Aku hanya seorang figuran dalam kisah cintamu. Tapi tidak apa-apa, setidaknya Aku masih bisa melihatmu. Aku masih bisa menyukaimu sebanyak yang Aku mau. Tidak apa-apa Kamu tidak melihatku, tapi tetap ijinkan Aku untuk melihatmu. Karena keberadaanmu bagai oksigen dalam hidupku. (Khansa Aulia)
*Update Senin-Sabtu
*Minggu Libur 😁
^ErKa^
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ErKa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ch 30 - Apakah Itu Lamaran?
Pagi itu Aku sudah bersiap untuk mengeluarkan mobil dari garasi ketika kudengar bunyi klakson mobil dari depan rumah.
TIN... TIN... TIN...
Aku berbalik dan melihat Andre di sana. Pria itu membuka kaca mobil dan melambai-lambaikan tangannya padaku. Sejurus kemudian pria itu turun dari mobil dan berjalan mendekatiku.
"Aku kan sudah bilang mau jemput Sha." Andre mengambil kunci mobilku dan meletakannya di saku celana. "Untuk sementara kuncimu Aku tahan. Aku akan antar jemput Kamu, oke?"
"Tidak oke Mas. Biarkan Aku berangkat sendiri..." Aku menengadahkan tanganku untuk meminta kunci itu, namun Andre tetap tidak memberikannya.
Tiba-tiba Sizil datang dan bergabung dengan Kami.
"Bu, Aku naik ojek online. Bentar lagi ojekku datang Bu."
"Lho? Kok bisa?"
"Iya Bu, sudah janjian sama nasabah. Ibu bareng Pak Andre aja ya. Nah itu ojekku sudah dateng. Dadah Ibu... Pak Andre ganteng, Aku duluan ya..." Sebelum Kami sempat membalas ucapan Sizil, wanita muda itu sudah berlari ke arah ojek online yang sudah menunggunya.
Aku tidak punya pilihan lain. Mau tidak mau Aku berangkat bareng Andre. Pria itu tampak tersenyum penuh kemenangan. Dia berjalan mendahuluiku dan membukakan pintu untukku.
"Terima kasih Mas. Aku bisa membukanya sendiri."
"Ya ampun Sha, sama pacar sendiri kaku banget. Aku juga sekali-kali pengen manjain pacarku." Aku tersenyum kecut. Sebentar-sebentar Andre selalu menyebut kata *pacar*, seolah-olah ingin membuatku selalu ingat bahwa Kami telah berpacaran.
"Aku bisa melakukan semuanya sendiri Mas. Kamu tidak perlu repot-repot melakukan banyak hal untukku."
"Nah kaku lagi kan. Kapan Kamu bisa bicara santai sama pacar sendiri Sha?" Andre bertanya sembari mengemudikan mobilnya.
"Ehem." Aku hanya bisa terbatuk.
Aku tidak tahu arah hubunganku dengan Andre akan berakhir kemana? Selama dua bulan ini tidak ada perkembangan perasaan di hatiku. Aku hanya menganggap Andre sebagai senior yang patut untuk dihormati.
"Hari ini rencana mau kemana saja?" tanyanya.
"Sepertinya mendampingi anak-anak sesuai dengan pipeline yang mereka tulis Mas."
"Khansa..." Nada suara Andre berubah. Aku segera menengoknya.
"Iya Mas?"
"Apa Kamu berencana untuk bekerja seterusnya?"
"Maksudnya Mas?"
"Apa Kamu tidak ingin berdiam di rumah? Menungguku pulang dan merawat anak-anak Kita?"
"Uhuk... Uhuk... Uhuk..." Terlalu terkejut membuatku tersedak ludah sendiri. Aku menatap Andre dengan mata terbelalak. Andre tidak membalas tatapanku. Dia masih tampak santai sembari mengemudi.
"Kita sudah sama-sama dewasa Sha, bukan anak kecil lagi. Aku memiliki ekpektasi tinggi terhadap hubungan ini. Aku ingin hubungan ini berakhir di pernikahan."
GLEG
Aku hanya bisa menelan ludah dengan gugup. Aku tidak menyangka Andre akan berkata hal seperti ini. Hubungan Kita bahkan belum mencapai kemajuan apa-apa, namun dia sudah membahas pernikahan denganku? Lelucon macam apa ini?
"Cobalah untuk menerimaku Sha. Tolong buka hatimu sedikit saja untukku. Biarkan Aku masuk ya..." Andre menatapku dengan lembut. Namun tetap tidak ada debaran di hatiku selain perasaan gugup karena mendengar kata-katanya.
Aku sungguh tidak siap mendengar hal ini. Apa yang baru saja kudengar itu termasuk lamaran? Melamar wanita ketika sedang perjalanan ke kantor, baru kali ini Aku mendengarnya.
Aku bingung harus menjawab perkataan Andre. Akhirnya Aku memilih untuk diam.
