NovelToon NovelToon
Saat Aku Berhenti Berharap

Saat Aku Berhenti Berharap

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Dijodohkan Orang Tua / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:8.6k
Nilai: 5
Nama Author: Lisdaa Rustandy

Dua tahun menjadi istri dari pria cuek nan dingin yang tak pernah mencintaiku, aku masih bersabar dalam pernikahan ini dan berharap suatu hari nanti akan ada keajaiban untuk hubungan kami.
Tetapi, batas kesabaranku akhirnya habis, saat dia kembali dari luar kota dengan membawa seorang wanita yang ia kenalkan padaku sebagai istri barunya.
Hatiku sakit saat tahu dia menikah lagi tanpa izin dariku, haruskah dia melakukan hal seperti ini untuk menyakiti aku?
Jujur, aku tak mau di madu, meskipun awalnya aku meyakinkan diriku untuk menerima wanita itu di rumah kami. Aku memilih pergi, meminta perpisahan darinya karena itulah yang ia harapkan dariku selama ini.
Aku melangkah pergi meninggalkan rumah itu dengan hati yang hancur berkeping-keping. Kupikir semua sudah berakhir begitu aku pergi darinya, namun sesuatu yang tak terduga justru terjadi. Ia tak mau bercerai, dan memintaku untuk kembali padanya.
Ada apa dengannya?
Mengapa ia tiba-tiba memintaku mempertahankan rumah tangga kami?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lisdaa Rustandy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

#13

[KEESOKAN HARINYA]

RUMAH NAYSILA

Alden dan orang tuanya duduk berhadapan dengan orang tua Naysila. Suasana yang biasa santai dan hangat, kini mendadak jadi hening dan tegang. Tidak ada senyum ramah dari orang tua Naysila, yang ada hanya raut wajah penuh kecewa.

Alden menunduk, rasa gugup menyeruak setiap kali ayah Naysila menatapnya. Ia tahu, mertua lelakinya itu pasti sangat marah padanya karena telah menyakiti Naysila.

"Pak Ali, kami datang kemari untuk membicarakan perihal rumah tangga anak kita. Sebelumnya, kami minta maaf jika kedatangan kami ini mengganggu," ucap Pak Haldy, memulai pembicaraan dan mencairkan suasana.

"Benar, Pak, Bu. Kami minta maaf sudah mengganggu," timpal Bu Tamara, ikut bicara.

Pak Ali menghela napas panjang, tubuhnya sedikit di condongkan ke depan dan berkata, "Baiklah, kita bicarakan sampai selesai. Hari ini juga."

Suara Pak Ali terdengar berwibawa, namun dingin. Tidak ada nada ramah seperti biasanya. Alden makin menunduk, menahan napas. Suara itu seperti vonis yang sebentar lagi akan dijatuhkan padanya.

"Selama ini, kami percaya Alden adalah pria yang baik untuk Naysila. Tapi kenyataan membuktikan sebaliknya," lanjut Pak Ali dengan tatapan tajam mengarah ke Alden. "Kamu menyakiti anak kami, Alden. Dan sebagai orang tua, kami tidak bisa tinggal diam."

Bu Diah, yang sejak tadi diam, akhirnya ikut bersuara dengan mata berkaca-kaca.

"Anak kami datang ke rumah dengan wajah sembab, hati hancur. Dia tidak mau cerita banyak, tapi kami tahu ada luka yang dalam. Jika kami tidak memaksa dia untuk mengaku, mungkin sampai detik ini kami tidak akan pernah tahu apa yang terjadi padanya. Nay, memang wanita yang tidak pernah mau menceritakan keburukan rumah tangganya, bahkan pada orang tuanya sendiri."

"Ya, dan itu membuat kami harus memaksanya untuk jujur." Pak Ali menimpali. "Jujur, kami sangat kecewa dan sedih mendengar pengakuannya tentang Alden yang menikah lagi tanpa izin darinya. Itu benar-benar perbuatan yang tidak terpuji. Sebagai orang tuanya, kami jelas marah. Jika memang itu disebabkan karena Naysila melakukan kesalahan atau memiliki kekurangan, mengapa tidak bicara baik-baik dan kembalikan dia pada kami secara baik-baik juga? Kenapa harus melukai hatinya dengan cara seperti itu?" tutur Pak Ali.

Alden masih tertunduk, tak sanggup menatap mata sang ayah mertua.

