NovelToon NovelToon
Benih Rahasia CEO Cassanova

Benih Rahasia CEO Cassanova

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Lari Saat Hamil / Single Mom / Ibu Pengganti / Crazy Rich/Konglomerat
Popularitas:6k
Nilai: 5
Nama Author: serena fawke

“15 menit, lakukan semuanya untuk membuatmu hamil dalam kurun waktu itu! Saya tidak menerima waktu lebih dari itu” Suara dingin dari seorang pria berhasil membuat wanita yang tengah berdiri gugup dengan pakaian renda tipis itu mematung.
Bau alkohol yang sangat keras menyeruak di indra penciumannya. Tidak pernah Layla sangka hidupnya akan berakhir seperti ini.
Menikahi siri dengan suami orang hanya untuk menyewakan rahimnya karena pasangan ini tidak bisa memiliki keturunan.
Tapi, apa katanya tadi? 15 menit untuk melakukan semuanya? Bagaimana bisa?
Melihat tak ada sahutan sama sekali dari wanita ini membuat pria itu menghela napas panjang dan hendak berbalik pergi, namun Layla, wanita itu menahan tangan pria itu.
“P-pak Saka…saya akan berusaha melakukannya dalam waktu 15 menit, asalkan Pak Saka bisa memberikan saya 300 juta setelah ini,” ujar Layla dengan suara yang bergetar, bahkan matanya tak berani menatap mata tajam nan dingin milik pria berkuasa yang ada di depannya ini.
Adisaka Tahta Hirawan, mendengar namanya saja sudah membuat Layla tertohok. Bagaimana tidak? Pria ini adalah salah satu pebisnis paling sukses yang diberkati dengan wajah tampan bak malaikat.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon serena fawke, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ch. 18

”Saka, ini pegawai yang tadi mengunci Layla di toilet.” Johan menunjuk pegawai yang kini sudah menunduk ketakutan, apalagi setelah Saka masuk atmosfer ruangan menjadi benar benar menegangkan.

Wajah Saka terlihat marah bukan main. Rahangnya mengeras dan sorot matanya sangat tajam. Entahlah apa itu murni karena marah dengan orang orang kurang ajar atau marah karena melihat Layla berbicara dengan mantan suaminya itu.

Yang pasti adalah, Saka benar benar murka saat ini dan tidak ada yang bisa selamat dari kemarahan pria ini.

Saka berdiri di tengah ruangan besar lantai sepuluh, dikelilingi para staf yang sengaja berkumpul setelah mendengar berita heboh tentang insiden Layla. Di hadapannya, tiga pegawai yang baru saja dituduh mengunci Layla di toilet berdiri dengan tubuh gemetar. Wajah mereka penuh ketakutan, tapi tak ada satu pun dari mereka yang berani membuka mulut terlebih dahulu.

Saka melangkah mendekati mereka, tangan di saku, tatapannya tajam menusuk. Ia tak perlu meninggikan suara untuk membuat udara di ruangan itu terasa dingin.

“Siapa yang memulai?” tanyanya singkat, suaranya datar tapi jelas membawa ancaman.

“P-pak Saka… Kami… Kami hanya bercanda,” salah satu dari mereka berani membuka mulut, meski suaranya nyaris tenggelam.

“Bercanda?” Saka menatap wanita itu dengan tajam, bibirnya melengkung tipis menjadi senyum penuh ejekan. “Menurutmu, membuat seseorang menangis ketakutan di kegelapan itu bercanda? Membiarkan seorang wanita terkurung selama satu jam, itu lucu?”

“Tidak, Pak! Kami tidak bermaksud—”

“Cukup,” potong Saka dengan suara dingin. “Saya tidak butuh alasan. Saya ingin jawaban. Siapa yang memulai?”

Ketiga orang itu terdiam, menunduk dengan wajah pucat. Salah satu dari mereka mencoba berbicara, tapi kata-katanya tercekat di tenggorokan.

Saka melangkah lebih dekat, suaranya semakin rendah namun tajam. “Kalian pikir saya tidak tahu? Ada kamera di setiap sudut gedung ini. Saya bisa melihat semuanya. Tapi saya ingin mendengar pengakuan langsung. Jadi, siapa?”

Wanita di tengah mulai menangis, tangannya gemetar memegang lengan bajunya sendiri. “S-saya, Pak…” akhirnya ia berbisik.

Saka mengangguk pelan, lalu melirik dua orang lainnya. “Dan kalian ikut-ikutan. Apa kalian tidak punya otak untuk berpikir sendiri, atau kalian hanya pengecut yang senang mengikuti kebodohan orang lain?”

