(MUSIM KE 3 PERJALANAN MENJADI DEWA TERKUAT)
Setelah pengorbanan terakhir Tian Feng untuk menyelamatkan keluarganya dari kehancuran Alam Dewa, Seluruh sekutunya terlempar ke Alam Semesta Xuanlong sebuah dunia asing dengan hukum alam yang lebih kejam dan sistem kekuatan berbasis "Energi Bintang".
Akibat perjalanan lintas dimensi yang paksa, ingatan dan kultivasi mereka tersegel. Mereka jatuh terpisah ke berbagai planet, kembali menjadi manusia fana yang harus berjuang dari nol.
Ye Chen, yang kini menjadi pemuda tanpa ingatan namun memiliki insting pelindung yang kuat, terdampar di Benua Debu Bintang bersama Long Yin. Hanya berbekal pedang berkarat (Pedang Naga Langit) dan sebuah cincin kusam, Ye Chen harus melindungi Long Yin dari sekte-sekte lokal yang menindas, sementara kekuatan naga di dalam diri Long Yin perlahan mulai bangkit kembali.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sang_Imajinasi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CHAPTER 29
Suara gemuruh runtuhan batu di belakang mereka perlahan mereda, digantikan oleh keheningan yang menekan. Ye Chen menurunkan Long Yin dari punggungnya. Kakinya sedikit goyah.
"Kakak..." Long Yin segera menopang tubuhnya. Tangan gadis itu menyentuh bahu kiri Ye Chen yang basah dan lengket. Darah.
Tusukan pedang Wang Teng tadi cukup dalam, menembus otot dan menyentuh tulang. Meskipun Fisik Asal Mula Ye Chen memiliki regenerasi tinggi, racun Qi dari pedang Wang Teng memperlambat penyembuhan.
"Duduklah," perintah Long Yin, suaranya bergetar menahan tangis tapi tegas.
Ye Chen menurut, duduk bersandar pada dinding lorong yang dingin. "Hanya goresan, Yin'er. Jangan menangis."
"Diam," kata Long Yin. Mata kanannya bersinar Biru Es.
Dia meletakkan telapak tangannya di atas luka Ye Chen. Hawa dingin yang lembut mengalir keluar, membekukan pembuluh darah yang pecah dan mematikan rasa sakit. Lalu, dia merobek lengan jubah dalamnya yang bersih untuk membalut luka itu.
"Selesai," kata Long Yin, menyeka keringat di dahinya. "Jangan banyak bergerak dulu."
Ye Chen menatap gadis itu. Di bawah cahaya remang-remang lorong kuno, Long Yin terlihat semakin dewasa. Dia bukan lagi gadis cengeng di desa.
"Terima kasih," kata Ye Chen tulus.
Dia kemudian mengalihkan perhatiannya ke lingkungan sekitar. Lorong ini berbeda dari aula sebelumnya. Dindingnya terbuat dari logam hitam yang halus, bukan batu kasar. Di sepanjang dinding, berjejer patung-patung prajurit setinggi tiga meter yang memegang tombak.
Anehnya, semua patung itu tidak memiliki kepala.
"Tempat apa ini?" bisik Long Yin, merinding. "Patung-patung ini... rasanya seperti sedang melihat kita."
Ye Chen menggenggam Pedang Naga Langit (yang kini kembali terlihat seperti besi hitam biasa, meski garis merahnya masih berdenyut samar).
"Ini adalah Makam Penjaga," kata Ye Chen, membaca tulisan kuno yang samar di dinding. (Pengetahuan bahasa kuno ini entah bagaimana dia mengerti, sisa ingatan masa lalu).
"Reruntuhan ini bukan sekadar kota. Ini adalah penjara. Dan orang-orang ini... adalah sipir yang dihukum mati bersama tahanannya."
Mereka berjalan perlahan menyusuri lorong itu.
Setelah sepuluh menit berjalan, lorong itu berakhir di sebuah pintu gerbang logam raksasa setinggi sepuluh meter. Tidak ada lubang kunci. Hanya ada sebuah cekungan berbentuk telapak tangan di tengah pintu.
"Kunci energi," gumam Ye Chen.
Dia menempelkan tangannya ke cekungan itu. Dia mencoba mengalirkan Energi Bintangnya.
Tidak ada reaksi.
