Karena jebakan dari sahabatnya membuat Naya dituduh telah tidur dengan Arsen, seorang bad boy dan ketua geng motor. Karena hal itu Naya yang merupakan anak dari walikota harus mendapat hukuman, begitu juga dengan Arsen yang merupakan anak konglomerat.
Kedua orang tua mereka memutuskan untuk menikahkan mereka dan diusir dari rumah. Akhirnya mereka hidup berdua di sebuah rumah sederhana. Mereka yang masih SMA kelas dua belas semester dua harus bisa bertahan hidup dengan usaha mereka sendiri.
Mereka yang sangat berbeda karakter, Naya seorang murid teladan dan pintar harus hidup bersama dengan Arsen seorang bad boy. Setiap hari mereka selalu bertengkar. Mereka juga mati-matian menyembunyikan status mereka dari semua orang.
Apakah akhirnya mereka bisa jatuh cinta dan Naya bisa mengubah hidup Arsen menjadi pribadi yang baik atau justru hidup mereka akan hancur karena kerasnya kehidupan rumah tangga di usia dini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puput, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 24
"Ada apa ini? Siapa yang membuat keributan?" teriak Pak Herman. Beberapa murid lain bubar karena Pak Herman dan Bu Nurul selaku Guru BK dan kesiswaan mendatangi mereka.
"Mereka berdua tidak pantas bersekolah di sini!" kata Tika yang didukung teman lainnya juga.
"Iya, mereka berdua bisa merusak citra sekolah ini!"
"Kalian kalau gak tahu ceritanya jangan kemakan omongan Tika!" Emosi Arsen semakin tersulut.
"Arsen, Naya, benar apa yang ditunjukkan gambar-gambar itu?" tanya Bu Nurul. "Kalian masih sekolah, tidak seharusnya berbuat amoral. Mau jadi apa kalian nanti!"
Naya hanya terdiam sambil menundukkan kepalanya. Dia tidak bisa membela dirinya sendiri karena dia memang berada di klub itu dan bersama Arsen.
"Bu, tolong jangan percaya dengan foto-foto itu. Itu semua editan. Tolong, jangan perpanjang masalah ini, kasihan Naya. Dia korban!" kata Arsen. Kali ini dia tidak akan membiarkan Naya mendapatkan masalah lagi karena ulahnya.
"Kita tidak bisa meloloskan masalah ini dengan mudah. Coba kamu buktikan kalau memang kamu dan Naya tidak bersalah." kata Bu Nurul lagi.
Tika dan beberapa teman lain semakin tertawa mengejek. "Udah ketangkap basah masih mau ngelak. Keluarin aja dari sekolah!"
"Iya, keluarin aja!"
Rangga ikut berkumpul dengan mereka dan mengambil banner-banner itu. "Ini jelas editan."
"Yah, si mantan ikut ngebela."
"Udah tahu rasanya juga mungkin!"
"Yakin, yang di klub itu editan?"
"Tes keperawanan aja buat buktiin!" kata Tika. Dia begitu yakin Arsen dan Naya telah melakukannya di klub itu. "Kalau terbukti dia udah gak perawan berarti semua foto benar." Tika memang sengaja semakin memperkeruh suasana. Bahkan teman-teman lainnya juga ikut mendukung.
Mata Naya semakin mengembun. Belum puas juga Tika menghancurkan hidupnya, sekarang Tika berusaha mengeluarkannya dari sekolah.
"Semua diam! Kita cari solusi yang terbaik."
Emosi Arsen sudah tidak bisa terbendung. Dia semakin mengeraskan rahang bawahnya. "Oke! Tes aja sekarang! Kalau terbukti Naya masih virgin! Lo yang akan dapat hukuman! Bahkan gue akan tuntut lo telah mencemarkan nama baik Naya!" Arsen menunjuk Tika. Dia tidak akan membiarkan Tika menghancurkan Naya lagi.
"Yakin banget lo! Kalau terbukti kalian berdua udah lakuin itu, kalian berdua yang akan keluar dari sini. Dan satu lagi, kita tes di klinik sekolah ini agar lo gak bisa bayar Dokter untuk memalsukan hasil tes itu." Tika menerima tantangan Arsen.
Dada Naya semakin berdebar. Jujur saja dia merasa takut. "Ar, gimana kalau..."
Arsen menggelengkan kepalanya dan menatap Naya. "Lo tenang aja. Lo ikuti tes itu, demi nama baik lo."
