Dua pasangan sedang duduk di ruang tamu, dihadapan mereka terdapat handphone dan foto yang menjadi saksi dari linunya hati seorang istri.
"Kamu tega mas, kita udah hampir 15 tahun bersama dari sekolah sampai sekarang, apa aku sama sekali tidak ada artinya untuk kamu mas?." Kata Rani sambil terus menangis.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon siwriterrajin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
6
Setelah dua hari berada di rumah sakit akhirnya Rani diperbolehkan pulang.
Aditya sedang membantu Rani mempersiapkan kepulangannya dari rumah sakit.
"Sayang, aku mau urus administrasi sebentar ya." Kata Aditya lalu meninggalkan ruangan.
"Iya mas." Jawab Rani.
Setelah menunggu Aditya beberapa menit akhirnya Aditya kembali ke kamar rawat Rani.
"Ayo sayang kita pulang, proses pemulangannya udah beres." Kata Aditya sambil menenteng ransel di tangan kanannya.
"Iya ayo." Kata Rani dengan senang.
Aditya dan Rani menuju ke mobil mereka yang berada di parkiran.
Setelah sampai di parkiran Aditya membukakan pintu untuk Rani dan mempersilahkan Rani untuk duduk di sampingnya.
Setelah berada di dalam mobil Aditya mulai membuka percakapan.
"Ade mau mampir beli sesuatu dulu?." Tanya Aditya lembut.
"Mau beli buah boleh?." Tanya Rani manja.
"Bolehh kita ke supermarket ya." Kata Aditya mulai menjalankan mobilnya.
Selama dalam perjalanan Rani selalu meletakan kepalanya di bahu suaminya.
"Kamu kalau ada sesuatu yang menganggu langsung bilang sama aku, curhat sama aku, jangan dipendam sendiri." Kata Aditya member saran.
Rani tak menjawab dan malah mengalihkan topik.
"Kamu nggak kerja hari ini mas?." Tanya Rani.
"Engga aku izin, masa kamu pulang dari rumah sakit aku malah kerja nggak lucu dong." Kata Aditya diiringi tawanya.
Selama dalam perjalanan Rani selalu memandang wajah suaminya, segala pemikiran buruk mulai berputar di dalam otak Rani.
"Tidak mungkin seorang Aditya akan mengkhianatinya, secara mereka sudah bersama sedari SMA, jika Aditya mengkhianatinya berarti aku dan Vania tidak ada artinya untuk Mas Ditya." Batin Rani sambil terus menatap wajah taman suaminya.
"Kenapa liatin aku gitu?." Kata Aditya tampak penasaran.
"Engga kamu ganteng." Kata Rani memuji suaminya.
"Emanggg." Kata Aditya tampak sombong.
"Ihh." Kata Rani reflek menjauh dari suaminya.
Aditya terkekeh melihat tingkah istrinya.
Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya mereka berdua sudah sampai di supermarket.
Keduanya masuk dengan membawa troli yang sudah di sediakan supermarket di halaman supermarket.
Rani dan Aditya tampak terus bergandeng tangan sambil menyusuri barisan bahan makanan, hingga ada yang menyapa mereka.
Dia Siska ingat kan? Iya, Siska teman SMA Rani dan Aditya.
"Rani." Panggil Siska dari kejauhan.
"Hah Siska, Kapan kamu pulang ke Indonesia?." kata Rani tampak heran.
Rani tampak terkejut bertemu Rani dikarenakan Siska pindah ke luar negeri setelah lulus SMA, Siska bahkan tidak datang ke pernikahan Rani dan Aditya.
"Wahh Rani makin cantik aja, ya kan Ditya." Kata Siska pada Aditya.
Aditya yang mendengar perkataan Siska hanya menjawab dengan senyuman.
degg
"Ditya? Itu kan panggilan sayang aku buat mas Aditya, selama aku sama mas Aditya cuma aku yang manggil nama mas Aditya dengan panggilan Ditya."
"Ah engga aku berlebihan." batin Rani.
"Kamu udah lama pulang ke Indo Sis?." Tanya Aditya membuka obrolan.
"Sekitar 2 bulan yang lalu, bukannya kamu udah tau ya dit." Kata Siska tampak mengejek.
"Hah kamu udah tau mas, kok nggak bilang ke aku?." Kata Rani tampak terkejut.
"Engga aku belum tau." Jawab Aditya.
"Engga Ran, aku bercanda." Kata Siska diikuti tawa.
"Oke kalau gitu aku duluan ya." Kata Siska sambil mendorong trolinya.
"Iya Sis." Kata Rani.
"Wahh Siska ternyata udah lumayan lama ya di Indo, Siska makin cantik aja ya mas." Kata Rani.
"Iya ternyata udah lama ya pulang ke Indo, engga masih cantikan istri aku." Kata Aditya dengan senyum yang terukir di wajahnya.
"Ihh apaan sih." Kata Rani dengan pipi merona.
Rani dan Aditya akhirnya selesai berbelanja dan sedang antri di kasir, tanpa di sadari mereka bersebelahan dengan Siska lagi.
"Wahh Rani kita ketemu lagi." Kata Siska tampak senang dengan pertemuan kedua mereka.
Rani menjawab dengan senyuman lebar.
"Totalnya 300 ribu kak." Kata Kasir yang melayani Siska.
"Sebentar ya mba." Kata Siska sambil mencari sesuatu dari tasnya.
Setelah menunggu beberapa menit, Siska yang sedang sibuk mencari sesuatu di tasnya di tanya kembali oleh Kasir.
"Mau menggunakan kartu atau cash kak." Kata Kasir.
Rani yang menyadari kejadian di depannya tampak menyadari sesuatu.
