Dia pikir, dibuang oleh suaminya sendiri akan membuat hidupnya berantakan dan menderita. Namun, takdir berkata lain, karena justru menjadi awal kebahagiaannya.
Daniza, seorang istri yang bagi suaminya hanya wanita biasa, justru sangat luar biasa di mata pria lain. Tak tanggung-tanggung, pria yang menyimpan rasa terhadapnya sejak lama adalah pria kaya raya dengan sejuta pesona.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kolom langit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Silahkan Pergi Dari Sini!
Alvin tersadar ketika indera pendengarannya menangkap suara tak asing itu. Tentunya ia hafal pemiliknya, yaitu suami tidak berguna Daniza. Dalam sepersekian detik, wajah Alvin sudah menggeram. Kedua tangannya terkepal sempurna. Kali ini tidak akan ada ampun untuk manusia satu itu.
"Masih berani kamu datang ke sini setelah semua perbuatan kamu." Tatapan Alvin menghujam tajam ke arah Revan.
Sama seperti Alvin, Revan pun terlihat tak dapat menahan amarah. Apa lagi baru saja menangkap basah Alvin menciumi istrinya. Bahkan Alvin hanya menggunakan setelan piyama di sana.
"Apapun masalah dalam rumah tangga saya, itu sama sekali bukan urusan kamu! Sekarang tinggalkan istri saya!"
Alvin berdecih. Panggilan istri yang disematkan Revan untuk Daniza membuat telinganya terasa gatal.
"Tidak usah sebut Daniza istri segala. Saya jijik dengarnya!"
Tak ingin Daniza terbangun dan terganggu oleh kehadiran Revan, Alvin mendekati pria itu. Ia berdiri tepat di hadapan Revan seperti tameng yang akan selalu melindungi Daniza.
"Saya tidak akan membiarkan kamu menyakiti Daniza lagi. Sekarang pergi dari sini sebelum saya tambahkan lebam di wajah kamu!"
Geram dengan ancaman Alvin, Revan mendorong dada pria di hadapannya, namun Alvin yang sedang dikuasai amarah itu bahkan tak bergeser sedikit pun.
"Kamu seharusnya sadar siapa diri kamu! Kamu hanya laki-laki tidak tahu malu yang berusaha mendekati istri orang!"
Alvin pasti sudah tertawa lantang jika tidak ingat kondisi Daniza sekarang.
"Dan kamu sebut diri kamu apa? Perebut harta orang dan tukang selingkuh, begitu?"
Seolah tak memerdulikan tempat di mana mereka berada sekarang, Alvin melayangkan bogem mentah wajah Revan yang masih membiru dari sisa perkelahian sore tadi. Membuat pria itu mundur beberapa langkah. Alvin pun segera menutup pintu ruangan itu.
"Saya bisa laporkan kamu atas tindakan penganiayaan," ancam Revan, mengusap sudut bibirnya.
Bukannya takut, Alvin malah mencengkram kerah kemeja Revan. "Silahkan laporkan sebanyak yang kamu mau. Karena sekarang saya akan menghajar kamu sebanyak yang saya mau!"
Seperti adegan perkelahian yang terjadi di film, Alvin memukuli Revan tanpa ampun. Gerakan cepat dan kuat Alvin membuat Revan kesusahan untuk membalas seperti tadi sore. Belum hilang lebam tadi sore, sekarang Alvin kembali memberinya lebam yang baru.
Hingga akhirnya beberapa orang yang berada di sekitar lokasi kejadian melihat adanya keributan.
Alvin kembali mencengkram kerah kemeja Revan saat melihat beberapa petugas keamanan berjalan ke arah mereka.
"Berani kamu membuat masalah dan mengakui Daniza sebagai istri kamu, saya bikin perusahaan kamu bangkrut!" ancam Alvin.
Revan tergugu saat itu juga. Ia tahu seberapa berkuasanya Alvin yang memiliki perusahaan lebih besar dibanding perusahaan keluarga Daniza. Terlebih saat ini perusahaan yang dikelola Revan itu sedang ada masalah keuangan.
Para petugas keamanan pun berusaha melerai. Sebagian memegangi Alvin dan sebagian lagi memegangi Revan.
"Maaf, ada apa ini? Tolong jangan membuat keributan di rumah sakit, Pak!" tegur seorang petugas keamanan.
Hanya dalam hitungan detik tempat itu sudah ramai. Dokter dan perawat yang menangani Daniza pun ada di sana.
"Dia berusaha mengganggu istri saya!" Alvin menunjuk Revan penuh amarah.
Sepasang mata Revan pun membola mendengar kata istri yang diucapkan Alvin? Istri? Apakah dia sedang mengaku sebagai suami Daniza? Rasanya seluruh tubuh Revan seperti dilahap api.
"Apa maksud kamu?" teriaknya berusaha memberontak.
Alvin menatap pria berseragam navy yang tengah membekuk tubuh Revan. Ia tahu setelah ancaman mematikan tadi, Revan tidak akan berani macam-macam. Mau ditaruh di mana muka Alvin jika perawat dan dokter tahu bahwa dirinya bukan suami Daniza. Padahal ia telah ngaku-ngaku dengan percaya dirinya.
"Pak, tolong bawa dia keluar dari sini! Dia tiba-tiba datang dan masuk ke ruang rawat istri saya." Alvin menunjuk Revan penuh amarah.
Lagi-lagi ucapan Alvin membuat Revan merasakan aliran darahnya terasa lebih cepat. Ingin menyerang Alvin, tetapi tiga pria yang mengunci dirinya membuatnya tak berkutik.
"Tolong jangan membuat keributan di sini. Kalau ada masalah, Bapak bisa selesaikan di luar."
Revan mendengkus marah. Ia bahkan diam saja saat petugas keamanan menyeretnya pergi.
Sementara Alvin masih berdiri kokoh dengan tangan terlipat di depan dada.
Saya tidak akan biarkan kamu menganggu calon istri saya lagi! gerutu Alvin dalam hati.
****
Baca ini ngakaknya ngelebihin dr Allan yg suka modusly. Kereeen...kereen /Kiss/