NovelToon NovelToon
Cinta 'Terkontrak'

Cinta 'Terkontrak'

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda / CEO / Romansa / Slice of Life / Chicklit
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: Luckygurl_

Senja Maharani, seorang sekretaris muda yang cerdas, ceroboh, dan penuh warna, di bawah asuhan Sadewa Pangestu, seorang CEO yang dingin dan nyaris tak berperasaan. Hubungan kerja mereka dipenuhi dinamika unik: Maha yang selalu merasa kesal dengan sikap Sadewa yang suka menjahili, dan Sadewa yang diam-diam menikmati melihat Maha kesal.

Di balik sifat dinginnya, Sadewa ternyata memiliki sisi lain—seorang pria yang diam-diam terpesona oleh kecerdasan dan keberanian Maha. Meski ia sering menunjukkan ketidakpedulian, Sadewa sebenarnya menjadikan Maha sebagai pusat hiburannya di tengah kesibukan dunia bisnis.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Luckygurl_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Cleaning Service!

Gila… ini, sih, istana. Maha kembali bergumam, tapi dalam hatinya, mencoba untuk menahan keterkejutannya. Ia sadar dirinya harus tetap tenang dan tidak memperlihatkan ekspresi berlebih di depan Sadewa. Ia tidak ingin terlihat seperti orang kampung yang baru pertama kali masuk ke tempat mewah.

“Maha…”

Tiba-tiba suara Sadewa membuyarkan lamunannya, dengan panggilan datar namun terdengar tegas.

“Ya, Pak,” jawab Maha, ia buru-buru menoleh saat masih berdiri di sisi sofa dan berusaha menampilkan sikap profesional meski hatinya masih penuh dengan pertanyaan.

“Saya akan berendam. Jadi, bersihkan unit saya sampai benar-benar bersih,” ucap Sadewa santai sambil berjalan mendekat ke arah kamar seraya membuka kancing jasnya dengan nada yang jelas lebih mirip perintah daripada permintaan.

“Apa, Pak?!” Mata Maha terbelalak, hampir tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar.

Sadewa pun menoleh, mengangkat alisnya seolah berkata bahwa permintaannya adalah sesuatu yang sangat wajar.

“Pak… maaf, ya. Saya ini bukan cleaning service! Kalau Anda mau cari orang untuk bersihin unit Anda, bisa hubungi jasa kebersihan. Disana banyak yang lebih profesional!” balas Maha dengan nada kesal. Ia terkekeh remeh, tangannya otomatis berkacak pinggang.

“Ah, jadi kamu menolak perintah saya? Baiklah, kalau begitu, besok kamu harus transfer uang yang nantinya akan saya berikan setiap bulannya. Simple, ‘kan?” ujar Sadewa, santai seraya memasukkan tangannya kedalam saku celana.

Sialan! Kontrak itu jadi senjatanya? Dia benar-benar tahu bagaimana membuat ku tidak bisa berkutik. Sadewa, brengsek! Batin Maha penuh amarah, kedua tangannya mengepal erat di sisi tubuhnya.

“Jadi… bagaimana, Maha? Masih menolak permintaan saya? Hm?” tanya Sadewa, sambil memasang senyum tipis yang jelas-jelas memancing emosi. Sadewa menatap Maha dengan ekspresi penuh kemenangan.

Maha meremas tali tasnya kuat-kuat, berusaha mengendalikan emosinya agar tidak meledak di hadapan pria menyebalkan itu. Maha tidak menjawab, sebagai gantinya ia mengalihkan ke sofa tanpa sepatah katapun. Ia melepas heels-nya satu persatu, kemudian mengikat rambutnya ke atas dengan simpul acak.

Astaga!

Sadewa mengalihkan pandangannya secepat mungkin, mencoba mengendalikan diri yang tiba-tiba salah tingkah saat melihat Maha mengikat rambutnya. Nafasnya mendadak terasa lebih berat, dan ia mendapati dirinya menelan ludah lebih sering dari biasanya.

“Peralatan bersih-bersih ada di ujung sana. Saya ke kamar dulu.” Ujar Sadewa sambil menunjuk ke arah kabinet di sudut ruangan. Ia segera meninggalkan Maha dengan langkah cepat tanpa menoleh lagi.

