WA 089520229628
Sebuah kisah tentang seorang istri yang dikhianati suami juga sahabat baiknya sendiri. Yuk mampir biar karya ini ramai kayak pasar global.
Karya ini merupakan karya Author di akun lain, yang gagal retensi. Dan kini Author alihkan di akun Hasna_Ramarta. Jadi, jika kalian pernah membaca dan merasa kisahnya sama, mungkin itu karya saya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hasna_Ramarta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3 Kepergok Akan Cek In
Sauza membelalakkan matanya, setelah dia berhasil menarik kaca mata dan masker perempuan seusianya itu. Rasanya ia tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.
"Kamu, Mira?" kejutnya dengan mulut menganga.
"Sauza."
Bima dan Mira berpekik menyebut nama Sauza bersamaan, mereka sangat kaget setelah kebersamaan mereka diketahui Sauza.
"Ke~kenapa kamu bisa berada di sini?" Bima bertanya dengan wajah tegang, sementara Mira melipir dan berdiri di belakang Bima, menghindari dari amukan Sauza. Saat ini saja mata Sauza sudah melotot ke arahnya.
"Harusnya aku yang bertanya, kenapa kamu ada di sini bersama dia? Bukankah Mas Bima mau keluar kota, tapi kenapa berada di hotel ini bersama dia? Apa kalian akan cek in dan melakukan perbuatan mesum di hotel ini?" tuding Sauza berpekik dan lantang sampai suaranya terdengar oleh orang-orang di sekitar hotel itu.
"Za pelankan suaramu. Itu tidak seperti bayanganmu. Kami ini sedang rapat. Perusahaan aku dengan perusahaan tempat dia bekerja sedang menjalin kerja sama, dan Mira salah satu perwakilannya," kelit Bima dengan wajah yang masih tegang.
Sauza tahu, Bima sedang berbohong padanya. Wajah tegang dan memerah seperti itu sudah bisa Sauza tebak, apa sebenarnya yang sedang disembunyikan suaminya.
"Bohong, kalian berbohong. Aku tahu kalian memang mau melakukan kerja sama, tapi kerja sama secara birahi." Sauza berteriak lantang sampai tamu-tamu hotel ada yang ikut keluar dan menyaksikan kemarahan Sauza.
"Sudah, diam. Nanti aku jelaskan." Bima meraih bahu Sauza dan merangkulnya agar istrinya itu diam. Tapi Sauza berontak dan berhasil menarik lengan Mira, lalu berkata tidak kalah lantang.
"Kamu juga Mira, kenapa kamu tega-teganya menusuk aku dari belakang? Padahal kamu tahu kita sahabatan. Tapi mengapa perlakuanmu seperti ini? Apakah kamu tidak laku sampai tega merebut suami sahabat sendiri? Aku menyesal, dari dulu aku selalu mengalah dan membela kamu jika kamu mendapat bullyan dari teman-teman kamu, kalau akhirnya pengkhianatan yang kamu balas," pekiknya sembari menjambak rambut Mira sekuat tenaga.
"Awwwww, sakit Za," teriak Mira menahan rambutnya yang ditarik Sauza.
"Sauza, lepaskan. Ini bisa menyakiti kepala Mira." Bima berhasil melepaskan tangan Sauza dari kepala Mira dibantu penghuni hotel.
"Diam, kamu. Dasar pengkhianat."
"Plakkk."
Tamparan keras mengenai wajah Bima. Sauza berlari mendekati grab dan memasukinya, lalu memerintahkan Pak Supir untuk keluar dari area hotel dan kembali ke rumah.
"Sauzaaa." Bima memanggil.
Sayang sekali teriakan Bima sama sekali tidak didengar Sauza, dia pergi bersama grab yang ditumpanginya.
Mira menatap kepergian Sauza dengan berbagai kecamuk rasa. Mukanya memerah karena menahan malu dilihat orang-orang.
"Mas, bagaimana ini? Kenapa sampai ketahuan Sauza, katanya kamu sudah sangat hati-hati?" protes Mira dengan muka sedih dan kecewa.
"Sudah, kita kembali ke rumah. Aku harus luruskan dan membujuk Sauza sebelum dia laporan sama Mama." Bima menuju mobil dan urung cek in di hotel itu. Mobilnya keluar dari halaman hotel. Para tamu hotel ikut bubar setelah kepergian mobil Bima.
Grab yang ditumpangi Sauza terus membelah jalanan kota itu menuju rumah Bima. Di dalam mobil, Sauza tidak henti menangis. Tapi dia masih sadar, nangis saja tidak cukup menyelesaikan masalah. Dengan cepat dia segera menghubungi Bu Jeny mama mertuanya untuk datang ke rumah. Karena Sauza tahu, Bima juga sedang dalam perjalanan dan kembali ke rumah.
Bu Jeny menerima panggilan dari Sauza dengan heran, karena suara Sauza diiringi isak tangis.
"Za, kamu kenapa. Kamu di mana?" Bu Jeny bertanya dengan risau.
