Beberapa orang tidak percaya adanya reinkarnasi. Tetapi inilah yang di alami seorang Angel Zhao. Bukan! lebih tepatnya perpindahan jiwa.
Angel Zhao mendapati dirinya bangun di tubuh wanita bernama Julia Brasco. Gadis polos dan lemah yang juga meninggal akibat kecelakaan. Gadis yang ada di mobil yang menjadi lawannya.
Angel dan Julia yang sama-sama menjadi korban keserakahan, sama-sama korban penghianatan, dan sama-sama menjadi korban penjebakan.
Angel yang bodoh dan naif membuat seluruh keluarganya menanggung penderitaan. Penyesalan yang begitu besar membuat Angel meminta pada yang kuasa untuk memberikannya kesempatan sekali lagi.
Angel yang menginginkan kehidupannya lagi, menempati tubuh Julia yang sudah menyerah dengan hidupnya sendiri.
Angel berusaha untuk memperbaiki hidupnya lewat tubuh Julia.
Dia akan melakukan semua, meski harus menjadi boneka dari pria kaya yang menjadi suami kontraknya. Pria inilah yang mengantarkan Angel kepada pembalasan dendamnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sanggar Indah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Batalkan Saja Pertunangan Kita
Julia menginat momen haru saat keluarga pamannya terkejut melihat kehadiran Ben di rumah kecil mereka. Keluarga itu tampak bahagia, dan dia hanya bisa melihat dari balik kaca mobilnya. Dia memang sengaja tidak turun dengan alasan ada banyak hal yang harus dia lakukan.
Dia memutuskan untuk pulang ke rumah. Dan lagi-lagi dia dikejutkan saat ada beberapa mobil di halaman rumahnya. Rumahnya tampak sedikit ramai. Banyak pertanyaan di benaknya, namun dia tetap mulai melangkah. Entah mengapa dia memilih jalan pintu belakang dan bukan pintu utama.
Samar, dalam perjalanan melewati taman belakang, dia mendengar suara rengekan manja. Hal itu membuat langkahnya melambat, mengendap endap seperti pencuri. ya...dia saat ini sedang mencuri dengar.
"Apakah sakit?"
"Sayang, kau harus memberinya pelajaran saat bertemu nanti."
Julia makin memperdalam pendengarannya dengan makin mendekati suara-suara itu. Pada akhirnya dia mendapati sebuah pemandangan yang indah. Di sebuah bangku taman, dia bisa melihat Janet tengah menangis manja di depan seorang pria. Dan pria itu dengan sangat hati-hati mengusap pundak Janet. Tatapan Julia mendidih, saat tahu pria itu adalah Jordan kekasihnya, calon tunangannya.
"Sayang.." rengek Janet manja. "Apa kau benar-benar belum bertemu dengannya?"
Sudut bibir Julia terangkat, dia berdiri tenang dan sedikit penasaran dengan jawaban Jordan. Mereka baru bertemu pagi ini di kampus. Dia ingin tahu apakah Jordan akan jujur pada janet.
Namun mengejutkan. Jordan menggeleng pelan. "Aku belum bertemu dengannya."
Janet bernafas lega. Sebenarnya dia sedikit khawatir karena perubahan Julia akhir-akhir ini. Tanpa sadar dia menggigit bibir bawahnya. "Itu, kurasa dia sedikit berbeda. Julia terlihat sedikit berbeda." ujar Janet gugup.
Jordan yang mendengar itu setuju, tapi dia memilih diam tak mengucapkan apapun. "Apa maksudmu?"
"kau akan bertemu dengannya. Dia berubah menjadi sangat cantik."
"Benarkah? tanya Jordan santai. "Lalu kenapa jika dia berubah? Aku akan tetap mencintaimu. Tak perduli seberapa perubahannya atau secantik apapun dia, tetap tak akan secantik dirimu. Dia tak akan berguna tanpa harta yang dimilikinya."
Mendengar sanjungan itu, kedua pipi Janet bersemu merah. Dia menunduk malu dan bersandar di dada Jordan. "Apakah kalian akan benar-benar bertunangan?"
Jordan mengelus rambut Janet dengan lembut. "Sayang, aku harus melakukan itu untuk menjalankan rencana kita kan? Kau tenang saja, setelah menikahinya maka aku akan segera membereskannya."
"Tetap saja aku cemburu."
"Kita harus bertahan untuk rencana kita." ucap Jordan memberi harapan.
Janet mengangguk mengerti. Rencana mereka tidak boleh gagal. Semua harusnya berjalan lancar. Tapi dia tetap khawatir dengan perubahan Julia akhir-akhir ini.
"Apakah pertemuan keluarga sudah mulai?" tanya Janet kembali mengingat sesuatu.
Jordan melihat jam di pergelangan tangannya. "Ini baru setengah delapan. Kurasa sebentar lagi akan mulai. Apakah Julia sudah pulang?"
Janet menaikkan bahunya tanda tak perduli. "Aku berharap dia tidak pulang. Pertemuan keluarga ini, harusnya aku yang ada di sana. Karena yang sebenarnya kita yang saling mencintai."
