Aira harus memilih di antara dua pilihan yang sangat berat. Di mana dia harus menikah dengan pria yang menjadi musuhnya, tapi sudah memiliki dirinya seutuhnya saat malam tidak dia sangka itu.
Atau dia harus menunggu sang calon suami yang terbaring koma saat akan menuju tempat pernikahan mereka. Kekasih yang sangat dia cintai, tapi ternyata memiliki masa lalu yang tidak dia sangka. Sang calon suami yang sudah memiliki anak dari hubungan terlarang dengan mantannya dulu.
"Kamu adalah milikku, Aira, kamu mau ataupun tidak mau. Walaupun kamu sangat membenciku, aku akan tetap menjadikan kamu milikku," ucap Addriano Pramana Smith dengan tegas.
Bagaimana kehidupan Aira jika Addriano bisa menjadikan Aira miliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kegalauan Addrian
Addrian masih tampak gusar di kamarnya. Dia mencari ponselnya dan mencoba menghubungi adiknya.
"Halo, Ken."
"Kakak! Kenapa baru sekarang menghubungiku? Aku susah sekali menghubungi Kak Addrian. Kakak ada di mana?"
"Aku ada di suatu tempat."
"Apa Kakak sedang diculik oleh salah satu mantan kekasih kamu?" suara Kenzo terdengar serius.
"Apa? Diculik? Siapa yang diculik?"
"Oh ...! Aku kira Kakak diculik karena tidak bisa aku hubungi sama sekali."
"Dasar! Jangan asal bicara kamu. Ken, aku mau tanya, kamu sekarang ada di mana?"
"Aku sedang ada studi tour di suatu tempat. Memangnya kenapa?"
"Ya sudah kalau begitu. Aku masih ada urusan penting."
"Kak, tunggu!"
"Nanti aku transfer uang jajan untuk kamu."
"Wah! Terima kasih, Kak." Kedua mata Kenzo langsung berbinar.
"Ya sudah kalau begitu." Addrian mengakhiri panggilannya.
"Eh, Kak Addrian, ada yang mau aku katakan tentang Aira? Kenapa langsung ditutup?" Kenzo tampak bingung.
Addrian menghampiri pintu kamarnya yang dari tadi diketuk oleh sahabatnya, siapa lagi kalau bukan si bangsul Rico.
"Kamu lama sekali membuka pintunya? Ada siapa sih? Mainan baru ya?" Rico mencoba mengintip siapa yang berada di dalam kamar Addrian.
Tangan Addrian dengan cepat mendorong tubuh Rico menjauh. "Tidak ada siapa-siapa. Kamu ada apa ke sini?"
"Jangan bohong? Kamu sedang berdua sama Seryl? Dia bodynya benar-benar mengagumkan." Wajah Rico tampak gemas sendiri.
"Dasar bangsul! Nanti kalau aku sudah memutuskan dia kamu boleh mengambilnya. Kalau dia mau."
"Hem! Bangsul. Aku tidak tidak tertarik dengan orangnya. Aku hanya tertarik dengan tubuhnya."
"Kamu lebih bangsul." Mereka berdua malah tertawa.
"Addrian, bagaimana kalau malam ini kita pergi ke club malam yang ada di lantai atas. Aku yakin kamu pasti suka. Aku dengar ada beberapa mahasiswa cantik yang sedang studi tour di sini. Siapa tau nanti malam aku dapat kenalan anak kuliahan."
Addrian terdiam sejenak, dia tidak menjawab, malah dia berjalan masuk ke dalam kamarnya.
"Kamu kenapa? Ingat sama si gadis lugu nan polos kamu itu?"
Addrian menuangkan minumannya dan sekali lagi meneguknya sampai gelasnya kosong.
"Aira ada di sini," ucapnya sambil merebahkan tubuhnya dengan kesal di atas tempat tidurnya.
"Apa? Kamu serius? Bagaimana bisa dia ada di sini? Apa dia sedang berbulan madu dengan suaminya? Wah parah ini."
"Dia sedang studi tour, dan aku yakin Dewa juga pasti akan menyusul istrinya itu ke sini."
"Jadi, anak-anak kuliah yang studi tour di sini itu dari kampusnya Aira? Berarti ada Noura juga?"
"Begitulah," jawab Addrian santai.
Tiba-tiba terdengar suara tawa besar dari Rico. "Eh bangsul? Apa yang kamu tertawakan?" Addrian melempar sahabatnya dengan bantalnya.
"Aku membayangkan hati kamu yang hancur berkeping-keping melihat kemesraan musuh kamu dengan gadis yang beberapa hari sudah menggangu tidur kamu, yang kamu cintai."
"Aku tidak cinta dengan Aira. Aku hanya--?" Addrian bingung mau bicara apa?
