Nadia melihat secara langsung perselingkuhan sang suami. Dan di antara keterpurukannya, dia tetap coba untuk berpikir waras.
Sebelum mengajukan gugatan cerai, Nadia mengambil semua haknya, harta dan anak semata wayangnya, Zayn.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kim.nana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22
Bab 22
Zayn berlari ke arah Daddy Steve dan masuk ke dalam gendongan pria itu. Mendekap erat seolah tidak ingin pisah.
"Stop! apa-apaan ini!!" Aslan sungguh tidak terima, dia coba meraih tangan Nadia untuk ditariknya.
Namun gagal karena Steve menghalangi.
"Cukup Aslan, Nadia dan Zayn mulai sekarang akan ikut dengan ku." balas Steve, Jacob kemudian turun dari dalam mobil itu juga. Mengamankan situasi andai Aslan lepas kendali.
"Bik, ayo ikut kami," ajak Steve pula.
Bik Narti memandang Nadia dan melihat sang majikan yang menganggukan kepala.
Aslan makin menggeleng, sungguh dia tidak memahami situasi macam apa ini. Bagaimana bisa semua orang yang ada di dalam hidupnya kini pergi meninggalkan dia begitu saja dengan pria asing.
Jelas Steve bukanlah orang yang ada di kehidupan keluarganya, lalu bagaimana mereka bisa memiliki hubungan seperti ini. Nadia dan Steve, Zayn dan Steve.
Pikiran Aslan benar-benar kacau.
Saat Nadia dan Steve mulai beranjak dari sana, Aslan pun bergerak cepat untuk menahan tapi kemudian dia dihadang oleh Jacob.
Mereka seperti hendak berkelahhi. Namun Steve tidak memperdulikan hal itu dan terus mengajak Nadia ada semua orang untuk segera masuk ke dalam mobil, termasuk bik Narti.
"Lepas! Jangan berani-beraninya kamu pergi meninggalkan rumah ini Nadia!!' Zayn adalah anakku!!!" pekik Aslan.
Dia hendak melayangkan sebuah pukulan keras di wajah Jacob agar pria ini menyingkir, tapi pukulannya begitu mudah ditepis oleh Jacob, dan Aslan malah mendapatkan pukulan balasan yang begitu keras.
BUGH!
saking kerasnya pukulan itu Aslan jatuh terjerembab ke lantai.
Dan di saat itu juga Jacob pun masuk ke dalam mobil, lalu melaju meninggalkan rumah tersebut.
"NADIA!!" teriak Aslan, namun percuma saja dia berteriak sekeras apapun.
"ZAYN!!"
Karena pada akhirnya mobil itu terus melaju hingga akhirnya keluar dari halaman rumah ini. Aslan mengacak rambutnya frustasi, tidak pernah ada dalam rencana hidupnya hal seperti ini akan terjadi.
Apa yang dia kira tidak akan pernah terlepas dari hidupnya ternyata kini pergi begitu saja, bahkan lebih menyakitkan saat melihat ada orang lain yang sudah menggantikan posisinya.
"ARGHT!!!" pekik Aslan.
Dalam kekacauan yang seperti ini sedikitpun dia tidak mengingat Cindy. Aslan merasa bukan hanya kehilangan anak dan istrinya tapi dia juga kehilangan harga diri.
Sementara itu di dalam mobil Steve. Jacob terus melajukan mobil ini dengan kecepatan sedang, tujuan mereka adalah mendatangi rumah utama milik Steve.
Zayn duduk di pangkuan ibunya.
Nadia yang coba menenangkan hatinya sendiri dengan berulang kali menari dan membuang nafasnya secara perlahan.
Dia merasa seperti wanita yang tak tahu malu, karena di saat paling terpuruk di dalam hidupnya dia malah berlindung pada pria lain.
Hatinya merasa ini tidak benar, rasanya lebih baik dia tidur di jalanan daripada harus mendatangi rumah sang tuan.
Tapi saat ini Nadia tidak hanya sendirian, dia membawa sang anak dan bik Narti sekaligus.
Nadia memeluk Zayn erat, tak mungkin tega membiarkan anaknya tidur terlonta-lonta di jalanan.
Air mata Nadia jatuh lagi, tapi sekarang buru-buru dia hapus.
"Mom, kita mau kemana? ke rumah Daddy Steve kah?" tanya Zayn, Nadia pun cukup tercengang ketika mendengar anaknya memanggil pria tersebut dengan sebutan Daddy.
Nadia masih diam, hingga Steve yang menjawab.
"Iya sayang, kita akan pulang ke rumah Daddy."