"Tolong pikirkan perkataanku ya Sha..." Tiba-tiba tangan kiri Andre meremas tangan kananku. Aku terkejut. Ingin rasanya Aku menampik tangan itu. Aku menahan diri untuk tidak melakukannya.
Satu detik... Lima detik... Dua puluh detik... Tanganku mulai gatal dan berkeringat. Aku merasa jengah dengan sentuhan kulit ini. Aku ingin segera memutus kontak fisik ini.
"Ehm, coba Aku lihat laporan hari ini." Aku menarik tanganku dan pura-pura mengambil ponsel. Berakting memeriksa isi dari ponselku. Kulihat dari sudut mata, tampak Andre menghela napas kecewa.
Kemudian Kami sibuk dengan pikiran masing-masing. Aku tetap pura-pura sibuk memeriksa ponsel, sementara Andre menyetir dalam diam.
Entah mengapa Aku sangat lega ketika melihat bangunan kantorku dari kejauhan. Aku merasa seperti terbebas dari ruang pengap ini.
Andre memarkir mobilnya. Kemudian Kami turun dari mobil tanpa sepatah katapun. Kami menaiki lift. Aku menuju lantai 2 sementara Andre ke lantai 3.
TING...
Lift berhenti di lantai 2. Tiba-tiba Andre menarik tanganku.
"Nanti tunggu Aku ya. Kita pulang bareng."
"Emm, Aku bisa pulang sendiri Mas..."
"Aku memaksa." Andre tersenyum lembut. "Semangat kerja ya." Dia membelai kepalaku dengan lembut. Sebelum Aku menepis tangannya, dia terlebih dulu menarik tangannya dan menekan tombol lift. Kemudian dia melambai-lambaikan tangannya dengan tersenyum cerah. Aku menatap senyum itu sampai pintu lift tertutup sepenuhnya.
Aku berjalan ke ruanganku. Perkataan Andre terngiang-ngiang di kepalaku. Aku berusaha menduga-duga apa maksud dari perkataan pria itu. Hasil pemikiranku, Andre sudah gila!
Ya, bagaimana tidak gila? Kami baru saja berpacaran. Hubungan Kami belum mencapai kemajuan apapun. Baik dalam hal perasaan maupun sentuhan fisik yang ringan. Bagaimana mungkin Andre sudah menginginkanku sebagai istrinya? Apa dia pikir pernikahan itu perkara mudah? Bila tidak cocok di kemudian hari tinggal berpisah? Benar-benar gegabah.
Lamunanku dihentikan oleh banyaknya aktivitas di ruangan. Anak buahku tampak sibuk mempersiapkan presentasi produk perbankan yang akan Kami jual. Kesibukan itu mengalihkan perhatianku dari perkataan Andre.
Hari itu Aku bekerja seperti biasanya. Setelah meeting pagi bersama pimpinan, Aku mulai mendampingi anak buahku mencari nasabah baru.
Kami mulai pergi ke instansi-instansi untuk menawarkan program baru Kami. Menawarkan produk menjadi lebih mudah karena bank Kami sudah dikenal oleh masyarakat luas. Kami tidak perlu memberikan tenaga yang berlebih.
Banyak produk perbankan yang Kami jual seperti tabungan, deposito, giro, dan beberapa produk asuransi yang masuk dalam Grup perusahaan Kami.
Tidak membutuhkan waktu lama bagi tim Kami untuk membujuk para pimpinan instansi untuk mengalihkan sistem payroll/penggajian karyawan mereka ke bank Kami. Kami akan menjual produk apa saja asalkan DPK perusahaan bertambah.
Menjelang sore Aku bersama tim akan kembali ke kantor dan membahas perolehan hari ini. Kami akan meeting sampai waktu yang tidak ditentukan. Terkadang jam enam sore Kita sudah pulang. Namun tidak menutup kemungkinan Kita bisa pulang sampai tengah malam.
Meeting bersama anak buahku hari ini selesai pada pukul tujuh malam. Waktu yang cukup sore bagi Kami untuk pulang.
Aku sedang bersiap-siap untuk pulang. Berhubung hari ini Aku tidak membawa mobil, Aku berencana untuk memesan taksi online. Aku mengambil ponsel dan membuka aplikasi taksi online.
"Sudah selesai?" Suara Andre membuatku benar-benar terkejut. Aku berbalik dan melihat pria itu sudah bersandar di pintu ruanganku.
"Emm iya Mas..." Mati Aku. Aku tidak bisa menghindar.
"Ayo Kita pulang." Andre mengambil tasku dan membawanya.
"Aku bisa membawa tasku sendiri Mas..." Aku mengikuti Andre, berusaha meraih tasku.
"Nggak apa-apa. Tutup pintu ruanganmu. Jangan sampai ada berkas yang hilang."
"Iya Mas." Aku mengunci ruang kerjaku dan berjalan mengikuti Andre.
***
Happy Reading 🥰
akunya
Emg keren lu Thor/Ok/