“Pak Saka, mohon maafkan kami,” pria di sebelahnya mencoba memohon. “Kami tidak bermaksud menyakiti Bu Layla. Kami tidak tahu kalau—”

“Tidak tahu?” Saka memotong lagi, suaranya mulai naik satu tingkat. “Kalian bekerja di bawah perintah saya, dan saya tidak mempekerjakan orang yang tidak tahu perbedaan antara bercanda dan menyiksa. Kalau kalian tidak tahu, maka kalian tidak pantas ada di sini.”

“Pak, tolong… Beri kami satu kesempatan lagi…” wanita itu kini berlutut, air matanya mengalir deras.

Saka memandang mereka dengan ekspresi dingin, tak sedikit pun tergerak oleh tangisan atau permohonan mereka. “Saya tidak peduli tangisan kalian. Tidak ada tempat bagi kalian di perusahaan ini.”

Saka melirik Johan, yang berdiri di dekat pintu. “Panggil keamanan. Seret mereka keluar sekarang juga”

Ketiga orang itu langsung panik. “Pak Saka! Tolong, kami tidak punya pekerjaan lain! Kami mohon!”

Namun, Saka tidak bergeming. “Itu bukan urusan saya,” jawabnya singkat. “Hidup adalah tentang pilihan. Dan kalian memilih untuk melakukan hal bodoh. Jangan salahkan orang lain atas konsekuensinya.”

Ketika keamanan datang dan mulai menyeret ketiganya keluar, Saka memutar tubuhnya menghadap semua staf yang menyaksikan adegan itu. Pandangannya dingin, penuh wibawa.

“Dengar baik-baik,” katanya dengan nada rendah namun menggema di ruangan itu. “Jika ada di antara kalian yang berpikir untuk mencoba hal yang sama, kalian akan bernasib seperti mereka. Saya tidak akan memberi peringatan kedua.”

Ruangan itu sunyi senyap. Semua orang menundukkan kepala, tak berani menatap langsung ke arah pria yang kini terlihat lebih seperti raja daripada bos mereka.

Saka diam sejenak, memastikan semua orang memahami ancamannya, sebelum akhirnya berjalan menuju lift dengan langkah mantap. Johan mengikutinya dari belakang tanpa berkata apa-apa, sementara di belakang mereka, atmosfer tegang masih terasa menggantung.

Tidak ada seorang pun yang berani membicarakan insiden ini, tapi satu hal yang pasti: tidak ada yang akan pernah berani mengusik Layla lagi.

”Jo aku pulang sekarang, Meira berulah lagi nanti malam aku akan lembur.” Saka berucap pertanda meminta Johan tidak perlu mengikutinya lagi.

Johan menatap punggung sahabatnya itu dengan tatapan sendu. ”Entah sudah berapa lama hidupnya menderita seperti itu,” gumam Johan sembari menarik mengembuskan napasnya kasar.

**

Cahaya lampu di teras mansion menerangi Bugatti Chiron hitam yang baru saja berhenti. Saka melangkah turun dengan tenang, jas hitamnya tetap rapi meskipun perjalanan panjang baru saja dilalui. Penjaga dan pelayan yang berbaris rapi di sepanjang jalan masuk segera menunduk hormat.

“Selamat datang, Tuan,” suara mereka serempak, penuh kehormatan.

Tanpa banyak bicara, Saka hanya mengangguk tipis dan melangkah masuk ke dalam mansion. Sebelum sempat mencapai pintu utama, kepala pelayan mendekatinya dengan langkah tergesa. Ekspresinya tegang, seolah sedang membawa kabar yang sulit disampaikan.

“Tuan,” ucap kepala pelayan dengan nada rendah, “Nyonya Meira...”

Saka menghentikan langkahnya. Wajahnya tetap dingin, tapi sorot matanya tajam. “Diaman dia sekarang?” tanyanya singkat.

“Nyonya ada di ruang tamu. Kami sudah menyingkirkan semua barang yang mudah pecah sesuai perintah Anda, Tuan,” jawab kepala pelayan hati-hati. “Tapi Nyonya menemukan foto pernikahan Anda dan… membantingnya. Barang-barang lain juga ikut berantakan.”

Saka menarik napas panjang, lalu menghembuskannya perlahan. Rahangnya mengeras, tapi ia tetap melangkah masuk. Suara kaca pecah terdengar dari ruang tengah, diikuti oleh suara tangisan wanita.

“MAS! Sampai kapan aku harus begini?!”

Saka berhenti di ambang pintu ruang tengah, menatap kekacauan di depannya. Meira berdiri di tengah ruangan, napasnya memburu, dengan wajah merah karena marah. Foto pernikahan mereka tergeletak di lantai, kacanya pecah menjadi serpihan.

“Meira,” panggil Saka dengan suara rendah tapi tegas.

