NovelToon NovelToon
Babysitter-ku Maduku

Babysitter-ku Maduku

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Poligami / Selingkuh / Penyesalan Suami
Popularitas:2.3M
Nilai: 4.9
Nama Author: Aysha Siti Akmal Ali

Ketabahan Arini benar-benar diuji. Selama 6 tahun menikah, Arini tidak juga dikaruniai seorang anak dalam rumah tangganya bersama Dodi Permana. Hinaan, caci maki dan perlakuan tidak adil selalu ia dapatkan dari Ibu mertuanya.

Namun, Arini tetap tabah dan sabar menghadapi semuanya. Hingga sebuah badai besar kembali menerpa biduk rumah tangganya. Dodi Permana, suami yang sangat dicintainya berselingkuh dengan seorang wanita yang tidak lain dan tidak bukan adalah Babysitter-nya sendiri.


🚫 Warning! Cerita ini hanya untuk Pembaca yang memiliki kesabaran tingkat dewa, sama seperti tokoh utamanya. Cerita ini memiliki alur cerita ikan terbang yang bisa membuat kalian kesal 💢 marah 💥 dan mencaci maki 💨😅 Oleh sebab itu, jika kalian tidak sanggup, lebih baik di skip saja tanpa meninggalkan hujatan buat othor, yeee ...

❤ Terima kasih ❤

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aysha Siti Akmal Ali, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 33

Arini berjalan menuju dapur. Ia ingin mengambil air minum di sana. Ketika melewati ruang televisi, ia melihat Bu Nining dan Anissa tengah asik berbincang di ruangan itu sambil sesekali tertawa kecil.

Tanpa disengaja, Anissa melihat ke arah Arini yang ternyata juga sedang melihat ke arahnya. Anissa segera memalingkan wajahnya seolah ia tidak pernah melihat Arini dan kembali melanjutkan perbincangannya bersama Bu Nining.

Arini pun meneruskan langkahnya hingga akhirnya ia pun tiba di ruangan itu. Arini menghampiri Bi Surti yang sedang asik mempersiapkan bahan-bahan yang akan ia masak untuk makan malam nanti.

"Bi," sapa Arini kepada Bi Surti sembari meraih sebuah gelas dan mengisinya dengan air mineral yang ada di despenser.

"Non Arini," balas Bi Surti. Wanita paruh baya itu menatap lekat wajah kusut Arini sambil menautkan kedua alisnya.

"Non, kenapa wajah Non Arini kusut begitu?" tanya Bi Surti kemudian.

Arini membawa gelas air minum tersebut ke meja makan dan kemudian ia pun duduk di sana sembari meneguk minumannya. Setelah puas meminum minumannya, Arini meletakkan gelas tersebut ke atas meja makan.

"Bi Surti, duduklah. Aku ingin bercerita sama Bibi," ucap Arini sembari menepuk sebuah kursi kosong yang ada di sampingnya.

"Baiklah, Non." Bi Surti melepaskan pekerjaannya kemudian duduk di sana, sama seperti perintah Arini.

"Bi, tadi aku sempat memergoki Anissa menari-nari di dalam kamarku sambil memeluk serta menciumi kemeja Mas Dodi. Menurutku itu sangat aneh, Bi. Namun, kata Ibu mertuaku, aku lah yang terlalu lebay menanggapinya. Sebab menurut Anissa sendiri, ia melakukan itu hanya karena iseng dan tidak ada maksud apapun. Apa menurut Bibi aku memang lebay?" tanya Arini.

Bi Surti membelalakkan matanya ketika mendengar penuturan Arini. "Astaga, Non! Benarkah itu?" pekiknya. "Kalau menurut Bibi, Non Arini tidak salah. Mungkin jika Bibi berada di posisi Non Arini, Bibi pun akan merasakan hal yang sama seperti yang dirasakan oleh Non Arini saat ini."

"Jadi ... aku tidak terlalu berlebih-lebihan 'kan, Bi?" tanya Arini lagi.

"Tentu saja tidak, Non Arini. Hmm, sekarang ketakutan Bibi menjadi kenyataan. Sejak pertama kali Anissa tiba di rumah ini, Bibi sudah memiliki firasat yang tidak baik. Tetapi Bibi tidak berani mengatakannya kepada Non Arini. Bibi takut dibilang sok tahu," tutur Bi Surti.

Arini menghembuskan napas berat. Ya, dia ingat, Bi Surti pernah mewanti-wanti dirinya soal Anissa. Namun, ia tidak menggubrisnya waktu itu.

"Apa aku salah jika aku merasa cemburu, Bi? Jujur, aku cemburu. Aku takut Anissa mempunyai perasaan lain terhadap Mas Dodi," lirih Arini.

Arini menutup wajahnya dengan kedua tangan. Tubuhnya bergetar sesaat, tetapi beberapa detik berikutnya, ia kembali membuka tangannya. Terlihat Arini tengah menyeka buliran bening yang sempat merembes di kedua sudut matanya.

