MOHON MAAF, MASIH BANYAK TYPO BERTEBARAN, DAN TANDA BACA YANG MASIH AMBURADUL 🙏
Dulu. demi bisa mendekati lelaki yang ia cintai, Emira nekat mengubah identitas nya, jati dirinya, bahkan penampilannya, yang sungguh jauh berbeda dengan dirinya yang asli, namun lelaki yang ia suka tiba tiba menghilang, tanpa kabar, dan tanpa jejak, seperti di telan bumi.
Mereka kembali bertemu, perdebatan tak penting mewarnai hari hari mereka sebagai dokter residen.
Tapi malam reuni itu merubah segalanya, di pagi hari mereka terbangun didalam sebuah kamar hotel, tanpa apapun selain selimut yang menutupi tubuh keduanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon moon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 33
BAB 33
Masih di Geraldy Kingdom.
Usai acara makan siang penuh kehangatan bersama keluarga Geraldy, Arjuna pun pamit, tapi sebelumnya ia sempat menemani para agen perjodohan cilik, turunan original Alexander Geraldy, entah kenapa para bocah itu, begitu nyaman bersenda gurau dengan Arjuna, hal itu membuat Reza sedikit iri, mereka memang mengenal Reza, tapi tak pernah berinteraksi secara langsung, tapi dengan Arjuna mereka beberapa kali bertemu ketika menyambangi rumah sakit.
Sebagai tanda keramahan, Emira mengantar Arjuna hingga ke buggy car -yang akan mengantar Juna hingga ke gerbang utama- tiba, tentunya kelima pengawal kecilnya mengikuti dengan jarak lima meter di belakang,
"Terima kasih sudah mengantarku." Ucap Arjuna kikuk.
Bagaimana tidak, keberadaannya bersama Emira, tak lepas dari tatapan lucu para bocah yang bersikeras menjodohkannya dengan aunty mereka.
Emira pun demikian, ia tak kalah gugup, karena ada sepasang mata lain yang mengawasinya dengan pandangan cemburu.
"Tak masalah, anggap saja aku sedang menghormati tamu abang ku."
Arjuna tersenyum, dalam hati ia memaki ketololannya sendiri, kenapa juga ia harus cemburu jika Emira di peluk abang kandung nya, padahal jika Emira di peluk lelaki selain abang dan kakak nya ia seratus persen tak berhak cemburu, karena tak ada hubungan apapun di antara dirinya dan Emira.
"Sekarang aku tak tahu, harus bersikap seperti apa nanti di rumah sakit."
"Oh… Tak perlu seperti itu." Emira melambaikan tangannya, "bersikaplah seperti biasa, dingin, judes dan menyebalkan." Ujar Emira terus terang.
"Apa di matamu aku terlihat menyebalkan?"
"Ya… sangat." Jawab Emira terus terang.
Arjana tertawa, "maaf."
Mau Tak mau Emira pun tersenyum canggung.
"Baiklah aku pergi dulu, sampai jumpa besok," Arjuna pun berpamitan.
Emira hanya membalas dengan anggukan, kedua tangannya saling terkait di belakang tubuhnya, sebisa mungkin menahan agar tak melambaikan tangan.
Semantara itu kelima bocah lucu yang sejak tadi menguping pembicaraan Aunty dan om dokter, mendadak bermuram durja, seperti pemburu kehilangan hewan buruannya, merasa usaha mereka gagal total.
"Apa aku terlihat menyebalkan dimatamu?" Darren menirukan ucapan Juna dengan bibir manyun dan ekspresi lain yang membuatnya terlihat lucu.
"Ya … sangat." Kali ini berganti Luna menirukan gaya Emira, dengan kedua tangan di belakang punggung, tak lupa gaya centilnya.
"Maaf, kalau begitu aku pamit dulu." Dean ikut menirukan gaya Arjuna, seraya menggaruk kepalanya yang tak gatal, sebagai improvisasi tambahan dari sikap canggung Arjuna.
Plak
Plak
Plak
Plak
Kelimanya menepuk jidat mereka bersamaan.
"Jika begini, kapan mereka menikah?" Keluh Daniel muram.
"Haruskan kita pikirkan cara lain?" Danesh mengusulkan.
"Menurutmu cara apa?"
Danesh mengangkat kedua pundak dan telapak tangannya.
"Huuuuu…" Seru empat bocah partner diskusi nya.
"Hei … kenapa meninggalkanku?!!" Seru Danesh, karena empat orang saudara tertuanya berlalu meninggalkannya seorang diri.
.
.
.
Malam menjelang ketika Reza berpamitan dengan seluruh anggota keluarga Geraldy.
Kini ia tengah berada di area tunggu buggy car, sangat sulit mengajak Emira bicara berdua saja, karena momennya sedang hari keluarga.
Dan akhirnya setelah bersabar menemani bos besar Twenty Five Hotel membicarakan bisnis dan semua seluk beluk di dalamnya, kini akhirnya Reza bisa bicara berdua dengan gadis pujaannya.
"Apakah dia Arjuna yang kamu tunggu?" Tanya Reza, tanpa menatap Emira.
Emira menatap Reza, di remang remang senja, "darimana kamu tahu?"
“Lihat ke depan, aku tak ingin kamu melihat wajahku kali ini.”
Inilah Reza yang sesungguhnya, Reza yang tak ingin terlihat saat sedang lemah dan kecewa.
“Za … kamu marah padaku?”
“Jawab saja pertanyaanku, jangan menanyakan yang lain.” Jawab Reza dengan penuh penekanan, sengaja karena ia tak ingin meledak karena amarah.
“Ya … dia adalah Arjuna yang ku maksudkan,”
“Apa kamu bahagia sekarang? karena ternyata dia pun memiliki perasaan padamu.”
“Darimana kamu menyimpulkan hal itu?”
“Tatapannya padamu, aku bisa merasakannya,” jawab Reza putus asa. “katakan padaku sekali lagi, bagaimana perasaanmu padaku?”
“Bagiku kamu tetap sahabat terbaik, temanku berbagi bahagia, dan berbagi cerita,”
Kerongkongan Reza tercekat mendengar jawaban Emira, “hanya itu?”
“Ya …”
Luruh sudah semangat Reza, cintanya tak berbalas, harapan indah yang sempat membumbung kini lenyap tanpa bekas, wajah Reza memerah menahan gejolak hati nya.
“Kenapa Ra … kenapa?” tanya Reza dengan nada yang sulit diartikan. “Kita bahkan pernah berciuman, tidakkah itu berarti untukmu?”
.
.
.
nah loh ????