Ini bukan tentang harga diri lagi, ini hanya tentang mencintai tanpa dicintai.
Aruna nekat menjebak calon Kakak iparnya di malam sebelum hari pernikahan mereka. Semuanya dia lakukan hanya karena cinta, namun selain itu ada hal yang dia perjuangkan.
Semuanya berhasil, dia bisa menikah dengan pria yang dia inginkan. Namun, sepertinya dia lupa jika Johan sama sekali tidak menginginkan pernikahan ini. Yang dia cintai adalah Kakaknya, bukan Aruna. Hal itu yang harus dia ingat, hingga dia hanya mengalami sebuah kehidupan pernikahan yang penuh luka dan siksaan. Dendam yang Johan punya atas pernikahannya yang gagal bersama wanita yang dia cintai, membuat dia melampiaskan semuanya pada Aruna. Perempuan yang menjadi istrinya sekarang.
"Kau hanya masuk dalam pernikahan semu yang akan semakin menyiksamu" -Johan-
"Jika perlu terluka untuk mencintaimu, aku rela" -Aruna-
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita.P, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tidak Akan Pernah Tertarik Padamu!
"Apa?!" teriak Jesika yang cukup terkejut dengan ucapan Johan barusan. Dimana dia yang mengatakan tentang 3 bulan permintaan Aruna.
"Hanya tiga bulan, setelah itu dia akan pergi dan mengajukan perceraian. Itu tidak akan lama, dan aku tidak mungkin jatuh cinta padanya dalam waktu singkat seperti itu. Hanya kau yang aku sayangi"
Baiklah, apa Jesika bisa percaya? Sementara dia begitu was-was dengan apa yang akan terjadi kedepannya. Takut jika Johan mungkin berpaling. Tapi untuk membantahnya juga tidak mungkin. Jesika tahu jika Johan sudah mengambil keputusan, maka dia akan sulit untuk mengubahnya.
"Baiklah jika hanya 3 bulan. Tapi janji untuk tidak jatuh cinta padanya" ucapnya manja.
Johan mengangguk, dia menarik wanitanya ke dalam pelukan. Mencintai Jesika bukan bau satu atau dua bulan, Johan berpacaran dengannya sudah hampir 2 tahun lamanya. Dan dia begitu mencintai gadis ini. Sejak dia yang pertama kali bertemu dengannya, dan mereka sampai berpacaran, semuanya membuat Johan mencintainya, dengan tulus.
"Aku tidak mungkin jatuh cinta padanya. Karena hanya kau yang mampu membuat aku jatuh cinta"
Johan kembali ke rumah setelah bertemu Jesika dan membicarakan tentang waktu 3 bulan untuk Aruna. Ketika sampai di rumah, dia melihat Aruna yang menunggunya dengan gaun tidur dan juga apa ... dia berias? Aruna benar-benar tidak seperti Aruna yang biasanya. Bibirnya tidak lagi terlihat pucat karena dia memoles pewarna bibir.
"Kak, mau makan bersama?"
Johan terdiam, dia sedikit tidak biasa dengan sikap Aruna yang terlihat lebih manis. Senyumannya yang begitu terlihat cerah, tidak seperti biasanya yang hanya menunjukan kesedihan.
"Kak, dalam waktu 3 bulan ini aku mohon untuk menuruti keinginan sederhana seperti ini. Aku tidak akan melarang kamu bersama dengan Johan. Tapi, aku ingin menjalani kehidupan pernikahan yang layak seperti kebanyakan orang. Bisa makan bersama, mengobrol tanpa ada emosi, dan juga jalan-jalan. Hanya 3 bulan Kak, aku mohon"
Lagi, Johan merasa tidak tega. Kali ini Aruna benar-benar tidak membuat masalah. Tidak lagi mengatakan tentang cinta atau apapun yang membuatnya kesal. Bahkan tidak lagi melarangnya untuk menemui Jesika.
"Asal kau tidak pernah membuat masalah dan melarang aku bertemu dengan Jesika. Maka aku akan turuti"
Aruna langsung tersenyum dengan penuh kebahagiaan. Setidaknya dia bisa merasakan menjadi istri Johan yang sebenarnya. Aruna berdiri dan menghampiri Johan. Dia menatap tangan Johan dengan ragu. "Boleh aku mengganden tangan Kak Jo?"
"Hm, lakukanlah"
Aruna semakin bahagia, dia segera menggandeng tangan suaminya dan membawanya ke arah ruang makan. Disana ada Evi dan Mia, pelayan di rumah ini. Mereka berdua cukup terkejut melihat pasangan suami istri yang biasanya bertengkar ini, kini terlihat sangat rukun.
"Aku ambilkan makanan untuk Kak Jo ya"
Johan hanya mengangguk kecil, dia sedikit tidak biasa dengan sikap Aruna yang sekarang. Menerima makanan dari Aruna dengan sedikit tertegun, tangan mereka yang tidak sengaja bersentuhan saat Johan mengambil piring berisi makanan itu.