"Mungkin butuh kunci khusus?" tanya Long Yin.
Ye Chen berpikir sejenak. Dia teringat Peta Kuno milik Lin Feng. Dia mengeluarkannya. Di balik peta kulit itu, ada sebuah pola rune yang mirip dengan ukiran di pintu.
Tapi peta itu hanyalah kertas.
Tiba-tiba, Cincin Perak di jari Ye Chen bergetar. Dan Pedang Naga Langit di punggungnya berdengung.
Pedang itu ingin pintu ini terbuka.
"Yin'er, mundur sedikit," kata Ye Chen.
Ye Chen tidak menggunakan peta. Dia mengangkat pedang hitamnya.
"Jika tidak ada kunci," kata Ye Chen, matanya menyala merah. "Kita buat pintu sendiri."
Ye Chen memusatkan seluruh kekuatan Ranah Pengumpul Bintang Tahap 1-nya ke dalam pedang. Berat pedang itu meningkat drastis.
"Sembilan Hantaman: Tanah Longsor!"
DHUAAARR!
Ye Chen menghantam pintu logam itu sekuat tenaga.
Pintu itu... tidak hancur. Logamnya terlalu keras, mungkin Tingkat Bumi.
Namun, getaran dari hantaman itu mengaktifkan mekanisme pertahanan kuno.
KLIK. KLIK....
Suara roda gigi raksasa berputar terdengar dari balik dinding.
Mata patung-patung tanpa kepala di sepanjang lorong tiba-tiba menyala merah di bagian dada mereka.
"Penyusup..." suara mekanis yang rusak bergema. "...Pemusnahan... diaktifkan."
Patung-patung batu itu mulai bergerak. Lapisan batu di tubuh mereka rontok, menampakkan tubuh logam perunggu di bawahnya.
Boneka Bintang (Star Puppets). Tingkat Kekuatan: Pengumpul Bintang Tahap 3.
Dan ada dua puluh dari mereka.
"Sial," umpat Ye Chen. "Aku benci mekanisme kuno."
Boneka terdekat mengayunkan tombak perunggunya ke arah Ye Chen. Gerakannya kaku tapi sangat cepat dan bertenaga.
Ye Chen menangkis dengan pedangnya.
TRANG!
Ye Chen terdorong mundur dua langkah. "Keras! Fisik mereka setara logam!"
"Kakak! Di belakang!"
Dua boneka lain menyerang Long Yin.
Long Yin tidak panik. Dia mencabut Jepit Rambut Teratai Salju dari rambutnya. Dia mengalirkan energi esnya.
"Dinding Teratai Es!"
Sebuah kelopak bunga es raksasa muncul, melindungi dirinya. Tombak boneka itu menghantam es, meninggalkan retakan tapi tidak tembus.
"Yin'er, pertahankan perisai itu!" teriak Ye Chen. "Aku akan menghancurkan mereka!"
Ye Chen melesat maju. Melawan benda mati seperti ini, teknik membunuh seperti menyerang titik vital tidak berguna. Mereka tidak punya jantung atau leher.
Satu-satunya cara adalah menghancurkan inti energi mereka.
Mata Ye Chen menyala. Dia melihat titik merah di dada boneka itu.
"Hancur!"
Ye Chen melompat, menghindari tombak, dan menghantamkan pedang beratnya tepat ke dada boneka pertama.
CRACK!
Dada perunggu itu penyok dalam. Inti energinya hancur. Boneka itu mati seketika.
"Satu!"
Tapi 19 lainnya mengepungnya.
Pertarungan menjadi kacau. Ye Chen bergerak seperti bayangan di antara tombak-tombak raksasa. Setiap ayunan pedangnya menghancurkan logam.
Namun, jumlah mereka terlalu banyak. Dan Ye Chen masih terluka. Stamina nya terkuras cepat.
Satu tombak berhasil menggores pinggangnya. Satu lagi memukul punggungnya.
"Uhuk!" Ye Chen memuntahkan darah.
"Kakak!" Long Yin melihat Ye Chen terdesak.
Di saat kritis itu, mata kiri Long Yin yang berwarna Emas bersinar sangat terang, lebih terang dari sebelumnya.
Dia merasakan... pola dari pergerakan boneka-boneka itu. Mereka bergerak dalam satu kesatuan pikiran.
