NovelToon NovelToon
Ceraikan Aku, Mas!

Ceraikan Aku, Mas!

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintapertama / Cerai / Percintaan Konglomerat / Crazy Rich/Konglomerat / Keluarga / Penyesalan Suami / Chicklit
Popularitas:420.1k
Nilai: 4.9
Nama Author: lafratabassum

setelah tiga tahun menjalani rumah tangga bersama dengan Amran, Zahira tetap tidak bisa membuat lelaki itu mencintainya. Amran selalu memperlakukan Zahira dengan sangat kejam. Seakan Zahira adalah barang yang tidak berguna.
sebaik apapun hal yang sudah Zahira lakukan, selalu saja tidak bernilai dan kurang di mata Amran.

" aku ingin bercerai!" ucap Zahira dengan lugas. meskipun tanganya mengepal kuat, namun semua itu adalah refleksi dirinya agar kuat dan tidak goyah dengan rayuan Amran.

" memangnya kau bisa apa setelah bercerai dariku?" Amran selalu bisa menghina Zahira dan melukai harga diri wanita itu.

Amran membuang wanita itu dan Zahira bertekad untuk tidak memberikan kesempatan bagi Amran. Lelaki yang tidak bisa lepas dari hutang budinya pada wanita lain, tidak akan Zahira pikirkan lagi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lafratabassum, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 33

Amran malah tersenyum mengejek dan dengan wajah senang membalas Zahira " tidak masalah kamu membenci ku, selama kamu tetap di sisiku, nyonya Renaldi "

Situasi menjadi begitu dingin. Keduanya terjebak dalam kebencian yang tidak pernah mereka rasakan sebelumnya.

Zahira seperti sedang di bawa ke tukang jagal. Hari ini akan menjadi hari kematian nya. karena tidak mungkin dia membiarkan Arfan yang menanggung semua kebencian dirinya. Dan dia juga sama sekali tidak akan bahagia jika terus bersama dengan Amran.

Amran menelisik raut Zahira dengan seksama. Semua perubahan mimik wajah Zahira bisa dia lihat dengan jelas. Bahkan nafas Zahira yang menggebu dengan keras menabrak wajahnya.

Amran menarik diri dan berjalan keluar, sebelum menutup pintu dia berpesan dengan sedikit menekan " 30 menit. Setelah itu aku akan menelpon Dokter Bam untuk memastikan operasi itu akan dilakukan atau tidak "

Suara pintu tertutup menjadi pertanda waktu mundur 30 menit telah di mulai. Zahira tidak mau membuang waktu dengan menangis. Wanita itu menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan.

Kesal, putus asa serta marah bercampur menjadi satu. Kejam! Hanya itu yang terlintas saat dia memikirkan Amran.

Beberapa saat setelah mengatur emosinya, Zahira menatap lama ke arah 2 surat yang terlampir di atas meja. Keduanya adalah hal yang sangat dia inginkan.

Terbebas dari belenggu Amran dan melihat adiknya bisa sembuh seperti sedia kala. Namun nyatanya hanya ada satu kemungkinan yang akan terjadi.

Zahira tertawa kecut, dan tidak terasa lelehan hangat ikut keluar dari sudut matanya. Padahal dia sudah berjanji untuk tidak menangis lagi.

Dia tidak sekuat itu.

Di luar ruangan Amran menatap layar CCTV dari ponsel nya dengan serius. Semua yang Zahira lakukan tidak lepas dari pandangan nya.

Dia menutup mata atas kesedihan yang Zahira rasakan. Dia akan ikut bersikeras sama seperti Zahira. Meski begitu Amran pasti selalu lebih unggul daripada Zahira, yang hanya seorang wanita biasa.

Waktu 30 menit telah habis, Amran berjalan memasuki ruang kerjanya dengan sangat percaya diri. Dia sangat tau apa yang Zahira pilih.

" waktu telah habis, surat mana yang kamu pilih?" Amran berdiri di depan Zahira yang sedang duduk

Tubuhnya yang sedikit berotot itu menjulang tinggi membuat Zahira harus mendongak. Gambaran bahwa memang saat ini posisi Zahira yang tidak berdaya.

" Kenapa kamu perlu menanyakan. Bukankah kamu sengaja membuat surat ini untuk mengalahkan ku? Bagaimana bisa kamu menanyakan hal yang sudah kamu ketahui jawabannya?" nada suaranya terdengar putus asa. maniknya mengisyaratkan kebencian yang begitu dalam.

