NovelToon NovelToon
Prajurit Perang Di Dunia Sihir

Prajurit Perang Di Dunia Sihir

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Anak Genius / Perperangan / Penyeberangan Dunia Lain
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: Sapoi arts

Letnan Hiroshi Takeda, seorang prajurit terampil dari Kekaisaran Jepang selama Perang Dunia II, tewas dalam sebuah pertempuran sengit. Dalam kegelapan yang mendalam, dia merasakan akhir dari semua perjuangannya. Namun, ketika dia membuka matanya, Hiroshi tidak lagi berada di medan perang yang penuh darah. Dia terbangun di dalam sebuah gua yang megah di dunia baru yang penuh dengan keajaiban.

Gua tersebut adalah pintu masuk menuju Arcanis, sebuah dunia fantasi yang dipenuhi dengan sihir, makhluk fantastis, dan kerajaan yang bersaing. Hiroshi segera menyadari bahwa keterampilan tempur dan kepemimpinannya masih sangat dibutuhkan di dunia ini. Namun, dia harus berhadapan dengan tantangan yang belum pernah dia alami sebelumnya: sihir yang misterius dan makhluk-makhluk legendaris yang mengisi dunia Arcanis.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sapoi arts, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pertarungan dalam Keheningan

Gerobak melaju pelan di jalan setapak yang berkelok-kelok, dikelilingi pepohonan rimbun dan suara burung yang berkicau.

Hiroshi menatap jalanan yang dilalui gerobak, memperhatikan suasana di sekelilingnya. Beberapa penumpang mulai berbincang-bincang, suaranya penuh tawa.

“Eh, lihat lelaki itu,” salah satu penumpang, seorang wanita paruh baya, berbisik kepada temannya sambil menunjuk Hiroshi. “Dia terlihat seperti pahlawan dari cerita!”

Hiroshi hanya tersenyum dalam hati. Apakah aku terlihat begitu berbeda? Namun, di dalam pikirannya, dia merasa terasing, seakan berada di dunia yang tidak sepenuhnya bisa dia pahami.

Penumpang lain yang duduk di sampingnya, seorang pemuda dengan rambut ikal, mulai berbicara. “Hey, kau dari mana? Pakaianmu terlihat sangat... unik,” tanyanya sambil tersenyum ramah.

Hiroshi menggeleng, merasa bingung. Dia tahu bahwa dia tidak bisa berbicara dalam bahasa ini, tetapi dia merasakan niat baik dari pemuda itu. Bagaimana aku bisa menjelaskan tanpa kata-kata?

Melihat Hiroshi hanya terdiam, pemuda itu melanjutkan, “Ah, tidak apa-apa! Aku cuma penasaran. Namaku Alden. Kau sepertinya pendatang di sini.”

Pendatang, pikir Hiroshi. Mungkin itu sebutan yang tepat untuknya. Dia mengangguk pelan, meskipun tidak mengerti apa yang dikatakan.

Sementara itu, Hiroshi melanjutkan mengamati sekelilingnya. Di pinggir jalan, dia melihat wanita tua menjajakan sayuran segar, sementara anak-anak berlari-lari, bermain tanpa beban. Suasana desa ini memberi kesan damai dan sederhana, jauh dari kehidupan perang yang telah dia jalani sebelumnya.

Di sebuah sudut jalan, dia melihat sekelompok pria berbadan kekar yang sedang berlatih bertarung.

Mereka menggunakan pedang kayu, bergerak dengan cepat dan terampil. Hiroshi merasa tertarik dan ingin mendekat, tetapi dia tetap berada di tempatnya, mengamati dengan seksama.

“Wow, mereka benar-benar hebat!” Alden berseru. “Kau tidak ingin bergabung, kan?”

Hiroshi menggeleng, menahan senyum. Aku mungkin bukan orang yang mereka butuhkan.

