Cerita ini hanya fiktif belaka, hasil kehaluan yang hakiki dari Author gabut. Silahkan tinggalkan jejak jempol setelah membaca dan kasih bintang lima biar karya ini melesat pesat. Percayalah Author tanpa Readers hanyalah butiran debu.
Siti dan Gandhi tetiba menjadi pasangan nikah dadakan, karena Siti menghindar perjodohan dari sang ayah yang akan di pindah tugas keluar Pulau.
Sebelumnya Siti sudah punya kekasih, tetapi belum siap untuk menikahinya. Jadilah Gandhi yang bersedia di bayar untuk menjadi suami pura-pura hingga Arka siap meminang Siti.
Isi rumah tangga Siti dan Gandhi tentu saja random, isi obrolan mereka hanya tentang kapan cerai di setiap harinya.
Mari kita simak bagaimana akhir rumah tangga Siti dan Gandhi yang sejak awal berniat bercerai. Apakah sungguh berpisah atau malah bucin akut?
Happy Reading All
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon EmeLBy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 24 : BUKAN SANDIWARA
Gandhi ingin tertawa takut Siti tersinggung. Lama ia mencermati tulisan Siti selama dua bulan ini. Sesekali ia juga melihat Siti dengan tatapan bingung. Dalam kepalanya berputar-putar pertanyaan. Sebenarnya apa sih kelebihan seorang Siti ini. Pinter? sepertinya tidak. Rajin? gak usah di tanya, bukankah hanya setelah mendapatkan pelatihan darinya saja makhluk bernama Siti ini bisa mencuci pakaian dan membersihkan bekas makannya sendiri. Inisiatif? tentu jauh banget. Kalo gak di sindir Gandhi mana pernah sampah cemilannya geser dari tempat duduknya. Malasnya gak ketulungan, tapi kok hidup yak, manusia macam Siti. Celakanya Gandhi terikat bayaran dengan Siti, itu yang membuatnya tidak bisa segampang itu pergi begitu saja. Bagi Gandhi janjinya di depan penghulu dan para saksi itu Sah di mata Tuhan dan agama. Bagaimana jika Gandhi menganggap semua ini bukan sandiwara.
"Banyak salah, Gan?" tanya Siti melihat Gandhi yang sampai bertopang dagu membaca tugas Siti dengan seksama.
"Gak juga." Jawabnya sambil mendengus.
"Dikit?" tanya Siti duduk dan memperhatikan wajah Gandhi yang tiap hari terlihat makin di tumbuhi jambang dan rambut yang kian gondrong seperti tidak terawat.
"Loe bisa transfer gua 5 juta lagi kalo mau ini selesai dan gua jamin minim editan juga pasti lulus Sidang Skripsi." Ujar Gandhi. Huh. Siti kira Gandhi itu baik dan bak malaikat penyelamatnya. Ternyata orientasi lelaki yang serumah denganya itu masih uang saja.
"Matre lue, dasar." Umpat Siti yang merasa hatinya baik kembali.
"Mau gak? ya udah yang gak lulus kan elu, bukan gua." Jawab Gandhi meninggalkan kamar Siti dengan cuek.
"Iya.. deh iya. Gan, sekarang juga gua Transfer. Tapi minggu depan gua harus udah sidang." Jawab Siti berlari mendekati Gandhi.
"Loe kira sidang naik angkot. Daftar dulu, di ACC dospem dulu baru bisa Sidang Oneng." Kekeh Gandhi mulai meracik kopinya sendiri.
"Iya gampang. Gua udah daftar kok."
"Emang udah di ACC dosen?"
"Bodo." Ujar Siti yang sudah bosan konsul.
"Ada gila-gilanya juga kamu Sit." Gandhi geleng kepala.
"Udah gua transfer nih. 5 juta. Puas loe, gua jatuh miskin." Siti geram melihat saldonya yang sisa dikit banget. Mungkin ia hanya mampu membayar Gandhi 3 bulan lagi, selanjutnya mungkin ia akan menjadi gembel saja atau meminta-minta dengan Gandhi lagi
"Pinter." Senyum Gandhi merekah melihat notif di ponselnya. Rekening Gandhi semakin gemuk, senang bekerjasama dengan Siti Haurah anak Pak Harso ini.
"Misi ..." Suara ceria terdengar di balik pintu. Sebelumnya, sore itu Siti memutuskan untuk pergi jalan-jalan. Sumpek rasanya berada di dalam rumah terus berjibaku dengan tugas akhir yang ia sendiri juga tidak paham juntrungannya. Tetapi, kedatangan Manisa membuatnya sedikit berpikir, apakah tetap keluar atau di rumah saja menonton apa lagi aksi Manisa di rumah mereka.
"Hay Manis." sapa Gandhi yang kali ini mencolek dagu Manis dengan gemas.
"Kak, transferannya udah masuk. Mana yang Manisa bisa kerjakan?" ramah Manisa pada Gandhi yang selalu menyambutnya dengan senyum lebar.
'Tolong bersihkan kamar kakak yak, pakaian itu semua kotor. Tolong di cuci. Yang di lemari tolong di setrika. Terus, kamu masak deh." Perintah Gandhi dengan kalimat yang sangat ramah di telinga.
"Siap bosku." Jawab Manisa patuh lalu masuk ke dalam kamar Gandhi.
"Gak jadi keluar?" tanya Gandhi yang melihat Siti hanya mematung di ambang pintu.
"Hem ... Jadi kok. Ini lagi cari kunci mobil." Siti malu dong kalo gak jadi keluar. Walau dengan perasaan campur aduk karena kepo. Siti terpaksa tetap pergi ke pusat perbelanjaan dan anehnya bukan di area kosmetik atau sotr pakaian seperti kebiasannya menghambur-hamburkan uang selama ini. Melainkan di seputaran bahan makanan. Siti sejak kemarin penasaran dengan resep kue kering. Menurutnya resep itu mudah di taklukan dan anti gagal. Tidak tanggung-tanggung. Bukan hanya bahan kue yang Siti beli kali ini. Melainkan dengan alat pembuatan kue itu semua di borong oleh Siti.
BERSAMBUNG ...
ujan ujan gitu, mknya cakit/Grin//Grin/
🏃🏃🏃🏃🏃🏃
Keren kok alurnya