kisah ini bercerita tentang gadis muda berusia 21 tahun bernama Alya, Alya terpaksa menerima tawaran menikah dari dosen kampusnya yang usianya 37 tahun bernama Rafa, Rafa meminta Alya mengandung anaknya karena istrinya tidak bisa memberikan keturunan. lambat Laun benih cinta diantara mereka mulai tumbuh, dari sinilah timbul masalah baru, istri sang dosen tidak rela suaminya membagi cinta dengan alya. dapatkah Rafa mempertahankan dan membuat Alya di akui sebagai istrinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Daisha.Gw, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bermalam
Alya terbangun di jam seperti biasa, pertama kali ia menatap punggung pria yang tadi Malam terus saja memeluknya, seakan enggan melepaskan, Alya menggulung asal rambutnya, sebenarnya Alya ingin membangunkan Rafa untuk sholat subuh, tapi ia takut, takut mendapat bentakan lagi dari pria itu
Selesai mandi, alya bersiap melaksanakan sholat dan melakukan aktifitas seperti biasanya, memasak untuk sarapan.
sudah menunjuk pukul 7 lewat 10 menit, Rafa Belum bangun juga, padahal hari ini, pria itu ada jadwal. dengan sangat amat terlambat dan sedikit ragu, alya kembali ke kamar untuk membangunkan suaminya
"mass ... kamu gak ke kampus yaa, sudah jam 7 lewat Lo, bukannya pagi ini kamu ada kelas pagi yaa"
"mas" terdengar eluhan dari Rafa,
"jam berapa?" tanya Rafa dengan suara serak
"mau setengah delapan mas, kamu gak ke kampus"
"kamu sudah siap ke kampus" bukannya menjawab, Rafa malah balik bertanya
"belum, aku berangkat siangan hari ini, aku sudah masak, mas mau sarapan di sini atau di rumah mbak Naila"
"di sini, saya langsung berangkat dari sini juga"
"ya udah, mas makan dulu aja, aku mau ke pasar sebentar, sekalian beli tes kehamilan"
"gak usah, biar saya yang urus semua kebutuhan kamu, kamu cuman perlu tulis apa aja yang kamu butuhkan, nanti ada orang yang akan mengantarkannya ke sini" Alya hanya mengangguk mengiyakan
...
"Saya sudah pesankan semua kebutuhan yang kamu perlukan, Saya berangkat dulu"
"iya mas hati hati " uluran tangan Alya di abaikan Rafa, pria itu melangkah dengan bahu yang tetap tegap, bahkan Rafa tidak mengucapkan salam.
sepeninggal Rafa, Alya membersihkan rumah nya, sebelum berangkat ke kampus, kelas pertamanya akan di mulai di Jam 10 pagi, jadi Alya ada waktu luang sebelum berangkat.
panggilan masuk dari Azzam mengalihkan perhatian atensi Alya, keningnya berkerut bingung, kepentingan apa yang membuat azzam menelponnya sepagi ini.
"waalaikumsallam, Kenapa zam"
"Al, gw boleh minta tolong nggak"
"iya, minta tolong apa zam, kalo gw bisa pasti gw tolongin" Alya menarik satu kursi makan untuk ia duduki
"temenin gw buat nyari kado ultah buat Ade gw". tanpa wanita itu lihat, azzam menahan detak jantung tak karuan, di sebrang sana, begitu juga dengan Alya, ada debaran jantung saat mendengar suara dari pria itu, sesaat ia menggeleng menyadarkan diri, dari sesuatu yang tidak pantas ia lakukan, mau bagaimana pun Alya sekarang adalah seorang istri untuk Rafa, tidak pantas rasanya memiliki rasa berbeda untuk pria lain di saat statusnya sudah jelas yaitu seorang istri, walaupun Alya tau hubungan mereka berdua tidak lah se formal itu, Alya hanya ingin menjaga Marwah nya sebagai istri.
"all" panggilan azzam menyadarkan Alya dari lamunannya "
"ii--iya zam"
"jadi gimana Lo bisa temenin gw nyari kado buat adik gw sebelum ke kampus "
"emm" Alya ingin menolak, hanya saja tidak enak, ini kali pertama azzam meminta bantuannya, sedangkan pria itu sudah banyak membantunya.
"iya zam bisa, ketemu di mana"
"entar gw yang jemput Lo" senyuman bahagia terlihat jelas dari raut tampan pria bertubuh tegap itu
"eh eng---enggak usah zam, biar kita janjian aja mau ketemu di mana"
"ok, ya udah, nanti gw serlok lokasinya "
"iya zam, gw tutup dulu yaa, mau siap siap "
Azzam mengangguk, padahal Alya tidak bisa melihat anggukan nya itu"
"iya Al, assalamualaikum"
"waalaikumsallam"
....