“Eh, apa kau bisa berkelahi?” Alden bertanya lagi, antusias. “Dengan senjata itu, aku yakin kau hebat!”

Hiroshi merasakan dorongan untuk memberi tahu bahwa dia adalah jenderal, namun kata-kata itu tidak bisa keluar. Sebaliknya, dia hanya mengangkat bahu, menampakkan keraguannya.

Alden tertawa, “Yah, mungkin kau hanya ingin berlatih sendiri, ya? Itu juga bagus!”

Dengan tatapan serius, Hiroshi kembali memperhatikan pria-pria yang berlatih. Mereka bergerak dengan ketangkasan yang membuatnya teringat pada latihan yang pernah dia lakukan di masa lalu.

Apakah mereka tahu tentang pertempuran sebenarnya? dia bertanya-tanya.

“Sepertinya kau punya pengalaman,” Alden melanjutkan, “atau kau hanya ingin mengamati?”

Hiroshi menatap pemuda itu sejenak, lalu mengangguk. Mengamati adalah langkah pertama, mungkin.

Setelah beberapa saat, gerobak berhenti di pinggir jalan. Hiroshi merasa perlu untuk menjelajahi lebih jauh, mungkin mencari tempat untuk beristirahat atau menemukan informasi tentang dunia ini. Dia mengangguk kepada penumpang lain dan melangkah turun, merasakan tanah yang kokoh di bawah kakinya.

Lingkungan sekitar memberi kesan kehidupan yang aktif, dengan suara pekerja yang sibuk di ladang dan aroma masakan yang menggugah selera.

Hiroshi menghela napas dalam-dalam, mencoba menangkap semua sensasi ini. Dia berjalan menyusuri jalanan, mengamati bangunan-bangunan, merasakan ketegangan di antara orang-orang yang berinteraksi.

“Jika kau butuh bantuan, cari aku!” Alden memanggilnya sebelum Hiroshi melangkah jauh. “Aku akan ada di sini!”

Hiroshi hanya melambaikan tangan, merasakan kehangatan dari niat baik pemuda itu. Dia tahu bahwa setiap langkah yang diambilnya di sini akan membawanya lebih dekat pada pencarian jati diri dan mungkin juga membantu orang-orang di sekelilingnya, meskipun dengan cara yang tak terduga.

Dengan tekad yang kuat, Hiroshi melanjutkan langkahnya, siap menghadapi segala kemungkinan yang mungkin muncul.

____

Hiroshi melanjutkan perjalanan malamnya, meninggalkan desa kecil di belakang. Suasana malam ini menawan, dihiasi cahaya bintang yang berkelap-kelip di langit. Namun, keindahan itu tidak bertahan lama.

Dari kejauhan, suara melengking serigala terdengar, memecah keheningan malam. Suara itu tenang, namun ada nuansa yang mengancam.

Gerobak yang dia naiki bergerak maju dengan lambat, saat itu dia merasakan ketegangan yang meningkat di udara. Di sisi jalan, bayangan hitam melintas dengan cepat. Dalam sekejap, segerombolan makhluk muncul di bawah cahaya bulan—manusia serigala.

Makhluk-makhluk itu memiliki tubuh kekar, bulu hitam berkilau, mata merah menyala, dan gigi tajam yang terlihat mengancam. Hiroshi merasakan ketegangan dalam udara, seolah-olah energi malam ini mengalir dari makhluk-makhluk itu.

____

Hiroshi berdiri di sudut gerobak, matanya terpaku pada wanita yang melangkah dengan tegas menghadapi manusia serigala. Dia mengenakan topi sihir yang besar dan mantel berkibar, seolah-olah dia adalah protagonis dari sebuah cerita petualangan yang luar biasa.

“Dia tampak percaya diri,” pikir Hiroshi, tidak bisa menahan rasa ingin tahunya. “Namun, siapa sebenarnya dia?”