"Kakak!" teriak Long Yin. "Jangan serang tubuhnya! Serang Lantai! Di bawah kaki boneka ketiga dari kiri! Itu pusat pengendali formasinya!"
Ye Chen tidak bertanya. Dia percaya mutlak pada penglihatan Long Yin.
Dia mengabaikan boneka yang menyerangnya, menerima satu pukulan di bahu demi melompat ke posisi yang ditunjuk Long Yin.
Ye Chen memegang pedang dengan dua tangan, mengarahkannya ke lantai batu di bawah boneka ketiga.
"Sembilan Hantaman: Gunung Terbelah!"
BOOOOOOOOM!
Lantai itu hancur. Di bawahnya, sebuah kristal pengontrol formasi yang tersembunyi pecah berkeping-keping.
Seketika, cahaya merah di dada semua boneka itu padam.
Mereka berhenti bergerak, membeku dalam posisi menyerang, lalu jatuh berantakan menjadi tumpukan logam rongsokan.
Hening.
Ye Chen jatuh berlutut, napasnya memburu hebat. Darah menetes dari luka barunya.
"Kerja bagus... Yin'er," Ye Chen tersenyum lemah, mengacungkan jempol.
Long Yin berlari memeluknya. "Kakak bodoh! Kenapa kau nekat sekali?"
Ye Chen tertawa kecil. "Karena hadiahnya ada di depan."
Pintu gerbang raksasa itu, setelah mekanisme pertahanannya dihancurkan, perlahan terbuka dengan suara berderit yang menyakitkan telinga.
Cahaya biru menyilaukan memancar dari dalam ruangan di balik pintu itu.
Energi yang keluar dari sana begitu murni dan padat hingga membuat Ye Chen merasa pori-porinya bernapas sendiri.
"Ini..."
Di tengah ruangan itu, terdapat sebuah kolam kecil yang berisi cairan biru bercahaya. Dan di tengah kolam itu, tumbuh sebatang bunga teratai yang terbuat dari kristal es.
Teratai Bintang Sembilan Kelopak (Nine-Petal Star Lotus).
Tanaman obat Tingkat Bumi Kelas Puncak. Satu kelopaknya saja bisa membuat orang biasa langsung lompat ke Ranah Pengumpul Bintang.
"Kita kaya," bisik Ye Chen.
Tapi, matanya kemudian tertuju pada sesuatu yang lain.
Di dinding belakang ruangan itu, terdapat sebuah lukisan mural raksasa. Lukisan itu menggambarkan seorang pria memegang pedang hitam (mirip pedang Ye Chen) sedang bertarung melawan Naga Hitam Raksasa.
Dan di bawah lukisan itu, duduk sebuah kerangka manusia yang memegang sebuah kotak kayu kecil.
Cincin Perak Ye Chen bergetar gila-gilaan.
"Bukan Teratai itu yang terpenting," kata Ye Chen, berjalan tertatih mendekati kerangka itu. "Tapi kotak ini."
Ye Chen mengambil kotak itu. Tidak terkunci.
Dia membukanya.
Di dalamnya, tidak ada emas atau permata. Hanya ada sebuah potongan logam kecil yang bergerigi.
Potongan pecahan dari sebuah Kunci.
"Pecahan kunci?" Ye Chen bingung.
Tiba-tiba, suara Wang Teng terdengar samar dari kejauhan lorong di belakang mereka.
"Suara ledakan tadi dari sini! Cepat! Mereka pasti di depan!"
Ye Chen menutup kotak itu dan menyimpannya. Dia menatap Teratai Bintang itu.
"Yin'er, ambil teratai itu. Makan satu kelopak sekarang, simpan sisanya. Kita harus pergi."
"Ke mana? Jalan buntu!" panik Long Yin.
Ye Chen menunjuk ke lukisan mural. Di mata patung naga dalam lukisan itu, ada aliran udara.
"Jalan rahasia lagi," Ye Chen menyeringai. "Ayo kita buat Wang Teng frustrasi lagi."
Mereka mengambil teratai itu, memicu mekanisme di lukisan, dan menghilang ke dalam jalan rahasia tepat saat Wang Teng dan pasukannya tiba di depan pintu gerbang yang terbuka, hanya untuk menemukan ruangan yang kosong melompong.