Amran tersenyum senang, lalu duduk di hadapan Zahira. Di lihatnya satu surat sudah tersobek, membuat Amran semakin girang.

" Zahira, aku sungguh senang dengan kepulangan mu hari ini. Bagaimana jika kita mengadakan perayaan malam ini?" ucap Amran setelah menandatangani surat pelaksanaan operasi Arfan.

Dia bersandar dengan begitu gagahnya. Wajahnya sangat puas dan menatap Zahira dengan penuh bangga. Dari semua pertengkaran yang terjadi di antara keduanya kali ini Amran lah yang lebih unggul Dialah pemegang kendali dan berhasil memenangkan semuanya.

" Apa kamu sungguh berpikir saat ini aku kembali dengan suka cita? Amran, pernikahan kita hanya akan ada kebencian di dalamnya. Kamu sungguh tidak merasakan nya? " Zahira menatap lurus ke arah Amran dengan wajah datar. Serasa hatinya sudah mati rasa.

" ini bukan menjadi situasi yang asing. Selama ini bukankah memang tidak ada rasa cinta. Hanya berganti menjadi kebencian saja, tidak akan merubah apapun" Ucapan Amran membuat hati Zahira semakin sakit. Semua pengorbanan nya sama sekali tidak berharga.

Zahira tersenyum kecut, lalu beranjak berdiri. Sebelum Zahira benar-benar keluar dari ruangan itu, Amran berucap dengan nada angkuh.

" Siapkan aku satu setelan jas, setelah ini akan ada rapat besar "

Zahira berlalu dengan tanpa menjawab. Dia naik ke atas lalu masuk ke kamar.

Di dalam ruang kerja, Amran menelpon Dokter Bam untuk segera menyelesaikan dan mempersiapkan operasi yang sudah di rencanakan sebelumnya.

Setelahnya dia berjalan mendekati jendela, Amran mengeluarkan sebatang rokok. Amran sudah lama sekali tidak menyentuh benda ini.

Selain karena alasan kesehatan, Amran tidak pernah mengalami hal sesulit ini sebelumnya.

Amran menikmati angin Sepoi dan tangannya yang masih memegang rokok, dia tidak menyalakannya hanya memainkan dan berakhir mematahkan menjadi 2.

Setelah beberapa saat barulah dia menyusul Zahira ke kamar. Dia tidak bohong tentang rapat besar yang akan dia adakan sebentar lagi.

Namun saat dia masuk ke kamar, Zahira sedang berada di Walking Closed. dia barusaja mandi, Amran tidak ingin mengganggu. Lelaki itu masuk ke kamar mandi dengan tenang.

Saat selesai, dia menatap sisi ujung ranjang. Tak ada pakaian di sana. Lalu dia melemparkan pandangan ke tempat gantungan baju, juga tidak ada.

Amran berjalan menelisik kamar. Zahira sedang berbaring sofa dengan tangannya memegang sebuah buku.

Amran mendekati istrinya dan wajahnya terlihat kesal " dimana baju yang ku minta?"

Zahira tanpa mengalihkan pandangannya berkata " mulai sekarang kamu bisa mengurus dirimu sendiri, atau jika tidak mau kamu bisa menyuruh orang lain melakukannya. Aku tidak akan melakukan hal semacam itu lagi. Jika tidak suka kamu bisa menceraikan ku"

Amran menarik nafas panjang, Zahira hanya mempertahankan statusnya saja tanpa melakukan perannya seperti sebelumnya.

" kamu benar -benar istri yang baik! " Sarkas Amran lalu berjalan kesal menuju Walking Closed.

Zahira sama sekali tidak ambil pusing, wanita itu terus meneruskan membacanya. Sampai kemudian suara pintu kamar tertutup dengan keras. Amran pasti barusaja selesai dan langsung pergi ke kantor.

...

Malam harinya Amran berkunjung ke tempat Tuan Handoko. Menurut perhitungan nya semua pesanannya seharusnya sudah selesai.

" selamat malam tuan.. silahkan masuk" pelayan segera menjamu tamunya.

Tempat yang sama seperti sebelumnya, ruangan dengan akuarium besar menghiasai nya. Amran masih juga terpesona dengan pemandangan di dalam air itu sampai tidak menyadari jika seseorang yang dia tunggu sudang datang.

" Tuan,.. Maafkan saya membuat anda menunggu lama"

Tuan Handoko mengulurkan tangannya lalu keduanya berjabat tangan.

" tidak masalah bagiku "

Amran dan Tuan Handoko duduk di depan akuarium dengan sangat tenang.

