara, dia gak bakal bisa nyakitin Rara jadinya dilampiasin ke elu, Dis