"Gimana Sis, dompetnya ketinggalan?." Tanya Rani yang sudah faham betul dengan kebiasaan Siska meninggalkan barang sembarangan.
"Iya." Kata Siska diiringi senyuman.
"Mas tolong ya." Kata Rani pada Aditya di sampingnya dan dibalas anggukan oleh Aditya.
"Ibu ini jadi 250 ribu ya." Kata Kasir yang melayani Rani.
"Mba ini sekalian sama mba yang sebelah ya." Kata Aditya sambil menyerahkan kartu kreditnya.
Aditya, Rani dan Siska keluar bersamaan dari Supermarket.
"Makasih ya Aditya, Rani udah bayarin belanjaan aku, pasti kalau ketemu lagi aku ganti uangnya." Kata Siska.
"Eh engga perlu Siska." Kata Rani.
"Kalau gitu aku duluan ya." Kata Siska berpamitan.
"Iya hati-hati Siska." Kata Rani melambaikan tangan dan dibalas lambaian juga oleh Siska.
Rani dan Aditya kembali ke mobil dengan belanjaan di tenteng oleh Aditya.
"Dasar Siska kebiasaan SMA belum hilang." Kata Rani tampak tertawa sambil memasang sabuk pengaman.
Aditya tak menjawab dan hanya tersenyum dan melajukan mobilnya menuju rumah.
...----------------...
Akhirnya Rani dan Aditya sampai di rumah mereka.
"Bundaa akhirnya bunda pulang." Teriak Vania sambil memeluk bundanya.
"Vania biarin ibu istirahat dulu ya." Kata Reno.
"Iya biar, Bunda jadi tambah sehat." Kata Kasih.
Orang tua Rani memang mengajukan diri untuk mengasuh Vania selama Rani di rawat di rumah sakit, begitupun Teguh, ayah dari Aditya, mereka bergiliran untuk mengasuh Vania.
Vania yang baru sampai langsung di papah untuk duduk di ruang tamu oleh Aditya sambil sesekali bersenda gurau dengan orang tuanya.
Tidak lama setelah Rani pulang dari rumah sakit, Ayah dari Aditya datang.
"Gimana nak Rani, sudah sehat badannya." Kata Teguh memastikan.
"Sudah lumayan yah." Kata Rani pada Ayah mertuanya.
"Syukur kalau begitu, ini ayah bawakan kue coklat kesukaan Rani." Kata Teguh sambil mengangkat kantong yang di pegangnya.
"Terima kasih ayah, nanti pasti Rani makan." Kata Rani tampak tersenyum senang.
"Kalau Vania mana kakek, masa cuma bunda yang dibawakan oleh-oleh." Kata Vania tampak murung.
"Wahh ada yang iri nihhh." Kata Aditya mengejek.
"Ada dongg, iniii." Kata Teguh sambil mengangkat tinggi kantong kresek yang dibawanya.
"Terima kasihh kakek." Kata Vania tampak membawa pergi kantong kresek penuh es cream coklat.
Seluruh anggota keluarga tertawa melihat tingkah lucu Vania.
...----------------...
Singkat cerita malam pun tiba, Seluruh anggota keluarga yang hadir tadi pagi sudah pulang.
Vania pun sudah tertidur pulas di kamarnya.
Rani dan Aditya sedang membahas undangan yang baru diterima oleh keduanya.
Undangan yang diterima Rani dan Aditya menerima undangan reuni dari Toto ketua angkatan mereka waktu SMA.
"Mas kamu juga dapet undangannya." Tanya Rani pada Aditya.
"Iya dong sayangg, masa bintang sekolah nggak dapet undangannya." Kata Aditya sambil memainkan rambutnya.
"dih." Celetuk Rani tampak heran dengan tingkah suaminya.
Aditya yang mendengar celetukan Rani tertawa.
"Kamu mau dateng?." Tanya Rani pada Aditya.
"Aku ikut kamu, kalau kamu Dateng ya aku dateng kalau kamu nggak Dateng aku nggak dateng." Kata Aditya sambil memainkan jari Rani.
"Aku kayaknya nggak bisa Dateng deh mas, ini acaranya besok kan? Aku masih lumayan lemas." Kata Rani.
"Okee kalau gitu nggak usah dateng." Kata Aditya.
"Ya masa kamu nggak dateng, kamu datang aja mas, aku bisa sendiri kok, aku kan udah sembuh." Kata Rani tampak merasa bersalah.
"Ya aku mau ngapain di sana kalau nggak sama kamu, lagian kamu baru aja pulang dari rumah sakit masa aku tinggal sendiri." Kata Aditya meyakinkan Rani.
Rani terdiam dengan rasa bersalah dalam dirinya karena Aditya tak pergi ke reuni dengan alasan bahwa harus merawat Rani yang sakit.
Aditya tiba-tiba menawarkan ide yang tak pernah di pikirkan Rani.
"Gimana kalau lokasi reuninya di rumah kita aja." Kata Aditya memberikan saran.
"Wahh boleh juga, aku sama kamu juga jadi bisa ikut kan." kata Rani tampak setuju dengan ide suaminya.
"Okee kalau gitu aku hubungin Toto dulu ya, biar bisa di rundingan sama teman-teman alumni yang lain." Kata Aditya sambil mengotak atik hp nya.
"Iya mas." Kata Rani tampak sangat senang.
Rani Tidak pernah menyangka bahwa keputusannya akan mengubah hidupnya selamanya, membawa orang-orang yang jauh menjadi dekat dan memisahkan yang sudah dekat. Penyesalan menghantui, tapi apakah ada gunanya menyesali apa yang sudah terjadi?
Bersambung....