" anda tertarik dengan ikan, tuan Amran?" tanya Tuan Handoko karena sejak tadi Amran selalu melepas pandangannya ke arah itu.

" tidak, hanya saja aku ingat ada ikan kecil merah di sana. Setelah mengamati begitu lama kenapa dia tidak terlihat sama sekali?"

" ingatan anda ternyata sangat tajam, tuan Amran. ikan itu telah mati beberapa hari yang lalu"

Amran tidak terlihat sedih namun nafasnya berhenti sejenak.

" keracunan makanan. ruang yang terlalu besar membuatnya tidak bisa mengatur rasa lapar dan berakhir mengancam dirinya sendiri. Kasihan sekali " lanjut Tuan Handoko tanpa bermaksud apapun.

" bodoh" lirih Amran. Dia mengejek ikan tersebut tetapi seperti sedang berbicara pada dirinya sendiri.

Setelah berbincang dengan tuan Handoko, Amran pulang ke Villa Renaldi. Dengan membawa bingkisan lukisan dia berjalan menuju ke kamarnya. Dan memasang lukisan itu di tempat semula.

Dia tidak sabar menunjukkan hal ini pada Zahira nanti. Seolah dengan adanya hal ini, semua kesalahan nya di masa lalu sudah terbayarkan.

1
Merica Bubuk
Lemaahh
Merica Bubuk
Ibu mata duitan 😡
Bulan Rembulan
bagus
Mazree Gati
untung baca endingnya dulu,,,klo akhirnya balikan ngapain ribut2,,ga jadi baca
fiyol jelek
suka
Saadah Rangkuti
thor...kenapa gak muncul2? apa lagi sibuk atao sakit
Mbok Ayune Shaki
author nya orang mana sih bahasa ambeyar,
Juwaroh Siti
Tokoh nya sangat introvert,
Uthie
Manaaa niii Lanjutan nya lagiiii 😍
Ida Ayu Simatupang
alurnya teratur dn isi ceritanya jg bagus
Zana Manja
bagussssssss
watie nugroho
yeeyyy...akhirnya amran minta maaf...berharap mereka tetap berjodoh ya...
Memyr 67
𝗄𝗈𝗄 𝗌𝖾𝗉𝖾𝗋𝗍𝗂 𝗆𝖺𝗎 𝗍𝖺𝗆𝖺𝗍 𝗇𝗂 𝗇𝗈𝗏𝖾𝗅 𝗒𝖺?
Uthie
jangan ending gtu aja donggg 😀🙏
Citra Aprilona
ceritanya zahira sm amran udh happy...
sihat dan kaya
Amran sudah gede... udah JD bapak anak 2... mana boleh di gendong... hahahhahahahahaha
Sunaryati
Nah akhirnya istri yang kau sakiti jadi penolongmu dan keluargamu. Seharusnya kamu malu Amran, yang harus kau balas dengan limpahan cinta dan perhatian dengan syukur dan tulus, akupun ikut senang. Keluargamu terselamatkan. Sebelum ending bagaimana kabarnya Amel?
Sunaryati
Lanjut
Sunaryati
Semoga operasi untuk Amran dan Ethan berhasil, sehingga mereka dapat membuat keluarga utuh , Amran dan Zahira bersatu sebagai suami istri yang sesungguhnya dan berjuang bersama merawat kedua putranya.
Memyr 67
𝖪𝖺𝗅𝖺𝗎 𝗌𝖾𝗍𝖾𝗅𝖺𝗁 𝗂𝗇𝗂, 𝖺𝗆𝗋𝖺𝗇 𝗅𝖾𝖻𝗂𝗁 𝗆𝖾𝗇𝖽𝖺𝗁𝗎𝗅𝗎𝗄𝖺𝗇 𝖾𝗀𝗈𝗇𝗒𝖺 𝖽𝖺𝗋𝗂𝗉𝖺𝖽𝖺 𝗉𝖾𝗋𝖺𝗌𝖺𝖺𝗇 𝗂𝗌𝗍𝗋𝗂𝗇𝗒𝖺, 𝗌𝗎𝖽𝖺𝗁. 𝗃𝖺𝗇𝗀𝖺𝗇 𝖺𝖽𝖺 𝗄𝖾𝗌𝖾𝗆𝗉𝖺𝗍𝖺𝗇 𝗅𝖺𝗀𝗂 𝖻𝗎𝖺𝗍 𝖺𝗆𝗋𝖺𝗇.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!