"Kenapa Sauza, Ma?" tanya seorang pria muda yang wajahnya sekilas mirip Bima, dia tampan dan lebih muda dua tahun dari Bima. Dia **Jamal** adik kandung Bima yang dulu sebelum Sauza dijodohkan dengan sang kakak, Jamal sudah menyukai Sauza. Tapi sayang, cintanya tidak sempat ia ungkapkan. Sauza keburu dijodohkan dan menerima perjodohan dengan Bima sang kakak.
"Sauza menangis dan mengatakan bahwa dia memergoki perselingkuhan kakakmu dengan sahabatnya sendiri si Mira. Mama harus ke rumah Bima sekarang, sebab Bima juga menyusul dan pulang ke rumah setelah kepergok mau memasuki lobi hotel."
Jamal terkesiap.
"Jamal ikut, Ma." Bu Jeny dan Jamal bersiap dan keluar dari rumah, di depan pintu rumah, mereka berpapasan dengan **Pak Kavi**, papanya Jamal dan Bima.
"Ke mana kalian, seperti buru-buru?" tanya Pak Kavi penasaran. Bu Jeny dan Jamal hanya melambai dan bergegas menuju mobil Jamal yang terparkir, tidak lama mobil itu berlalu dan menuju rumah Bima yang jaraknya bisa ditempuh kurang lebih lima belas menit.
Sementara Grab yang ditumpangi Sauza sudah tiba di depan halaman rumah Bima. Sauza membayar ongkosnya sebelum turun.
"Terimakasih banyak, Pak," ucapnya seraya berjalan menuju gerbang.
"Sama-sama, Neng. Yang sabar, ya, Neng." Supir grab itu pun segera berlalu dari depan gerbang rumah Bima.
Tidak berapa lama, mobil Bima tiba dan segera masuk ke dalam gerbang mencegat Sauza yang akan menapaki teras.
Bima turun diikuti Mira. Bima meraih lengan Sauza dan menahannya. Bima sedikit lega, sebab di halaman rumahnya belum ada mobil orang tuanya, padahal tadi Bima sudah was-was bahwa Sauza akan segera menghubungi kedua orang tuanya, seperti masalah sebelum-sebelumnya Sauza memang sering melibatkan orang tua Bima jika mereka bertengkar.
"Tunggu dulu, biar Mas jelasin duduk masalahnya. Aku dan Mira tidak terlibat hubungan apa-apa selain bisnis. Sudah aku katakan di hotel tadi bahwa perusahaanku dengan perusahaan tempat Mira bekerja sedang menjalin sebuah kerja sama dan Mira salah satu utusannya."
Mendengar itu, Mira sedikit kecewa, maunya Bima langsung saja membeberkan apa yang sebenarnya terjadi.
"Tidak, kalian bohong. Kalian terlibat cinta dan kalian berdua sedang berkhianat di belakang aku. Kalian tega." Sauza terus menyangkalnya. Kini matanya beralih pada Mira, seketika emosinya meluap dan tangannya seakan sudah tidak tahan ingin menampar wajah sok melankolis dan imut itu.
"Kamu Mira, wajahmu yang sangat lembut dan melankolis itu rupanya hanya topeng belaka. Begini cara kamu menjadi seorang perebut suami orang, dengan berkata melas-melas dan wajah sok imut. Ternyata kamu iblis betina yang tega merusak sebuah nilai persahabatan," pekik Sauza lantang seraya berhasil mendaratkan tamparan di wajah mulus sok imut Mira.
"Awwww. Sakittt." Mira memekik seraya memegangi wajahnya yang terkena tamparan Sauza.
"Sauza, sekali lagi kamu gunakan tanganmu untuk menampar Mira, maka ...."
"Maka apa? Kamu mau balas tampar aku demi pelacur murahan seperti dia. Tampar saja, aku tidak takut," tantangnya seraya menyodorkan wajahnya ke hadapan Bima. Bima mengangkat jemarinya perlahan.
Tetes bening yang keluar dari mata Sauza sejenak meluluhkan Bima. Hatinya berdesir, wajah yang dulu sangat dia cintai dan tidak sanggup ia sakiti, tapi kini kenyataannya berbalik, Bima tega mengkhianati tulusnya cinta Sauza. Padahal Bima pun masih sama dan mencintai Sauza, tapi nafsu ternyata lebih menggoda imannya, terlebih dia tidak kuasa dengan Mira yang secara diam-diam sering menghubungi Bima dan menjerat Bima.
"Bima, apa yang akan kamu lakukan? Kamu mau menampar istri kamu?" Bu Jeny dan Jamal tiba-tiba datang dan menarik tubuh Sauza yang sudah pasrah jika tadi ditampar Bima.
Bima dan Mira terkejut dengan kedatangan Bu Jeny dan Jamal. Bima pasti tahu resiko setelah ini.
kenapa bisa seperti itu???
lebih baik berobat pak Kendra...
🤣🤣🤣🤣
Mira kau tak berkaca siapa dirimu, berapa lama jadi simpanan Bima, sebelum hamil kau dengan siapa?
Ukur baju orang lain jangan dengan ukuran tubuhmu, ya! Kau ingin memanasi Sauza, kan. Kutunggu, dengan setia.