"Ayo dimakan Kak, habis ini kita menonton ya?"
"Hm"
Johan menatap istrinya yang terlihat begitu bahagia hanya dengan hal kecil seperti ini. Bahkan Johan baru menyadari jika senyuman Aruna sangat cantik. Dengan gigi gingsulnya yang semakin membuatnya manis saat dia tersenyum.
Aruna tidak bisa berhenti tersenyum ketika bisa makan satu meja bersama suaminya. Bahkan hal kecil seperti ini yang aku bayangkan. Hanya ingin bisa menghabiskan waktu bersamanya, sebelum aku benar-benar pergi dan tak kembali lagi. Gumamnya dalam hati.
Setelah makan malam, mereka benar-benar meluangkan waktu untuk menonton televisi. Layar besar di depannya sudah menayangkan film yang ingin mereka tonton. Aruna sengaja memilih film horor karena memang dia takut, tapi dia ingin mengambil kesempatan ini untuk bisa lebih dekat dengan suaminya.
Suara-suara mengerikan mulai terdengar, Aruna meremat tangannya sendiri karena takut. Sampai hantu muncul di layar televisi, dia langsung beringsut mendekat pada Johan.
"Aaaa..."
Johan terkejut dengan teriakan Aruna, lalu dia melirik ke sampingnya dan melihat Aruna yang ketakutan dengan mengangkat kedua kakinya ke atas sofa dengan kedua tangan menutup wajahnya. Johan tidak bisa menahan senyum, dia merasa lucu dengan tingkah Aruna ini.
"Jika kau takut, kenapa memilih film ini?"
Aruna sedikit melebarkan sela jarinya, melirik ke arah Johan. Dia tersenyum cengengesan. "Aku penasaran karena melihat di internet ratingnya tinggi. Tapi aku takut film horor"
Johan menggeleng pelan, merasa lucu dengan tingkah perempuan disampingnya. Ternyata tidak menyiksanya dan mengobrol dengannya, lebih baik. Begitulah dalam pikiran Johan saat ini.
"Kak, boleh pinjam tangannya? Aku takut"
Johan sedikit mengernyit tajam, merasa jika Aruna mulai memanfaatkan situasi. "Kau jangan melewati batas. Aku setuju dengan bersamamu selama 3 bulan. Tapi bukan berarti kau bisa memanfaatkan situasi!"
Aruna langsung terdiam dengan menunduk sedih. Akhirnya dia tidak banyak bicara lagi saat menonton. Apa yang dia inginkan, tidak akan bisa terwujud semuanya. Karena Johan pasti tidak akan memberikan banyak kesempatan dengannya. Jadi, berhenti berharap Aruna.
"Aaa..." Aruna kembali menutup matanya dengan teriakan yang keras saat hantu kembali muncul di layar televisi. "Kenapa hantunya menyeramkan sekali"
Johan melirik pada perempuan disampingnya. Lalu dia merentangkan tangannya, menutup mata Aruna dengan punggung tangannya. Hal itu cukup membuat Aruna terkejut, tapi akhirnya dia tersenyum. Meraih tangan Johan dan memegangnya untuk menutup matanya.
"Terima kasih"
"Kau berisik, jadi lebih baik tidak usah lihat filmnya"
Mendengar itu membuat Aruna hanya tersenyum. Setidaknya di hari pertama perjanjian 3 bulan mereka, Aruna sudah mendapatkan sedikit perhatian dari suaminya.
Setelah film selesai di putar, mereka pergi ke kamar masing-masing. Padahal Aruna ingin sekali bisa mengatakan jika dia ingin tidur satu kamar selama 3 bulan ini. Tapi tentunya tidak akan berani, karena tahu Johan pasti akan langsung menolak.
*
Pagi ini Aruna sudah bangun dengan ceria, kejadian kemarin cukup membuat tidurnya nyenyak. Meski luka di bagian bahunya masih terasa sakit. Tapi Aruna senang karena sudah tidak mendapatkan siksaan lagi dari suaminya.
Sudah mandi dan berganti pakaian, Aruna juga sedikit merias dirinya. Dia keluar dari kamar dan melihat Johan yang menuruni anak tangga, suaminya sudah siap dengan pakaian kerja.
"Kak, ayo sarapan dulu"
Johan menatap Aruna dengan mata elangnya, masih belum terbiasa dengan sikap Aruna saat ini. "Kau tidak perlu merias diri seperti itu, karena aku tetap tidak akan tertarik padamu!"
Aruna hanya tersenyum, meski terasa pedih dan menyakitkan saat mendengar ucapan tajam suaminya itu. Tapi dia sudah terbiasa.
Tidak papa Aruna, harus sadar jika waktu 3 bulan ini hanya sebuah keterpaksaan baginya.
Bersambung
selamat ya Jo.... selamat menuai, yg slama ini kau tanam