Wanita Tangguh-Ku

Keluarga Weni dan Tamara masih berbincang dengan bahagia disana.

Bahkan Anggara yang terkenal dingin, kaku dan pendiam terlihat sangat akrab dan juga mulai mendekati Weni.

"Ehemm, apa ini Putra kalian yang saat itu lahir?" tanya Bunda Kirana.

"Benar, Nyonya" jawab Mommy Yunita.

"Ishhh panggil Kirana saja" kesal Bunda dengan wajah masam nya.

"Yasudah saya manggil Mbak saja, gapapa?" tanya Mommy Yunita terkekeh.

"Lebih baik" jawab Bunda dengan tersenyum.

"Ohh iya, kamu sudah besar nak. Saat kamu lahir aku pernah berbicara untuk menjaga Putri ku kelak" ucap Bunda Kirana lirih.

Weni memandang Bunda nya dengan heran, lalu ia ingin membuka mulut sudah di tahan oleh Ayah nya.

"Jadi, saat Yunita melahirkan Putra nya, saat itu Bunda belum hamil dan Bunda ingin sekali cepat hamil serta memiliki Putri. Hingga 1 tahun kemudian, Bunda hamil dan setelah melahirkan ternyata benar bahwa Bunda memiliki Putri yang sangat cantik" jelas Sang Ayah

"Bunda juga pernah berpesan pada Putra Yunita, ya walaupun dia masih bayi tapi entah kenapa Bunda yakin sekali dengan dia.

Bunda menyuruh dia tumbuh dengan kuat, gagah dan hebat agar kelak bisa menjaga kamu" lanjut Bunda Kirana.

Sedangkan Anggara, Yunita dan Paris. Mereka hanya diam mendengarkan saja, mereka akan menerima semua keputusan dari Keluarga Cokro.

"Nak, jika Bunda meminta mu untuk menjaga nya kembali apa kamu mau?" tanya Bunda Kirana pada Anggara.

"Tentu aku mau, Tante. Jika Putri Tante tidak keberatan" jawab Anggara tegas.

Lalu Bunda Kirana menatap Weni dengan pandangan sendu nya.

"Nak, mau kan? Sebenarnya Bunda ingin kalian menikah" ucap Bunda Kirana tiba-tiba

"Tapi Bunda, Bunda sendiri tahu bukan kalau aku adalah janda" lirih Weni menundukan kepala nya.

"Itu bukan masalah, jika kamu mau saya akan secepat nya menikahi mu, bukan karena saya dan keluarga saya berhutang budi padamu ataupun Bunda kamu menyuruh saya menjaga mu,.

Karena memang saya suka dan sudah jatuh cinta pada mu pada pandangan pertama" ungkap Anggara dengan serius dan yakin.

Weni menatap bola mata yang memancarkan ketulusan, ke yakinan dan serius itu.

"Baiklah, aku akan menerima nya. Aku akan belajar untuk memulai nya dari awal kembali.

Tetapi aku minta, pernikahan yang sembunyi dan biarkan aku kuliah dan berdiri sendiri tanpa bantuan kalian" jawab Weni dengan tegas.

"Jika itu mau mu, maka aku akan penuhi" balas Anggara tak kalah tegas.

"Aku ingin membuktikan pada mereka, bahwa aku bukan wanita lemah dan r*ndah" ucap Weni dengan memandang tajam pada luar jendela.

"Saya harap kamu bisa menjaga Putri ku, dulu Kakak saya telah berkorban untuk keselamatan nya dan sampai saat ini, mereka belum aku temukan" ucap Ayah Cokro

"Ayah tenang saja, aku akan menemukan mereka dan akan memberikan mereka pelajaran" ucap Weni dengan emosi yang tinggi.

"Saya harap, ini semua tidak akan bocor kemana-mana dan Putri saya akan tetap aman.

Besok saya akan pulang dan tolong jaga dia untuk kami, anggap saja ini balasan yang aku minta dari kalian" ucap Ayah Cokro dengan serius.

"Maaf, apa kalian mencurigai seseorang?" tanya Daddy Paris.

"Ya, dan saat ini dia sedang memasang muka yang menyesal dan baik-baik saja" jawab Ayah Cokro

"Aku harap kalian bisa melindungi Weni, dia hanya harta kita satu-satu nya" pinta Bunda Kirana dengan sendu.

"Tenanglah Tante, kami akan menjaga nya dan tidak akan mengecewakan kalian" balas Anggara tegas.

"Maaf, Tuan" sela Asisten Rega.