Tatapan janet penuh iri saat mengingat tujuan pertemuan keluarga ini. Pertunangan Jordan dan Julia akan segera dilaksanakan. Hatinya tak bisa menerima pria yang dicintainya akan bertunangan dengan sepupunya sendiri.
"Semua hanya formalitas saja sayang..kau tahu itu." Jordan mencoba untuk menghibur. Dia menarik tubuh Janet dan memeluknya.
Sedangkan di tempat tersembunyi, Julia masih berdiri dan tersenyum tipis mendengar percakapan mereka.
jadi pria ini tak bicara jujur pada Janet bahwa dia telah bertemu dengannya? Lalu pertemuan keluarga? Kenapa dia baru tahu hari ini.
Dia melangkah tanpa menahan kakinya hingga derap langkahnya sudah pasti terdengar. Dia sengaja mengabaikan keberadaan Jordan dan Janet. Sehingga mereka berdua tergagap karena terkejut dengan kehadirannya. Tapi baginya itu bukan masalah yang besar, dia seorang artis sebelumnya, dan akan sangat bodoh jika dia tidak menggunakan semua hal yang didengarnya untuk membatalkan rencana pertunangan mereka.
"Ju..Julia," ujar Jordan terbata. Dia dengan keras mendorong tubuh Janet dari pelukannya hingga gadis itu terhuyung ke belakang beberapa saat.
Tatapan terkejut juga datang dari janet. Dia menyeimbangkan tubuhnya dan merapikan gaunnya yang sedikit berantakan. Tersenyum lembut dan menyapa Julia dengan ringan. "Sepupu, kau sudah pulang? Aku tak tahu kau akan lewat sini. Biasanya kau--"
"Apakah aku butuh ijinmu untuk lewat sini?" potong Julia dingin. Matanya menatap Janet tajam dan merubah ekspresi wajahnya dengan penuh luka. Seakan dia telah teraniaya. "Aku mendengar semuanya. Kalian..Kalian--"
"Julia,' Potong Jordan cepat. Dia bergerak mendekati Julia namun gadis itu mundur ,menjauh.
"Jordan, aku melihat semuanya. Aku mendengar semuanya." ujar Julia lirih. Wajahnya tampak pucat dan tersiksa. Seakan-akan dia benar-benar telah tersakiti. "Aku melihat kalian berpelukan dan..dan--" ujarnya sengaja tak dilanjutkan. Tubuhnya bergetar seakan hatinya terguncang hebat dan tidak menerima kenyataan yang telah diketahuinya.
"Julia itu tidak seperti yang kau lihat." Sanggah Jordan meraih tangan Julia. "Aku bisa menjelaskannya semuanya."
"Sepupu, Jordan benar. Kau pasti salah. Kami hanya mengobrol ringan."
Janet pikir itu akan membantu, tapi dia tak menyangka bahwa itu akan menjadi jalan bagi Julia. Julia menatap Janet lama, seringai tipis sesaat namun tergantikan oleh tatapan penuh luka.
"Janet," Panggil Julia cukup keras. Tangannya menghempaskan tangan Jordan dan menjauhi Jordan. Tatapannya mengunci Janet dan Jordan secara bergantian. "Apa maksudmu? Apakah kalian pikir aku sangat bodoh dan mudah dibohongi? Kalian jelas berselingkuh di belakangku!!"
"Julia,"
"Julia,"
Seru Jordan dan Janet secara bersamaan. Keduanya panik saat air mata Julia turun tak tertahankan. Gadis itu bahkan menunduk dan mencoba menghapus air matanya. Tubuh kurusnya bergetar dan kesakitan. Begitu terlihat rapuh dan hancur.
"Julia sayang," panggil Jordan dengan lembut. "Dengarkan aku, ini tidak seperti yang kau tuduhkan. Kami benar-benar...kami tidak seperti itu." ujarnya terus membela diri.
Tak ada yang tau bahwa Julia yang sedang menunduk tengah tersenyum licik sepintas. Lalu dia merubah lagi ekspresinya, dia mendongakkan kepalanya dengan ekspresi sedih. Menatap Jordan, dan berucap dengan tegas.
"Jordan, mari kita batalkan semuanya. Aku tak ingin menikah denganmu. Bukankah pagi ini sudah kukatakan kalau aku ingin kita mengakhiri semuanya!"
Mendengar itu mata Janet terbelalak. Kata 'tadi pagi' memperjelas semuanya. Bahwa Jordan sudah bertemu dengan Julia. Dia sudah tak dapat menahan ekspresi gelapnya saat Jordan tak merasa bersalah karena membohonginya. Rasanya ia ingin melenyapkan Julia sekarang juga.
"Julia, itu tidak bisa. Keluarga kita telah bertemu sekarang. Dan itu untuk mengikat kita dalam pertunangan. Berhenti bercanda. Aku benar-benar tidak memiliki hubungan dengan Janet.
"Itu mudah, ganti saja gadis yang akan ditunangkan denganmu. Karena aku tidak akan merubah keputusanku. "Jordan...kita berakhir sampai di sini!"
Rekomen banget buat jadi Bacaan yg menarik disimak 👍👍👍👍🤩🤩🤩🤩🤩