Meira menoleh, matanya yang berkaca-kaca menatap Saka penuh emosi. “Akhirnya pulang juga? Seperti biasa, kamu datang dengan wajah itu, dingin, seolah semua ini tidak penting!”

“Sayang, cukup,” potong Saka, langkahnya mendekat ke arah Meira. “Berhenti bergerak kamu bisa terluka,” lirih Saka.

Meira tertawa kecil, getir. “Aku sudah muak, Mas! Sudah bertahun-tahun aku mencoba! Semua cara sudah aku lakukan, tapi aku tetap mandul!”

Saka terdiam, menatap Meira tanpa ekspresi. Tangannya mengepal di sisi tubuhnya, tapi ia mencoba menahan amarahnya.

“Kamu tahu sendiri, Mas!” Meira melanjutkan dengan suara meninggi. “Kakekmu itu hanya peduli pada cicit! Kalau aku tidak bisa hamil, apa gunanya aku di mata keluarga besar ini? Warisan itu akan jatuh ke tangan orang lain!”

Saka berusaha mendekat hendak memeluk istrinya itu tetapi wanita itu mendorongnya cepat. ”Sudah berapa kali aku katakan, aku tidak ingin memiliki anak jika kamu tidak bisa. Aku tidak peduli tentang itu, aku suamimu, meira aku tidak masalah dengan kondisimu apa lagi yang harusnya kau pikirkan, hm?”

Meira menatapnya dengan mata terbelalak, seolah tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. “Kamu gak tau apa pura pura gak tau?cIni soal kehormatan kita! Kalau aku tidak bisa memberikan cicit untuk keluarga besar, Mas pikir aku akan tetap dihormati?”

Saka mendekat, langkahnya mantap meskipun pecahan kaca berserakan di lantai. Ia membungkuk untuk mengambil salah satu serpihan kaca besar di dekat kakinya, tapi pecahan itu melukai telapak tangannya. Darah segar langsung mengalir, namun ia tidak peduli.

”Sayang, berhenti mengkhawatirkan itu. Jika ini tentang uang aku benar benar menjamin kita tidak akan kekurangan, masalah kakek aku sudah mengatakan tolong beri aku waktu bukan? Kita barusaja kembali dari Amerika.”

Meira lagi lagi tertawa sinis seakan dialah yang paling menderita di dunia ini. ”Adikmu sebentar lagi akan kembali. Apa kamu akan diam saja melihat orang yang sudah membunuh orangtuamu menjadi ahli war—

”MEIRA!” bentak Saka tanpa ia sadari. Darahnya mendidih dan kesabarannya sudah habis tidak seperti dirinya yang biasanya sabar dengan tingkah istrinya ini. Tangannya mengepal dan rasanya seluruh tubuhnya bergetar.

Karena tak kuasa menahan amarahnya lagi dan takut melukai istrinya Saka langsung melenggang pergi darisana meninggalkan Meira yang menangis sendirian disana.

1
Rafly Rafly
farel bakal punya adik nih
Rafly Rafly
akhirnya adik Farrel mulai di proses /Drool/
kesyyyy
geregetan sama sakaa🤐🤐
Rafly Rafly
Luar biasa
Tri Wahyuni
semoga Farel bisa ketemu Shaka dgn tidak sengaja dn Shaka tau bhw dia mirip anak itu dn ternyata anak anak nya Layla
Tri Wahyuni
Shaka dh lebih baik kmu ceraikan Meyra dh g bisa punya anak matrialistik dn serakah ingin menguasai harta nya kake Abraham .perempuan g pengertian masi kmu cintai ...
Ma Em
Semoga Saka tdk bisa meninggalkan Layla dan menceraikan istrinya Meira apalagi setelah tau Layla punya anak dgn Saka
Ma Em
Saka kalau emang kamu mencintai Layla jgn berbuat semaunya karena Layla bkn wanita yg bisa dilecehkan Layla perlu uang bkn untuk foya foya karena untuk biaya anakmu sekolah semoga Saka segera mengetahui bahwa Saka punya anak dari Layla
Ma Em
Luar biasa
Ma Em
Semoga Saka segera mengetahuinya bahwa Saka mempunyai anak dgn Layla karena setelah Layla di fitnah dan diusir oleh istri pertama Saka Layla tdk memberi tau Saka bahwa Layla sdh mengandung
Juan Pablo Escamilla
Suka dengan gaya penulisnya
Nikma: Permisi kakak Author ...

Halo kak reader, kalau berkenan boleh juga mampir karya aku ya 'Kesayangan Tuan Sempurna'..
Terima kasih😊🙏
total 1 replies
Juguito De Frutifastastico Uwi
Nggak sabar nunggu kelanjutannya.
ciara_UwU
Author, kita fans thor loh, jangan bikin kita kecewa, update sekarang 😤
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!