Begitu membelakangi Maha, Sadewa mengusap wajahnya begitu kasar, mencoba mengendalikan pikirannya yang berantakan. Sialan! Apa yang kamu pikirkan, Sadewa! Batinnya gusar, bahkan ia melangkah menuju kamarnya dengan gerakan yang sedikit tergesa.

“Ini tidak masuk akal, hanya karena Maha mengikat rambutnya, kamu jadi seperti ini, Sadewa? Astaga, sadar!” Sadewa mendesah panjang, merasa frustasi dengan perasaan yang datang tiba-tiba tanpa diundang.

Disisi lain, Maha berdiri mematung setelah Sadewa menghilang dibalik pintu besar berwarna hitam. Suara pintu yang menutup terdengar berat, memantul di ruangan yang luas namun sunyi. Perlahan, ekspresi kesal mulai menguasai wajah Maha. Ia mendengus sambil mengepalkan tangannya, lalu menghentakkan kakinya ke karpet lembut di bawahnya.

“Brengsek! Brengsek!” gerutunya dengan nada tertahan, tetapi cukup keras untuk mencerminkan amarahnya.

Maha memutar tubuhnya, melirik kabinet yang disebut Sadewa tadi. “Kerja, katanya?! Tapi malah suruh aku bersih-bersih! Apa dia pikir aku ini cleaning service?!”

Di tengah kemewahan unit apartemen Sadewa, Maha merasa seperti boneka yang dipermainkan Sadewa—terjebak dalam permainan pria itu yang selalu membuatnya di posisi tidak berdaya. Tanpa menunggu lebih lama lagi, Maha segera mengambil peralatan kebersihan dari kabinet seperti yang diarahkan Sadewa.

Tangannya langsung sibuk dengan lap dan cairan pembersih. Ia mulai dari meja-meja kaca diruang tamu, mengelap permukaannya hingga mengkilap, lalu melanjutkan kepanjangan kecil yang tertata rapi di berbagai sudut. Maha melakukannya dengan serius, mengerahkan seluruh konsentrasinya karena ia tahu Sadewa adalah tipe pria yang tidak segan-segan menyuruhnya mengulang jika hasilnya tidak memuaskan. Beruntung Maha mempunyai pengalaman mengerjakan pekerjaan rumah. Ia cukup teliti soal kebersihan, bahkan cenderung perfeksionis.

“Huh, dasar nyebelin! Orang kaya, kok, nggak punya asisten rumah tangga!” gumam Maha, melampiaskan kekesalannya sambil mengelap sebuah pajangan berbentuk kucing keramik. Panjangan itu kecil dengan detailnya yang rumit, membuatnya harus berhati-hati agar tidak menjatuhkan nya.

Setelah beberapa menit, Maha berhenti sejenak, menyandarkan tangan di pinggulnya sambil menarik nafas panjang. “Capek!” keluhnya pelan, hampir seperti berbicara pada dirinya sendiri.

Matanya melirik jam dinding yang tergantung kokoh didinding ruang tamu. Sudah pukul 20.30, waktu yang seharusnya Maha habiskan dengan bersantai di rumah atau tidur, bukan sibuk bersih-bersih di apartemen Sadewa seperti saat ini.

“Rumah seluas ini, seriusan Sadewa nggak punya asisten rumah tangga? Terus, Sadewa itu hidup macam apa, sih?! Duitnya juga banyak, astaga pelit banget tuh orang!” Cibir Maha sambil mengelap meja kecil dekat jendela yang memperlihatkan pemandangan kota.

Maha menghela nafas, berusaha mengusir rasa kesalnya. Ia tahu, protes tidak akan mengubah apapun. Apalagi jika berhadapan dengan Sadewa, pria yang selalu berhasil membuatnya tidak punya pilihan.

Sementara itu di kamar mandi, Sadewa menikmati berendam di air hangat. Merasakan setiap tetesnya meredakan penat yang menggelayuti tubuhnya. Namun, rasanya bukan hanya air hangat yang memberinya kenyamanan. Kehadiran Maha di unitnya, yang patuh pada setiap perintahnya ternyata juga memberikan rasa relaksasi tersendiri.

“Ah… menyenangkan sekali hidup ini.” Gumam Sadewa, menutup matanya pelan dan menikmati sensasi ketenangan yang mengalir di tubuhnya.