Pak Haldy menoleh pada anaknya, lalu berkata pelan, "Alden sudah mengaku menyesal, Pak Ali, Bu Diah. Dia ingin memperbaiki kesalahannya. Tapi kami serahkan semuanya kepada kalian, karena ini menyangkut perasaan dan kebahagiaan Naysila, putri kalian."

Pak Ali menanggapi, "Kami juga tidak berhak atas masa depan putri kami, Naysila lebih berhak memutuskan harus seperti apa. Sudah cukup kami melakukan keegoisan dengan menjodohkan dia dengan lelaki yang sudah melukai hatinya. Biar dia yang memutuskan akhir dari hubungan ini."

"Baiklah, Pak. Bisa tolong panggilkan Naysila? Kita harus bicara dengannya secara langsung."

Pak Ali bangkit dari duduknya dan pergi ke kamar Naysila. Ia mengetuk pintu kamar wanita itu dan membukanya. Di dalam kamarnya, Naysila tampak duduk sambil melamun di jendela kamarnya.

Pak Ali prihatin, ia masuk dan menghampiri putrinya.

"Nak, ayo keluar. Alden dan orang tuanya ingin bertemu kamu, untuk menyelesaikan masalah kalian," kata Pak Ali dengan menyentuh bahu putrinya.

Naysila menoleh. "Aku... gak mau ketemu mereka, Pak. Aku malu..."

"Kenapa harus malu, Nak? Kehadiran kamu sangat penting saat ini, karena hanya keputusanmu yang bisa menyelesaikan semuanya."

Naysila menatap ayahnya, dan Pak Ali tersenyum lembut padanya. "Mari... jangan biarkan mereka menunggu terlalu lama."

Naysila akhirnya mengangguk, ia mulai mengikuti ayahnya berjalan keluar dari kamar.

Ketika mereka sampai di ruang tamu, semua orang menoleh pada mereka termasuk Alden. Kepala Naysila menunduk, seolah tak mau bertatap mata dengan Alden dan orang tuanya. Alden pun terlihat terus menatapnya walaupun Naysila sama sekali tak mengangkat wajahnya.

Naysila duduk di samping ayahnya, kedua tangannya tampak sibuk mencubiti bajunya karena gugup.

Bu Tamara berdiri dan menghampiri Naysila. Ia duduk di samping Naysila dan memeluknya.

"Nak, tolong maafkan Ibu. Ibu tidak tahu apa yang Alden lakukan sebelumnya, Ibu kira semuanya baik-baik saja. Tapi, tanpa Ibu sadari ternyata kamu dilukai, kamu di dzalimi oleh suamimu sendiri. Maafkan Ibu, Nak..." Bu Tamara berkata sambil terisak-isak, tangannya erat memeluk Naysila.

Mendengar perkataan Bu Tamara, Naysila tersentuh dan merasa matanya perih. Ia membalas pelukan ibu mertuanya dengan diiringi isakan pelan.

"Ibu gak usah minta maaf, Ibu gak salah. Dalam pernikahan ini, aku yang salah... Aku memang gak pernah bisa membuat Mas Alden nyaman denganku. Aku gagal membuatnya merasa di surga dalam rumah tangga kami. Aku yang minta maaf, Bu, karena aku gagal jadi seorang istri."

Air mata Naysila tumpah, menciptakan momen haru yang luar biasa di ruangan itu. Semua orang melihat dengan perasaan sedih, begitu juga dengan Alden yang merasakan penyesalan luar biasa melihat ibu dan istrinya menangis sambil berpelukan.

Bu Tamara melepaskan pelukannya dan membelai wajah Naysila dengan lembut. "Kamu tidak kurang satu apapun, Nak. Kamu adalah istri yang sangat baik dan sempurna. Anak Ibu yang salah, anak Ibu kurang bersyukur. Jujur saja, Ibu sangat malu atas perbuatannya itu. Sungguh, Ibu tidak rela dia mendzalimi kamu seperti itu."

"Gak apa-apa, Bu. Mungkin memang ini nasibku, tidak beruntung dalam pernikahan."

Bu Tamara kembali memeluk Naysila, kasih sayangnya pada wanita itu sudah setara dengan kasih sayang seorang ibu.

Pak Haldy menatap putranya dan bertanya, "Bagaimana? Kamu sangat puas melihat ibu kamu menangis seperti itu, akibat perbuatanmu?"

Alden terdiam, kembali menundukkan kepala. Jelas, ia sangat malu pada ayahnya sendiri.