"Ada apa Rega?" tanya Anggara datar.

"Di bawah ada salah seorang pengunjung yang ingin masuk kesini dengan bersikeras" jawab Rega dengan wajah serius.

"Baiklah, kamu tahan sebentar kami sudah mengerti" ucap Ayah Cokro.

Lalu mereka berpisah kembali tempat duduk dan tidak seperti orang yang sudah saling kenal.

Hingga akhir nya beberapa pengunjung datang dan salah satu nya adalah anak buah dari Anggara, dia menyamar sebagai klien nya.

Weni dan Kedua Orangtua nya bangkit dari duduk nya dan berlalu dari sana.

Mereka akan pulang karena hari sudah sore.

"Ayo kita pulang" ajak Weni pada Ayah dan Bunda nya.

"Ayo, Bunda juga akan membereskan barang untuk besok pagi" balas Bunda Kirana.

Mereka melangkah keluar dengan wajah yang berbinar, Weni bahkan terus saja bermanja dengan Bunda nya.

"Ayah yang nyetir ya" ucap Weni dengan cengengesan.

"Baik Tuan Putri" balas Ayah dengan membungkukan badan nya.

Weni tertawa renyah, lalu mereka pergi dengan mobil tersebut.

Di sepanjang jalan, Weni terus saja memeluk sang Bunda dengan hangat. Dia seolah takut akan kehilangan nya.

Dan sesampai nya di Rumah, mereka langsung masuk ke dalam.

"Uhhhhh lelah sekali" gumam Weni.

"Bersihkan dulu tubuh mu, Nak. Setelah itu baru istirahat" ucap Bunda Kirana.

"Iyaa, Bun. Aku ke kamar duluan ya" pamit Weni

Bunda dan Ayah menganggukan kepala nya, lalu mereka duduk di sofa yang ada disana.

"Akhir nya kita menemukan orang yang tepat untuk menjaga, Weni" ucap Bunda memejamkan mata nya.

"Ya, aku harap mereka bisa menjaga dan melindungi nya. Aku rasanya lega sekali" balas Ayah

"Apa semua nya sudah selesai? Kita bisa memberikannya besok pada Weni" tanya Bunda dengan serius.

"Sudah, besok sebelum pergi kita berikan pada dia dan anak buah ku akan menjaga nya dengan ketat" jawab Ayah tegas.

Bunda lalu bangkit dari duduk nya, ia akan membersihkan tubuh nya dan di teruskan dengan masak untuk makan mala.

Sedangkan Ayah, dia masih duduk disana dengan sejuta pikirannya.

"Nak, kamu pergi untuk bahagia. Dan kebahagian itu akan hadir sebentar lagi" gumam Ayah Cokro tersenyum.

Lalu ia juga pergi masuk ke kamar nya. Entah kenapa hari itu mereka terasa sangat tidak ingin berjauhan walaupun dalam rumah.

Malam hari nya, mereka sudah berkumpul di ruang makan.

Weni bahkan makan dengan lahap karena sang Bunda memasakan makanan kesukaannya.

"Setelah ini, ada yang ingin Ayah bicarakan pada mu, Nak" ucap Ayah pada Weni.

"Iyaa Ayah" balas Weni patuh.

Setelah selesai, mereka kembali kumpul di ruang tamu, Ayah masuk ke kamar sebentar untuk mengambil sesuatu.

"Ada apa sih, Bun?" tanya Weni penasaran.

"Tunggu saja Ayah mu" jawab Bunda tersenyum.

Hingga tak lama kemudian, Ayah datang dengan membawa map di tangannya.

"Tandatangani ini dulu, nanti Ayah jelaskan" ucap Ayah pada Weni.

Weni hanya bisa patuh saja, setelah semua nya di tandatangani, Ayah menutup kembali map tersebut.

"Ini semua adalah hak kamu dan sudah menjadi milik kamu. Simpanlah dengan baik, Ayah harap kamu tidak menolak nya" ucap Ayah tegas.

"Perusahaan biar orang-orang Ayah yang mengendalikannya, tetapi kamu harus ikut turun tangan jika kuliah mu sudah selesai" ucap nya kembali.

"Simpan baik-baik" ucap Bunda dengan serius.

"Baiklah, aku akan menjaga dan menyimpannya" balas Weni yakin.

"Besok, Asisten Ayah akan menemui mu di kampus sebagai teman" ucap Ayah

Weni menganggukan kepala, meski dia bingung tetapi dia tidak ingin bertanya yang akan membuat Ayah dan Bunda nya sedih.

.

.

.