Setelah beberapa waktu, Sadewa akhirnya merasa cukup. Dengan gerakan tegas, ia berdiri dari bathtub besar itu, melangkah keluar dengan langkah mantap. Punggungnya terlihat tegap, tubuhnya yang tinggi dan atletis tampak lebih menonjol setelah berendam. Ia mengambil handuk putih besar, menyeka rambutnya perlahan yang masih basah. Seolah menikmati kelembutan handuk yang mengusap kulitnya. Rambut gelapnya yang agak panjang tergerai bebas, menambah kesan tampan pada dirinya.

Kini, Sadewa berdiri didepan walk in closet yang luas, sedikit bingung memilih pakaian yang tepat untuk malam ini. Ruangan itu dipenuhi dengan berbagai koleksi pakaian mahal—jas rapi, setelan formal, dan beberapa koleksi jam tangan dari beberapa brand mewah. Setiap item disana seolah menjadi simbol kemewahan dan kesuksesan hidupnya.

Sadewa memilih sesuatu yang lebih santai. Kaos putih bertuliskan Fear of God dan celana jogger abu-abu yang nyaman menjadi pilihannya. Meski tampak sederhana, pilihannya itu tetap menunjukkan sisi gaya yang elegan. Tak lupa sebelum meninggalkan kamar, ia pun menyemprotkan parfum ke tubuhnya.

Tak banyak orang tahu, jika sebenarnya Sadewa itu adalah pria yang cukup pandai masak. Kebetulan malam ini perutnya sudah mulai lapar, sehingga ia pun segera beranjak menuju pintu. Meski banyak yang menganggapnya sibuk dengan segala urusan bisnis dan kegiatan sosial, Sadewa lebih memilih untuk memasak sendiri makan malamnya daripada membeli makanan diluar. Sebab, ia menyukai ketenangan di dapur, saat ia meracik bahan-bahan makanan dengan teliti dan juga menikmati prosesnya.

Sesaat setelah Sadewa keluar dari kamarnya, tubuhnya seakan membeku di tempat tatkala matanya menangkap sosok Maha yang sedang sibuk. Ada sesuatu yang menggoda dari cara gadis itu berdiri dan keringat yang menetes di kulitnya yang memberikan kilau alami yang menambah pesonanya. Rambut anakan Maha yang terurai begitu indah, jatuh bebas dengan sentuhan lembut yang seolah mencuri perhatiannya.

Pandang Sadewa kini tertumbuk pada kancing kemeja Maha yang sedikit terlepas, membiarkan bagian atas tubuhnya yang mulus terlihat. Tanpa sadar, matanya terperangkap dalam pemandangan itu. Ketegangan di dadanya semakin meningkat, sulit untuk dirinya mengalihkan pandangannya ke objek lain.

Sadewa tidak bisa menyangkal perasaannya saat itu. Sejujurnya, ia merasa gila karena daya tarik yang begitu hebat dari Maha. Semua yang ada pada diri gadis itu, mulai dari sikap hingga penampilannya, benar-benar sangat sempurna di matanya. Bahkan lebih dari itu, Maha terasa seperti sesuatu yang begitu langka, seperti keindahan yang sulit ditemukan.

Tidak ada wanita lain yang bisa membuat saya terpesona seperti Maha. Dia benar-benar tidak bisa saya abaikan begitu saja, Sadewa mengakuinya dalam hati. Maha, adalah seorang gadis yang sangat ingin Sadewa miliki sepenuhnya, bahkan jika hanya dalam diam.

1
Bunda Mimi
thor bab 21 dan 22 nya kok sudah tidak ada ya
Bunda Mimi: ok siap thor
Lucky ᯓ★: terimakasih atas dukungannya kak, dan mohon maaf jika nanti update ulang dengan isi yang sama. aku revisi karena biar lebih nyaman untuk dibaca, juga ini saran dari editor saya
total 4 replies
Wayan Sucani
Luar biasa
Wayan Sucani
Rasanya berat bgt
catalina trujillo
Bikin ketawa sampe perut sakit.
Lửa
Ngakak sampai sakit perut 😂
Kiyo Takamine and Zatch Bell
Asiknya baca cerita ini bisa buat aku lupa waktu
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!