"Iya, tidak cinta, hanya kamu tergila-gila dengan Aira. Akhirnya kamu menemukan pawangmu." Rico mengusap-usap kepala sahabatnya.
"Brengsek! Keluar dari kamarku!"
Rico senang bisa menggoda sahabatnya itu karena baru kali ini dia melihat sahabatnya yang galau gegara seorang gadis.
"Addrian, nanti kamu harus ikut anak-anak ke club malam." Addrian tidak menjawab. "Daripada kamu sedih sendiri, lebih baik kamu ikut saja. Aku nanti akan menyusul kamu."
"Iya, aku akan ikut. Sekarang kamu keluar saja dulu, aku mau tidur dulu. Kepalaku agak pusing."
"Keluarkan saja jika pusing." Rico berjalan keluar dengan terkekeh.
Di dalam kamar Aira. Niana sedang menunggu Aira selesai berbicara dengan mamanya Dewa.
"Ya sudah, Tante. Kalau begitu sampaikan salam sayang Aira sama Om dan Mas Dewa." Aira mengakhiri panggilannya.
Aira merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Niana yang berada di sana ikut berbaring di samping Aira.
"Ai, aku benar-benar kaget melihat kak Addrian ada di sini."
"Aku malah kesal bisa bertemu dia di sini?"
"Jangan sampai ucapan aku menjadi kenyataan ya, Ai." Niana melihat pada Aira serius.
"Ucapan yang mana?" Kedua alis Aira mengkerut bingung.
"Kalian sebenarnya jodoh," ucapnya lirih.
"Niana! Jangan bicara hal yang tidak mungkin. Aku mau tidur saja karena kepalaku agak pusing."
"Kamu sakit?" Niana memegang dahi Aira. "Tidak demam, atau kamu jangan-jangan demam karena tadi bertemu si devil."
Aira menutup kepalanya dengan bantal. "Si devil memang virus bagiku," ucapnya.
Malam tiba, semua teman-teman Aira berkumpul di restoran bawah. mereka berada di satu meja panjang di sana.
"Hari ini aku ingin kita semua menuliskan apa yang kalian rasakan selama berkuliah di kampus kesayangan kita itu."
"Isi tulisan yang kalian tuliskan akan kami baca dan nanti ada hadiah kejutan untuk kalian."
"Wah! Seru ini," jawab Niana.
"Karena besok kita tidak ada kegiatan, malam ini kita akan membuat permainan yang pastinya menyenangkan dan ada hadiah yang akan diberikan oleh Kak Danu yang paling ganteng sejagat antariksa." Semua di sana tertawa dengan senangnya.
Dari Kejauhan, terlihat dua orang sedang sibuk berbicara sambil menatap tajam ke arah gadis yang sedang mendengarkan Sasa berbicara. Tampak tatapan matanya tidak menyukai gadis yang sedang dilihatnya itu.
"Hari ini akan aku buat dia menangis darah karena sudah benar-benar membuatku kesal."
"Memangnya kamu sudah menyiapkan rencana apa untuk gadis tidak tau diri itu, Ra?"
"Aku akan membuat Aira kehilangan mahkotanya dan yang mengambil adalah orang yang diam-diam terobsesi padanya, tapi Aira sama sekali tidak tau."
"Kamu serius mau melakukan hal seperti itu, Ra?"
"Tentu saja. Aku akan membuat image tentang si gadis sok baik dan lugu itu akan hancur dengan kejadian ini." Noura melihat dengan tersenyum miring pada Hany.
"Aku juga ingin tau bagaimana reaksi kedua orang tua Aira serta kekasihnya jika tau Aira sudah tidak virgin lagi karena selingkuh dengan pria lain."
"His-bisa Aira dibuang oleh mamanya jauh dari dunia ini." Mereka berdua tertawa dehgan jahatnya
Aira sedang duduk di samping Niana, dan mereka tampak sibuk menuliskan apa yang mereka rasakan selama berkuliah di kampusnya. "Boleh kasih bocoran tidak apa yang kamu tulis, Ai?"
Aira tampak kaget tiba-tiba Kak Danu ada di belakang Aira. "Nanti saja Kak Danu baca sendiri semua keluhan bahkan pujian yang sedang lainnya tulis."
"Aku penasaran dengan apa yang seorang mahasiswi terbaik dikampus ini
tuliskan tentang perasaannya pada kampus."
"Aku pasti menuliskan hal yang baik, Kak. Bagaimanapun juga aku memilih kampus ini karena banyak orang-orang yang berhasil meraih mimpinya. Dosen dan sistem pengajar di sini aku suka sekali."
"Tidak perlu kamu tulis, Ai. Kamu sudah jelaskan semuanya." Niana meringis. Aira wajahnya agak kaget.