Naya masih saja menatap Arsen. Mengapa Arsen begitu yakin? Apakah Arsen dulu memang tidak melakukan apapun padanya?
"Baik, yang lainnya silakan bubar. Pelajaran akan segera dimulai. Hanya beberapa saja yang boleh ikut untuk menjadi saksi. Kita terpaksa melakukan ini, karena masalah kalian semakin memanas." kata Pak Herman. "Bu Nurul, silakan panggil Dokter Fani terlebih dahulu."
"Iya, Pak."
Naya berjalan sambil meremat tangannya sendiri. Dia sangat tegang dan takut. Posisinya di sekolah itu benar-benar sedang dipertaruhkan.
Mereka semua kini berjalan menuju klinik yang berada di samping sekolah. Klinik itu memang bekerja sama dengan pihak sekolah dan juga dibuka untuk umum.
Sedangkan Rangga dan Rani membereskan semua banner dan selebaran yang tercecer di lapangan lalu membuang ke tong sampah besi dan membakarnya. Setelah itu mereka menyusul Naya ke klinik.
Naya masih duduk di depan ruang pemeriksaan menunggu Dokter Fani menyiapkan di dalam ruangan. Tangannya sudah sangat dingin, aliran darahnya seperti berhenti mengalir. Dia benar-benar takut dikeluarkan dari sekolah.
"Lo tenang aja, semua pasti baik-baik saja." kata Arsen kemudian dia duduk menjauh dari Naya.
"Nay," Rani kini duduk di samping Naya. Dia setengah memeluk Naya.
"Ran, gue takut banget." kata Naya.
"Cih, drama banget kalian!" kata Tika yang ikut menjadi saksi pemeriksaan itu.
Naya menatap Tika dengan tajam. Dia sangat dendam dan ingin sekali membalas perbuatan Tika.
Arsen masih saja mengepalkan tangannya. Dia harus mencari cara untuk membalas Tika.
Tuh cewek memang harus dikasih pelajaran!Gak bisa dibiarkan terus-terusan seperti ini.
Satu tepukan di pundak Arsen membuat Arsen mendongak. Ada Rangga yang kini duduk di sebelah Arsen. "Kalau lo udah lakuin itu sama Naya, kenapa lo setuju Naya lakuin tes ini. Lo harusnya belain dia!" Rangga memelankan suaranya agar tidak ada yang mendengar.
"Bukan urusan lo!"
Sepertinya Rangga bisa membaca pikiran Arsen. "Kalau lo gak lakuin itu, kenapa lo bisa sama Naya?"
"Lo jadi cowok kepo banget! Lo jangan ikut campur sama urusan gue! Bikin makin mumet kepala gue aja!" Nada bicara Arsen yang awalnya pelan kini semakin meninggi.
"Urusan Naya urusan gue juga!" Emosi Rangga juga ikut terpancing.
"Kalian bisa diam! Rangga kalau tidak ada kepentingan di sini kamu keluar saja!"
Seketika Rangga terdiam meskipun Arsen dan Rangga masih saling bertatap tajam.
Akhirnya Naya masuk ke dalam ruang pemeriksaan itu. Di dalam ruangan itu hanya ada Naya dan Dokter Fani.
"Atas nama Naya ya? Sudah siap melakukan pemeriksaan. Jangan tegang ya, tidak akan sakit." kata Dokter Fani yang sangat ramah itu.
Tapi Naya justru menangis. Air mata yang sedari tadi dia tahan akhirnya tumpah.
"Jangan menangis. Kalau kamu tidak bersalah, pasti hasil tesnya bagus. Antara robek karena sengaja atau tidak, saya pasti tahu. Jangan takut."
Naya mengusap asal air matanya. "Masalahnya saya memang dijebak dan tidur di klub malam itu. Saya tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi."
"Baik, untuk memastikannya, saya periksa dulu ya. Hanya sebentar. Tidak usah malu. Kalau memang kamu terbukti tidak bersalah, dia yang menyebarkan berita ini pasti akan mendapat hukuman."
Akhirnya Naya mengangguk dan merebahkan dirinya. Jantungnya semakin berdebar tak karuan. Bagaimana hasilnya? Apakah malam itu Arsen memang tidak menyentuhnya sama sekali?
.
💕💕💕
.
Like dan komen ya... 🥰
🥰😘