Setelah berpelukan dan menangis bersama, Bu Tamara duduk lagi di tempat semula, tangannya menyeka air matanya yang masih tersisa. Naysila pun melakukan hal yang sama, lalu kembali menundukkan kepala.

Suasana kembali hening selama beberapa saat, hingga akhirnya Pak Haldy yang mulai lagi pembicaraan.

"Jadi, bagaimana? Bagaimana dengan kelanjutan hubungan kalian? Kalian belum resmi bercerai, baik secara agama atau hukum. Karena Alden pun tidak pernah mengucapkan talak terhadap Naysila."

Pak Ali melirik Naysila dan berkata, "Benar, kalian harus menentukan akan seperti apa melanjutkan hubungan ini. Walaupun Alden sudah menikah lagi, tapi kamu tetap istri sahnya, dan belum di ceraikan. Masih ada harapan untuk memperbaiki semuanya. Namun, jika kamu memang memilih perpisahan jalan terbaik, kami terima keputusan itu dengan ikhlas."

"Meskipun Alden punya istri lagi. Tapi dia sudah mengantarkan wanita itu pulang dan menceraikannya," timpal Bu Tamara.

Naysila mengangkat wajah dan menatap ibu mertuanya. Ia tak percaya Alden sudah menceraikan Serena, sebab yang ia tahu Alden begitu mencintainya, setidaknya ia menilai apa yang ia lihat.

Naysila lalu menatap Alden, yang ternyata kini juga tengah menatapnya. Tatapan mereka bertemu, dan tatapan Alden seolah menjelaskan bahwa apa yang Bu Tamara katakan adalah benar.

Naysila menggigit bibir bawahnya, mencoba menahan emosi yang membuncah. Matanya masih berkaca-kaca saat ia kembali menunduk, namun pikirannya mulai kacau. Ia bingung, kecewa, sekaligus terkejut. Alden menceraikan Serena? Benarkah itu?

"Kenapa... kenapa kamu menceraikannya?" tanya Naysila akhirnya, suaranya pelan namun jelas. Semua mata kini menoleh pada Alden, menunggu jawabannya.

Alden menegakkan tubuh, berusaha menunjukkan keberanian walau tenggorokannya tercekat. Namun kali ini, bukan hanya rasa bersalah yang terpancar dari wajahnya, melainkan juga kejujuran yang telah lama disembunyikan.

"Aku harus jujur," katanya pelan. "Sebenarnya... aku dan Serena... kami tidak benar-benar menikah."

1
Sunaryati
Karena sejak awal pernikahan kamu langsung menutup hati, dan menyakiti hati dan sekarang malu akan berjuang, setelah merasakan kehilangan saat ditinggalkan
Sunaryati
Jika ragu akan disakiti lagi namun kamu akan beri kesempatan, buat perjanjian Nay
Aretha Shanum
ahh bosen alurnya , menye2 kaya bumi sempit ga ada lski2
Lisdaa Rustandy: iya, emang sempit kok. kalo mau yg luas keluar dari novel aja🤣🤣
total 1 replies
lovina
ketawa sj kalau baca novel modelan gini, wnaitanya selalu naif dan bodoh sdngkan laki2nya selalu di buat semaunya dan ujungnya balikan dgn ending sm semua novel, baca buku berkali2 dgn alur yg sama... niat amat author2 dadakan kek gini g bisa yah buat yg beda, g mungkinkan oyak nya cmn satu tuk semua author...kalau di kritik biasnaya tantrum
Lisdaa Rustandy: maaf, saya sudah berkarya hampir 4thn, jadi bukan dadakan lagi. Setidaknya buatlah versi anda sendiri sebelum menertawakan karya orang lain🤣🤣🤣
total 2 replies
Sunaryati
Kamu renungkan semua kesalahan kamu Alden, dan berpikir cara memperbaikinya. Nayla jika kamu masih ada cinta untuk Alden berpikir jernih baru ambil keputusan.
Lestari Ari Astuti
semoga bersatu kembali
partini
hemmm enak bener jadi laki udah cup sana cup nyesel minta maaf balikan ga jadi baca Thor
Lisdaa Rustandy: tapi Alden gak pernah ngapa2in sama Serena, kan dari awal cuma boongan. Cup sana cup sininya darimana, kak? 😄 Alden masih ORI itu
total 1 replies
Lestari Ari Astuti
di tunggu kelanjutannya
Tutuk Isnawati
nyesel deh sekarang gliran orgny dah. prgi
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!