"Lari bangsat" Teriak Zayyan dengan nafasnya yang memburu
"Gua udah ga kuat" Natasya merasa oksigen di dadanya mendadak habis, semua karena Zayyan yang mengaggu anjing gila di jalan sehingga anjing itu mengejar mereka.
"ada pohon sya manjat" pekik Zayyan membuat gadis itu terperangah. Di pandangnya pohon yang menjulang itu,Natasya meneguk ludahnya yang terasa tercekat, bagaimana bisa ia memanjat pohon setinggi harapan ibu itu.
*((yang mau lanjut ayo kita gasss....))
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fata_morgana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#ULANG TAHUN PERUSAHAAN
Kini Dilara berdiri di halaman mansion besar milik keluarga nya. Menatap dalam bangunan itu untuk yang kesekian kali nya. Cukup lama Gadis itu berdiri disana, sampai pada akhirnya, seorang pembantu mansion mewah itu yang kebetulan lewat dari sana datang menghampiri Dilara yang masih tidak bergerak di tempat nya.
"Non Dila sudah pulang, mari non saya antar ke dalam"
Dilara menoleh ke arah pembantu itu, senyum wanita tua itu sangat lebar hingga kerutan di bagian wajah nya terlihat jelas Lantaran usia nya yang sudah tidak muda lagi. Meskipun begitu Dilara menyungging kan senyuman nya ke arah pembantu tersebut, wanita tua itu yang selama ini telah menjaga nya saat ia masih berusia beberapa tahun.
"Iya bi, Makasih"
ucap gadis itu membalas senyuman sang pembantu.
Dilara mulai melangkah kan kaki nya mengikuti langkah Pembantu nya itu. melewati halaman besar mansion hingga sampai pada pintu utama.
Disini Dilara sempat merasa ragu,takut bertemu dengan kedua orang tua nya yang terbilang cukup tegas dan konsisten.
Gadis itu memang sudah lama tidak tinggal di mansion keluarga nya. karena gadis itu lebih memilih tinggal sendiri di apartemen nya, dengan dalih agar bisa memfokuskan diri nya untuk belajar. Jadi tidak masalah bagi kedua orang tua nya Asal kan gadis itu mau belajar dan bisa menjadi penerus nya nanti.
"bibi hanya bisa antar sampai disini non, masih banyak kerjaan soal nya"
setelah mendapat anggukan dari dilara barulah wanita tua itu pergi.
Dilara menatap setiap Funiture ruangan tengah yang luas dan besar itu. Suasana nya masih terlihat sama sebelum gadis itu mulai tinggal di apartemen nya.
Tatapan gadis itu terhenti di saat bersitatap dengan Arga, papa nya yang sedang menuruni tangga dengan ponsel yang berada di telinga. Seperti nya pria itu sedang berbicara serius dengan orang di sebrang sana. karena Dilara yakin papa nya terlihat sibuk akhir akhir ini. Apalagi nanti malam adalah hari penting bagi papa nya.
"Pakok nya saya mau yang terbaik untuk acara ini"
"....."
"Baiklah kalo sudah saya tutup dulu"
setelah memasukkan benda pipih itu ke saku, lalu tatapan Arga tertuju ke arah Dilara yang berdiri di hadapan nya.
Pria itu menatap intens ke arah anak nya itu, membaca setiap ekspresi yang di tunjuki oleh gadis itu. Namun Dilara hanya menunduk ke bawah, menatap ujung sepatu nya sambil berharap papa nya tidak akan menghukum nya kali ini.
"Apa kamu sudah melakukan perintah papa?"
Tanya Arga langsung ke inti. Karena prinsip pria itu tidak suka berbelit belit. Pembawaan nya yang tegas dan keras mampu membuat Dilara tidak bisa berkutik di hadapan papa nya itu.
"A..aku..masih belum bisa bujuk Arkana pa"
chikk...
Arga berdesih sinis, cukup kesal dengan kinerja anak nya yang tidak becus itu. Padahal gadis itu hanya tinggal mengajak Arkana untuk datang ke acara nya saja, tapi gadis itu tidak bisa melakukan nya.
"Kamu memang tidak pernah bisa melakukan apapun perintah papa, padahal apa susah nya mengajak Arkana untuk menghadiri acara papa hah..."
Dilara memejam erat kedua mata nya, takut hanya untuk sekedar melihat ke arah Arga. Walaupun pria itu tidak pernah main tangan terhadap nya, namun tetap saja gadis itu merasa wanti-wanti tiap kali pria itu merasa marah.
"Ma...maaf pa..., Arkana bilang dia sibuk, jadi ga sempat buat datang ke acara papa"
jawab gadis itu dengan sisa sisa keberanian yang masih tersisa.
"Percuma, kamu juga tidak bisa melakukan nya, sekarang tugas kamu adalah bersiap untuk acara nanti malam, ingat jangan bikin malu papa dengan tingkah kamu"
"Masalah Arkana biar papa yang urus, Papa pastikan dia akan menghadiri acara papa"
Setelah mengatakan hal itu, kemudian Arga berjalan melewati Dilara. Gadis itu menghela nafas berat nya. Ternyata cukup lelah jika terus melakukan hal serupa setiap hari nya.
Dipaksa untuk selalu menjadi sempurna, berprestasi, serta menjadi siswa yang paling unggul. Namun memiliki semua itu tidak dapat membuat gadis itu meras senang bukan terkadang membuat gadis itu merasa frustasi.
"Semua ada akhirnya"
guman gadis itu pelan, lalu melanjutkan langkah nya menuju kamar nya yang berada di lantai dua.
***
MALAM PESTA
Dengan dress panjang selutut membaluti tubuh ramping Dilara dengan bagian bawah yang terbelah hingga sebatas paha, membuat nya terekpos sempurna. Kadang mampu membuat siapa saja bisa tertarik dengan tampilan gadis itu malam ini.
"Kamu cukup cantik malam ini babe, cukup beruntung orang yang dapat bersanding dengan mu malam ini"
Ucap seorang wanita yang kebetulan adalah seorang kolega bisnis Arga. Penuturan nya baik seperti wanita pada umumnya.
Sedangkan Dilara, gadis itu hanya tersenyum menatap ke arah wanita paruh baya itu. Nyatanya ia cukup muak berhadapan dengan orang tua seperti ini.
"Mari kita kesana sambil menunggu pembukaan"
Ucap Ella mama nya Dilara yang kebetulan juga berada di sana. Lalu mereka berlalih ke tempat duduk di mana nanti akan di mulai oleh sang pemilik acara.
***