Shanum disiksa sampai matii oleh dua kakak tirinya. Sejak ibunya meninggal, dia memang diperlakukan dengan sangat tidak baik di rumah ayahnya yang membawa mantan kekasihnya dan anak haramnya itu.
Terlahir kembali ke waktu dia masih SMA, ketika ibunya baru satu tahun meninggal. Shanum bangkit, dia sudah akan membiarkan dirinya dilukai oleh siapapun lagi. Dia bukan lagi seorang gadis yang lemah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon noerazzura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18. Rencana Licik
Di tempat berbeda, di rumah sakit. Sebenarnya dokter juga sudah mengatakan kalau Diana bahkan sudah boleh pulang sejak sore tadi. Tapi, karena gadis itu ingin menarik simpati lebih banyak orang dengan memposting lagi beberapa foto ke media sosial dengan latar masih berada di kamar Rumah sakit VIP. Dia bahkan tidak ingin keluar rumah sakit dengan cepat.
Hingga malam ini, Dion harus menjaga adiknya itu.
Namun bukannya di sambut dengan senang hati. Diana tampak kesal pada kakaknya itu. Dia masih ingat apa yang dikatakan oleh Santi dan Jeni. Apa mungkin kakaknya itu diam-diam mengajari Shanum bermain basket. Atau mungkin Shanum diam-diam mengintip kakaknya latihan. Tapi, kenapa kakaknya bisa tidak menyadarinya.
Melihat wajah adiknya yang ditekuk seperti itu. Dion mengangkat kedua alisnya.
"Ada apa dengan wajahmu? ada komen buruk di postingan mu? beritahu kakak! kakak akan cari siapa pemilik akun itu!" kata Dion dengan besar mulut.
Pemuda itu segera duduk di samping adiknya dan mengupas sebuah jeruk. Tentu saja bukan untuk Diana. Tapi untuk dirinya sendiri.
"Kakak, apa kalau kakak latihan basket. Kakak biarkan si Upik abu itu melihat kakak?" tanya Diana pemasaran.
Rasanya memang tidak mungkin kalau Dion mengajari Shanum. Pasti Shanum yang mencuri-curi lihat saat Dion sedang latihan atau sedang iseng bermain basket di lapangan yang memang disiapkan oleh Ricky untuk putra sulungnya itu.
Dion yang sedang mengunyah makanan di mulutnya merasa pertanyaan adiknya agak terdengar aneh.
"Mana berani dia mencuri lihat! mana berani dia keluar malam dari kamarnya, aku selalu latihan malam hari. Memangnya ada apa?" tanya Dion.
Diana yang khawatir kalau kakaknya itu tidak percaya tanpa dia membuktikan tentang apa yang ingin dia katakan. Segera memberikan ponselnya pada Dion. Disana ada video yang sedang ramai di kalangan siswa sekolahnya. Shanum mengalahkan kapten tim basket bermain one on one hari ini.
Dan begitu Dion melihat video itu, pemuda itu nyaris keselek biji jeruk.
"Uhukk"
Diana segera melirik ke arah kakaknya. Benar saja, kakaknya saja sangat terkejut seperti itu. Bukankah itu artinya kakaknya memang tidak pernah mengajari dan dari situ bisa bermain dengan sendirinya. Tapi itu sangat mustahil. Diana sungguh tidak bisa mempercayai hal seperti itu. Bagaimana bisa? dia memang tidak pernah melihat Upik abu itu berlatih lalu bagaimana bisa menguasai teknik bermain seperti itu?
"Ini semuanya teknik yang benar, bagaimana di bodohh itu bisa melakukan semua ini? aku bahkan tidak pernah mengatakan nama-nama teknik permainan ini! bagaimana bisa?" gumam Dion.
Dia saja, yang biasanya otaknya paling realistis di antara keluarganya merasa bingung. Apalagi Diana.
"Dan kata Santi juga Jeni, sekarang dia menjadi sangat populer gara-gara bisa mengalahkan Reno! si Reno itu benar-benar tidak berguna! menyebalkan!" omel Diana.
Mendengar aduan Diana tentang Reno. Dion malah terkekeh pelan.
"Itukan bodyguard pilihanmu. Lagipula aku sudah bilang, dia itu tidak berguna. Dia itu cuma anak miskinn yang kebetulan punya segudang prestasi olahraga. Akademik dia juga tidak terlalu pintar kan? masih saja kamu mau di ikuti pemuda itu kemana-mana di sekolah?" tanya Dion.