"Yang sabar ya, Non. Semoga itu tidak akan pernah terjadi," ucap Bi Surti sembari mengelus punggung Arini.

Arini tersenyum sambil menatap Bi Surti. "Terima kasih sudah bersedia mendengarkan keluh kesahku, Bi. Aku ke kamar dulu, takutnya Azkia sudah bangun," ucap Arini yang kemudian bangkit dari posisi duduknya.

"Ya, Non."

***

Beberapa jam kemudian.

Terdengar suara mobil Dodi memasuki pekarangan rumah mereka. Arini bergegas menghampiri jendela dan mencoba mengintip di sana. Ternyata benar, Dodi baru saja tiba. Setelah selesai memarkirkan mobilnya, Dodi bergegas masuk ke dalam rumah. Ketika melewati ruang televisi, langkah lelaki itu terhenti karena Bu Nining memanggilnya.

"Dodi! Kemarilah, Nak!" panggil Bu Nining yang ternyata masih duduk di sana bersama Anissa.

Dodi berbalik, tatapannya langsung tertuju pada Anissa yang kini tersenyum manis kepadanya. "Ada apa, Bu?"

"Kemarilah, ada yang ingin Ibu bicarakan sama kamu. Ini penting," ucap Bu Nining lagi.

Dodi pun tidak punya pilihan. Ia berjalan menghampiri Bu Nining kemudian duduk di samping wanita yang sudah melahirkannya itu. "Aku harap ini bukan tentang Arini, Bu. Aku sedang malas membahas masalah apapun itu jika berhubungan dengan istriku," jawab Dodi sambil memasang wajah malas.

Bu Nining meraih tangan Dodi dengan erat agar anak lelakinya itu tidak bisa pergi. "Sayangnya ini memang tentang Arini. Tapi, dengarkanlah sebentar saja, Ibu mohon!"

Dodi menghembuskan napas kasar. Ternyata benar, apa yang ingin dibicarakan oleh Ibunya adalah tentang Arini. Dodi benar-benar malas kalau sudah menyangkut soal Arini. Karena ia yakin apa yang akan ia dengar dari Bu Nining hanyalah tentang kejelekan istrinya.

"Baiklah. Apa?" jawab Dodi dengan malas.

"Begini, Dod. Apapun yang akan Arini bicarakan padamu setelah ini, Ibu harap kamu tidak akan mempercayainya. Istrimu itu sedang kacau, ia tidak bisa membedakan mana yang bercanda dan mana yang serius. Mungkin itu efek kelelahan, karena ia baru saja selesai membantu Bu Ria berkemas rumah," tutur Bu Nining dengan wajah serius menatap Dodi.

"Maksud Ibu apa?" tanya Dodi heran. Ia tidak mengerti apa yang dimaksud oleh Bu Nining saat itu.

"Masuklah ke kamarmu dan kamu akan tahu apa maksud Ibu. Pokoknya hanya satu yang Ibu minta, jangan percaya kata-katanya. Istrimu itu sedang kacau karena efek kelelahan," lanjut Bu Nining.

Dodi bangkit dari posisi duduknya kemudian melenggang sambil menggelengkan kepala. "Ah, Ibu. Ada-ada saja," gumamnya sambil melangkah menuju kamarnya.

...***...

1
Putra Perdana
Luar biasa
Khay le
Semangat arini..
Lilijani Martini
betul ibu Yen Margaret, seharusnya laki2 yg berkhianat kena tulah , tp kenyataan nya malah kebalikan , merasa dirinya hebat ,
🔵❤️⃟Wᵃf‌🇸‌‌🇦‌‌🇷‌‌🇦‌‌🇸‌①
baru sadar Doni yang mandul BKN arini
Ira
Dulu pas pembagian otak dimana ya suci kok bodoh..
Erina Munir
takdir ...meureeuun
Dewi Dama
lanjutttt....semangat...
Dewi Dama
sedih bangat..kasian Arini...lebih bsik di ceraikan sy thoorrr...
Dewi Dama
Luar biasa
Dewi Dama
iyaa.. thoorrr...bagus...jln cerita nya juga bagus kok...
Dewi Dama
semangat thorrr...
Nina Pudjiastuti
diawal cerita aja udah Bombay.
penasaran nih kita /Grin//Grin/
Nur Lailaljk00 Khamarudin
hendra sama suci aja.
£rvina
kena juga tuh c ikan asin/Yawn/
£rvina
dimata hendra kamu kaya ikan asin, yg mau biasanya kucing liar n kucing kampung. klo kucing2 mahal gak mau ikan asin /Facepalm//Tongue/
£rvina
Luar biasa
£rvina
gemes deh sama bumer satu ini, pengen tak cubit ginjalnya/Cleaver//Hammer/
Ahsin
drpd sakit hati trs knp gak berpisah sj arini
Viaa
*tersungging
Dyah Oktina
hendra kasih yg gadis dong thor...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!