"kamu ngapain ke sini nai" Terlihat jelas ke prustasian dari pria itu, kedatangan sang istri sungguh mengganggu pekerjaan nya, Naila terus memintanya keluar dari kelas, padahal Naila tau, Rafa sangat tidak suka di ganggu saat belajar
"Mas Kemana tadi malam, Kenapa ninggalin aku gitu aja, biasanya mas bakalan bujuk aku kalo marah, ini mas justru ninggalin aku, tega banget kamu mas" air mata wanita itu turun
"apa karena sekarang mas sudah punya ---"
"nae ... mas gak ingin berdebat sepagi ini, mending kamu pulang, mas harus ngisi materi, nanti mas pulang kita bicarakan di rumah "
"enggak, aku gak mau, aku perlu penjelasan mas sekarang "
terdengar jelas pria itu menarik nafas prustasi, seperti apa ia harus menghadapi kelakuan istrinya yang berubah semenjak ia menikah lagi, apa Naila merasa di saingi oleh Alya, padahal Naila yang terus meminta Rafa menikah
"mas harus ngajar, nai" ucap Rafa selembut mungkin
"pulang yaa, nanti kita omongin di rumah "
"mas jawab dulu, mas pulang ke rumah istri muda mas itu" sesaat Rafa menutup mata, kemudian mengangguk
"tega banget kamu mas, baru satu bulan kalian menikah, mas sudah kaya gini, gimana kalo 1 tahun ke depan, apalagi saat anak itu mengandung nanti, bisa bisa mas lupa dengan namaku, aku menyesal meminta mas menikahi wanita itu" ucap Naila dengan air mata berderai .
"nai, sebenarnya mas gak ngerti kemarahan kamu, sampai kamu datang ke kampus, kamu tau kan mas paling gak suka diganggu saat ngajar, tapi kamu justru bersikap ke kanak Kanakan kaya gini "
"mas bilang aku ke kanak Kanakan, mas Bercanda... mas ngomong kaya gitu karena anak itu kan, mas.bela istri muda mas" Naila berdiri dengan tatapan nyalang penuh emosi menatap Rafa,
"yang minta mas nikah lagi Siyapa nai, kamu kan yang minta " Rafa membuka kancing bajunya yang paling atas, ruangan kantor nya panas, padahal pendingin sudah menyala
"IYAA AKU YANG MINTA, TAPI BUKAN UNTUK MENJADIKAN NYA YANG KE-DUA DAN MELUPAKAN AKU, MAS"
"NAILAA" bentak Rafa tidak kalah kencang
"Pending kamu pulang sekarang, ini kampus, mas gak mau terjadi keributan yang gak kita inginkan, mas mohon kamu ngerti" Rafa berusaha dengan kuat menahan emosi nya agar tidak tumpah lagi, ia raih jass yang tersampir di punggung kursi, memilih keluar dari ruangan nya, meninggalkan sang istri yang sudah kembali duduk di kursinya.
"mass" panggilan itu tidak Rafa hiraukan, agak kencang pintu ia tutup
...
sedangkan di tempat lain, Alya tidak bisa menahan degupan jantungnya saat berjalan beriringan dengan azzam, mereka tidak hanya berdua, azzam juga mengajak Jihan, takut Alya tidak nyaman jika mereka hanya berdua saja.
"jadi Lo mau beli apa buat Tasya zam"
"menurut kalian apa yang paling cewe suka"
"mahar" celetuk Jihan dan menyenggol bahu sahabatnya menggoda, di balas senyuman azzam, azzam paham maksud dari Jihan
"sekarang juga bisa sih jih, tinggal tunggu si cewe siap atau belum" balas azzam dengan saling lempar pandang dengan Jihan, Alya merasa kurang nyaman dengan obrolan mereka, bukaannya ke ge'er hanya saja Alya merasa obrolan mereka di arahkan padanya, alya berdehem.
"Ayo cepat, kita harus ke kampus, sebentar lagi jam 10, gw ada kelas"
"ayoo zam, tu ceweknya mulai salah tingkah" Jihan masih saja menggoda.
...
terlalu asik memilih hadiah, Jihan dan Alya hampir saja telat masuk ke dalam kelas pertama, setelah kelas pertama di lanjutkan dengan pelajaran dosen yang berstatus sebagai suami Alya, Rafa.
Alya terus menunduk tidak berani menatap dosen berwibawa di depannya, Rafa tidak henti hentinya menatapnya, Alya jadi takut akan kemarahan pria itu, entah apa lagi yang membuat pria itu menatap nya setajam itu.
tapi Kenapa ya like' nya dikit ya