Seorang manusia serigala melompat maju, mengeluarkan geraman yang mengguncang malam. Wanita itu tidak gentar. Dengan lincah, dia melambaikan tongkatnya, dan Hiroshi mendengar dia mengucapkan sebuah mantra,

“O Calen, lathron na marth!”

Hiroshi mengerutkan keningnya. “Mantra? Apa ini? Seperti dalam dongeng atau buku cerita...”

Kilatan cahaya keemasan melesat ke arah manusia serigala, dan Hiroshi terkesima melihat makhluk itu terjatuh ke tanah.

“Kekuatan yang aneh dan tidak logis,” gumamnya dalam hati. “Tapi, ini nyata?”

Dia mengamati dengan seksama saat wanita itu melanjutkan pertarungannya.

“Sihir? Kenapa tidak ada yang membahas tentang ini di medan perang?” pikirnya, merasa bingung.

Wanita itu mengangkat tongkatnya lagi. “Perisai air! Glîr a naur!” suaranya menggema, dan sepertinya semesta bergetar mengikuti perintahnya. Sebuah perisai transparan muncul, melindungi mereka dari serangan manusia serigala lainnya.

“Perisai? Sangat praktis!” Hiroshi tidak bisa menahan kekagumannya. “Apa semua penyihir memiliki kemampuan seperti ini?”

Saat wanita itu maju, Hiroshi merasakan dorongan untuk ikut berpartisipasi. Namun, dia lebih memilih untuk mengamati, tidak ingin mengganggu momen dramatis yang sedang berlangsung.

“Sepertinya lebih baik aku tidak ikut campur,” batinnya, tetap terpesona oleh pertarungan yang aneh ini.

Dia bisa melihat bagaimana wanita itu berkomunikasi dengan sihirnya, dan satu lagi manusia serigala berusaha menyerangnya.

“Hervennë! Pahlawanku, bangkitlah dan berjuang!” Wanita itu memanggil, dan dari tanah muncul bayangan yang berkilau, siap bertarung.

Hiroshi mendengus.

“Ini seperti sesuatu yang keluar dari cerita dongeng. Apa ini semua nyata?” Dia merasa terjebak dalam dunia yang tidak pernah dia kenal sebelumnya.

Melihat pertarungan dengan penuh perhatian, dia berkomentar pada dirinya sendiri.

“Menggunakan sihir untuk melindungi diri... Ini jelas bukan cara berperang yang diajarkan di akademi militer.”

Saat pertarungan semakin intens, Hiroshi hanya bisa mengamati.

“Jika ini adalah peperangan, kenapa ada sihir? Kenapa tidak ada peluru dan strategi?” Semua ini bertentangan dengan setiap pelajaran yang pernah dia terima.

Ketika wanita itu berhasil mengalahkan satu manusia serigala lagi, Hiroshi tidak bisa menahan senyum.

“Hebat sekali! Namun, sepertinya dia lebih beruntung daripada pintar,” ujarnya, hampir tertawa melihat betapa mudahnya wanita itu mengalahkan makhluk yang seharusnya mengancamnya.

Hiroshi terus memperhatikan, merasa bingung dan terpesona oleh aksi-aksi sihir yang tidak bisa dia mengerti sepenuhnya.

“Apakah aku benar-benar berada di dunia yang berbeda? Ini sangat aneh...”

Pertarungan berlanjut, dan Hiroshi tetap berada di sana, menyaksikan setiap momen dengan rasa ingin tahu yang terus meningkat. Dalam hatinya, dia bertanya-tanya,

“Apa yang akan terjadi selanjutnya? Dan bisakah aku benar-benar menyesuaikan diri dengan semua ini?”

1
Yurika23
mampir ya thor
Yurika23: siap kak
Sapoi arts: Tentu @Yurika23 , terima kasih atas support-nya! Akan mampir juga 😊
total 2 replies
si Rajin
keren, penulisannya juga rapih
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!