"Kakak, setidaknya dia crush nomor satu di sekolah sekarang. Lagipula memang tidak ada siswa yang lebih kaya dari keluarga Megantara. Dan Reno memang paling tampan. Selama dia masih berguna untukku. Biarkan saja, toh aku juga cuma memanfaatkannya saja. Aku sama sekali tidak menyukainya, dia hanya layak menyeka sepatuku!" kata Diana yang sangat sombong.
Padahal semua harta yang membuatnya disegani dan dihormati teman-teman sekolahnya saat ini. Itu adalah milik Shanum, itu harta peninggalan untuk Shanum dari ibunya. Dia juga tadinya hanya anak dari simpanan Ricky yang tinggal di rumah susun kecil, bahkan lebih bagus tempat tinggal Reno saat ini daripada tempat tinggalnya dulu. Namun, uang memang bisa membuat seseorang tidak bisa menoleh ke belakang. Diana seolah lupa siapa dulu dirinya sebelum masuk ke rumah Sofia dan ibunya menikah dengan ayahnya secara resmi.
Mendengar pernyataan adiknya. Dion kembali terkekeh.
"Bagus kalau begitu! kamu sekarang adalah anak orang kaya. Kita punya segalanya, mana level kita dengan para sampah itu!" kata Dion.
Pemuda itu sudah takabur juga sepertinya. Benar-benar orang yang tidak tahu diri. Memangnya semua harta itu akan menjadi milik mereka? mimpi saja mereka.
Diana mengangguk, dia memang punya pemikiran yang sama dengan kakaknya. Menganggap mereka sudah menjadi orang kaya, dan memandang rendah orang lain yang berada di bawah mereka level ekonominya.
"Kak, pokoknya aku gak mau tahu. Aku bisa berada di ruangan bawah tanah itu gara-gara si Upik abu itu. Dan dia sudah menjadi-jadi di sekolah. Dia bahkan memukul Firda! kakak harus beri pelajaran padanya!" kata Diana mengadu pada Dion.
Dan lagi-lagi Dion di buat terkejut dengan apa yang baru dia dengar.
"Si bodohh itu berani memukul Firda?" tanyanya mengulang.
Diana mengangguk. Dan itu cukup mengejutkan Dion. Dari gadis lemak yang tidak bisa apa-apa, cengeng dan penakut. Juga sangat patuh hanya karena takut akan di acuhkan sang ayah. Kenapa mendadak, Shanum bisa menjadi seorang gadis yang berani, dan tidak bisa di atur. Bahkan dia seenaknya bicara dan tak takut sama sekali pada ayahnya. Lalu, keahliannya bermain basket. Benar-benar membuat Dion terkejut.
Melihat kakaknya yang bengong, padahal Dion memang sedang mencoba untuk mencerna perubahan drastis yang terjadi pada Shanum. Diana malah menepuk lengan kakaknya.
Plakk
"Kok malah bengong sih kak?" tanya Diana kesal.
"Siapa bilang aku sedang bengong. Aku sedang berpikir! rasanya ada yang aneh. Apa mungkin dia kerasukan!"
Wajah Diana langsung terlihat meremehkan pikiran kakaknya itu.
"Ini sudah jaman apa kak? masih saja percaya hal seperti itu. Tidak ada hal seperti itu. Pasti dia sudah merencanakan ini sejak lama. Pokoknya kakak harus beri dia pelajaran. Pulang sekolah besok, aku akan buat dia keluar paling akhir. Kakak ajak teman-teman kakak, balaskan sakit hatiku padanya!" kata Diana yang bahkan punya pikiran yang begitu licik.
Tapi Dion malah tersenyum miring.
"Pasti, aku akan beri dia pelajaran sampai dia minta ampun dan berlutut di kaki kita lagi, seperti biasanya. Enak saja, si bodohh itu, harus tetap menjadi si bodohh. Berlagak menjadi si pemberani, mimpi saja dia!" ucap Dion begitu yakin.
Diana juga tersenyum menyeringai.
'Rasakan itu Upik abu, teman-teman kak Dion itu banyak premann. Habislah kamu!' batin Diana yang merasa kalau rencana liciknya akan berhasil besok.
***
Bersambung...